Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 02 Oktober 2015

Antara Psikis, Sihir & Jin

Antara Psikis, Sihir & Jin

Terlalu banyak diagnosa medis yang ilmiah justru mengaburkan bahkan menghilangkan sisi ilahiyyah yang seharusnya dijunjung tinggi umat Islam. Sama halnya ketika orang mementingkan ikhtiar daripada do’a, atau kesalahan mereka yang mendahulukan teknis dan logika daripada ruh dan spiritual ibadah. Sebagai muslim yang visioner atau hamba Allah yang ber-visi Akhirat, maka tentu saja “Shober & Shalat” adalah “first step” atau tahap awal yang harus dilakukan dalam menyikapi sebuah masalah. Begitupun dengan penyakit…
Jika dahulu saya hanya bisa terdiam ketika para ilmuwan tanggung menghakimi saya dengan celotehan “Apa-apa jin, semua penyakit jin..ini itu jin?” pagi ini, bersama secangkir coffe-jasmine ini sepertinya saya mulai mencoba untuk melakukan serangan balik dalam rangka merevolusi mental ummat melalui tulisan ini.
Tadi malam adalah puncaknya, ketika seorang ibu berdarah melayu dan suaminya berkonsultasi selepas teraphy massal di ruangan tersebut. Jam sudah menunjukan angka 1 lebih, namun ini masih “sore” untuk Singapore yang hangat. Ibu bercerita, panjang namun intinya dia kecewa dan marah atas kematian anaknya.
“Ibu kecewa kepada Allah?” saya pertegas.
“Tidak” saya kecewa atas semua masalah ini.
“Ibu, tidak ada satu musibah pun terjadi tanpa izin Allah. Meski semua musibah itu disebabkan kelalaian kita”
“Tapi kenape saya harus alami hal ini?” tanya ibu itu mulai menagis.
Saya berupaya menjelaskan bahwa bayinya itu sudah diakhirat, sudah dalam keadilan Allah. Dia masuk syurga, bahkan jika ia ridho atas kematian anaknya maka sang anak itu akan menunggunya di syurga. Namun ibu tetap geram, sudut mata dan kelopaknya menghitam tanda yang jelas bahwa ia menyimpan masalah dan tidak bisa tidur malam dengan nyenyak.
Sudah satu tahun ibu ini bersedih, sudah banyak psikiater bersamanya. Berbagai pengobatan medis ditempuh, namun ia tetap depresi hingga tidak ada aktifitas selain murung.
Saya mulai ambil strategi..
Untuk shocking teraphy bagi jiwanya dan merevolusinya.
“Ibu, kesedihan dan penderitaan ini jelas perbuatan syaitan! Dan ini akan sembuh dengan Al Qur’an atas izin Allah. Sekejap bu. Namun, saya ingin ibu kerjasama dengan saya untuk mengalahkan tipu daya mereka. Ini psychowar ibu. Ibu akan menang jika ibu bersedia menang. Ibu akan sembuh jika ibu mau sembuh dan ridho kepada Allah!” papar saya menatap tajam mata sang ibu yang mulai bergetar tubuhnya.
“Apa yang harus saya lakukan agar hati saya tentram?” tanya sang ibu.
“Ibu, puncak kesembuhan adalah ketika ibu ridho kepada Allah, sebagai rabb ibu. Ibu ridhi kepada syariat Islam sebagai agama ibu dan Rasul saw sebagai Rasul ibu. Makanya ada do’a terbaik dari sang Rasul agar hati ibu tenang; “Rhoditubillahi robba, wabil islami diina wabi muhammadinnabiya warasula”. Semua amalam sunnah itu adalah penentram hati jika ibu sudah tegapkan yang wajib dan perbaiki akidah serta tauhid ibu”. Jawab saya.
“Ibu ridho Allah ciptakan ibu sebagai manusia!?” tanya saya.
“Saya ridho” jawabnya.
“Wahai jiwa yang gelisah. Sehebat apapun badai musibah yang menderamu, namun engkau masih hidup maka semua itu berstatus “ujian” yang penyikapannya ada pada pilihanmu. Dan ketahuilah, jika engkau ridho atas ujian itu maka Allah ridho. Namun jika engkau marah dengan ujian dari Allah, maka Allah juga murka. Karena setiap manusia diberi ujian yang sama, sama bertanya dan dia akan berkata ujian saya paling berat!” ujar saya mencecar sang ibu. Entah dia paham atau tidak.
“Ibu, kesedihan ibu adalah gangguan syaitan namun pemicunya adalah nafsu/marah dalam qalbu ibu. Jika ibu bersedia memadamkan api itu dan mau melatih diri untuk ridho kepada Allah maka sayua Bantu ibu menuju kesembuhan ibu dengan al Qur’an. Jika tidak, saya persilahkan ibu pulang”. Cecar saya kemudian.
“Saya berjanji, akan cuba ridho. “Bantu saya” kata sang ibu sambil menahan getaran yang berkecamuk didadanya.
Saya bergeser duduk bersila dibelakangnya disamping suaminya, lalu saya bacakan Al Fatihah, pelan, al Hasyr 21 dan fokus ke jantungnya sambil menempel telapak tangan di punggung searah tepat qalbunya. Sang ibu mulai menunduk seperti ditindih beban yang berat. Hanya dua surat karena saya sudah lelah malam itu. Lalu saya hentikan dan saya tanya bagaimana kabarnya…
Ibu menjawab bahwa sesaknya hilang dan bergeser ke dada kanan atas juga kepala yang pusing. Artinya seluruh effect sihir itu sudah berpusat atau pindah ke kepala dan spontan saya letakan telapak tangan dikepalanya dan ibu itu menjerit keras seperti kuntilanak mau disembelih.
Jin dalam dirinya mengira saya akan menyembelihnya, terlihat sang ibu yang diraksukinya menekan kepalanya agar lehernya tenggelam dan tidak ada celah untuk saya sembelih. Padahal jin itu hanya geer atau barangkali traunma melihat syaitan lain disembelih dihadapannya tapi saya realisasikan ke-geerannya.
Jin dalam tubuh ibvu yang membuatnya sedih bertahun-tahun itu dieksekusi dan lolongannya memilukan. Dan sang ibu bangun, seakan terbangun dari tidur yang panjang. Seluruh keluhan di Qalbu dan jasadnya hilang seketika, subhanallah…
“Memang ada penyakit psikis atau stress karena faktor psikis semisal stress karena utang, gangguan syaraf dll namun ketahuilah bahwa jin pun bisa merusak sistem syaraf dan psikis manusia hingga manusia gelisah”.
Kenapa hal ini terjadi, karena hilangnya rasa syukur dihati manusia disebabkan benteng hati yang runtuh. Setelah manusia jauh dari Allah maka iblis dan pasukannya bisa dengan mudah menjebol dan memfitnahnya bahkan menjerumuskannya kedalam neraka.
Ingat pemicunya adalah api dalam diri sendiri.
“Saya dulu pernah punya pembantu dari indonesia” ujar ibu sambil menerawang masalalunya. “Saya tidak suka cara kerjanya yang tidak sesuai arahan saya, akhirnya saya gantikan dan dia marah. Selepas ia pulang suami saya masuk hospital berkali-kali dan bayi saya mati” ujar ibu lagi
“Orang mana?” tanya saya penasaran
“Cirebon” jawabnya singkat dan membuat mata saya terbuka bahwa gangguan psikis ibu selama ini adalah sihir impor dari cirebon.
“SALAH SATU KELEBIHAN TERAPHY AL QUR’AN DIBANDING TERAPHY LAIN ADALAH ADANYA EKSEKUSI KEPADA SUMBER PENYAKIT”
Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy
Sumber ; http://rehabhati.com/antara-psikis-sihir-jin/

Mengunci Jin

Kajian RehabHati (TFT, 3)

Rehab Hati
Pertanyaan Akh Hariyadi [Owner dan Trainer Rehab Hati Samarinda]: Kenapa Tehnik Kuncian Hanya Berlangsung Beberapa Menit Saja?
Pertama dalil, suatu ketika Rasulullah sedang shalat kemudian sahabat yang dibelakangnya melihat beliau menjulurkan tangannya kedepan. Seusai salam sahabat bertanya, tentang yang dilakukannya. Maka Rasul menjawab, bahwa tadi ada syaitan yang mengganggunya
Kemudian ia cekik dan lidahnya menjulur hingga terasa dinigin.
“Seandainya aku tidak ingat do’a saudaraku Sulaiman (alaiyhi salam) maka aku akan ikat ia ditiang dimasjid adar dijadikan mainan sama anak-anak” begitu kata rasulullah sholallahu alaiyhi wassalam
Artinya jin bisa saja di ikat
Dalil berikutnya tentang adanya ikatan sihir (uqod) dalam surah al falaq.
Dan kita memang mengetahui tentang adanya buhul tersebut..
Kemudian, selanjutnya adalah tehnik..
Pada dasarnya mengunci jin itu tidak lain tidak bukan sebuah do’a kepada Allah, jadi ketika do’a itu dikabul maka terjadi dan sebaliknya. Sedangkan terkabul atau tidaknya sebuah do’a itu erat kaitannya dengan keyakinan didada seorang raqi.
Jadi tehniknya pun sederhana, hanya sebuah do’a kepada Allah. Namun do’a tidak sederhana bagi seorang muslim, syaitan dan Allah azza wa jalla. Allah menyenangi do’a seorang muslim. Bagi seorang muslim, do’a adalah senjata.. dan bagi syaitan do’a seorang muslim yang diarahkan kepadanya adalah malapetaka.
Seperti kita ketahui, bahwa ruqyah itu tidak lain tidak bukan adalah “do’a yang aktif”, do’a yang spesifik langsung kepada object dengan details. Dalam hal ini, misalkan; “Ya Rabb, kuncilah kedua tangan jin ini ke lantai” maka akan terjadi demikian, tangan manusia yang diraksuki jin terikat ke lantai. Dan kakinya tidak terikat, karena tidak termasuk dalam do’a. Jika do’anya berbeda maka hasilnya berbeda. Seandainya do’anya tidak spesifik, semisal; “ya Rabb ikatlah tangannya”. Maka yang akan terjadi tangan jin terikat kepada tangan yang lainnya.
Jadi jika dido’akan misalkan, “Ya rabb ikatlah tangannya 1 jam ini” maka yang terjadi adalah 1 jam. Begitulah seterusnya. Saya punya pengalaman mengikat jin (dalam tubuh manusia) di dalam mobil. Saat itu perjalanan ke bandara di Makassar, dan panitia yang mengundang kami bereaksi. Dan saya katakan kepada jin itu, “Jangan sentuh pintu mobil itu” sambil menunjuk handle pintu mobil, takut manusia itu loncat sedangkan ini di tol. Maka apa yang terjadi? Kedua tangan jin itu merapat seperti diikat. Dan sesampainya di bandara saya tanyakan kepada jin itu, kamu mau keluar atau tetap terikat begitu. Dia menggelengkan kepala dan akhirnya saya sadarkan ibu tersebut. Satu tahun kemudian, saya bertemu ibu itu di masjid LAN antang makasar dan beliau ikut ruqyah massal, ternyata ia keraksukan jin yang sama dalam keadaan terikat.
Jadi kesimpulannya, jika do’a tidak spesifik maka yang akan terjadi adalah sesuai kehendak Allah saja atau sesuai kadar kekuatan do’anya. Kalau kekuatan do’a antum 60 detik, ya itulah yang terjadi.
Wallahu’alam


Original post by Ust NAI (Nuruddin Al Indunissy)
Sumber ; RehabHati

Sabtu, 01 Agustus 2015

Hakikat Cinta Kepada Al Quran dan As Sunnah, Pada Wujud Kesembuhan yg Hakiki

Hakikat Cinta Kepada Al Quran dan As Sunnah, Pada Wujud Kesembuhan yg Hakiki
happy-Ramadan-1436 H
Pertanyaan:
Hakikat Cinta Kepada Al Quran dan As Sunnah, Pada Wujud Kesembuhan yg Hakiki.?? [Ancha Alamsyah, Trainer dan Ketua Umum Rumah Rehab Makassar [6/22/2015, 10:13]]
Bismillah asholatu wassalamu ‘ala Rosulillah, wa’ala alihi wa shohbihi ajma’in wa man tabi’ahum bi ihsani ila yaumiddin. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang maha luas dan kekal kasih sayangnya. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah limpah kepada Rasulullah beserta orang tercinta didekatnya, keluarga, keturunan dan seluruh pengikutnya hingga Akhir jaman.
Cinta itu lahir karena butuh, kebutuhan yang akan melahirkan kepatuhan. Rasa patuh itu semakin kuat ketika kebutuhan semakin kuat, semakin butuh semakin cinta. Adapun karakteristik seorang pecinta itu adalah selalu ingin dekat dengan yang ia cintai, realisasi cinta ini bisa dalam berbagai bentuk dan perwujudan. Kadang dengan mengidentikan diri dengan yang ia cintai, menyebut-nyebut namanya, ingin menolongnya, memenuhi kebutuhannya, menaatinya, menyebut-nyebut namanya, berkorban untuknya bahkan pada puncaknya rela mati untuk yang dicintainya.
Dalam tubuh manusia ini ada dua unsur setidaknya, yaitu ruh dan jasad. Sebagian berpendapat juga mengimani tentang adanya jiwa yang terpisah dari ruh, namun demikian telah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam diri kita ada hal yang sifatnya nyata [jasadi] dan ada ruhani. Yang jasad ini kemudian disebut materi dan yang ruhani ini disebut imateri, hingga kemudian disebutkan ada kebutuhan materi dan imateri. Ruhani dan jasmani ini dua-duanya memiliki kebutuhan yang sama pentingya, kedua kebutuhan itu harus seimbang dan diisi. Ketika ia tidak dipenuhi maka ia akan sakit.
Mereka yang sering mementingkan kebutuhan kebutuhan jasadi disebut materialis. Dan kebanyakan manusia yang tertipu berlaku demikian, termasuk muslimin-muslimah bahkan barangkali diri kita. Bagi yang terlalu mementingkan kebutuhan jasadi ini, Allah akan ingatkan ia tentang ruhani yang kehausan yaitu dengan sakitnya jasad [sebagai alarm].
Artinya kecintaannya kepada benda/jasad/materi ini harus diseimbangkan, bahkan harus diubah karena hampir seluruh kebutuhan spiritual itu adalah persiapan menyeluruh untuk sebuah hari yang sangat panjang. Kita sudah maklum bahwa mereka yang akan pergi dan sadar akan kepergiannya itu pasti akan bersiap-siap. Disisi lain, kita telah sangat yakin bahwa kebutuhan spiritual ini berkaitan erat dengan kesembuhan jasad. Jasmani akan sembuh perlahan-lahan setelah ruhani seseorang sembuh.
Bahkan bagi seorang muslim, sebenarnya kondisi jasad itu bukanlah masalah besar karena diakhirat kelak kita tidak akan ditanya tentang jasad namun tentang qalbu. Dari itu jelas kesehatan qalbu/spiritual lebih penting, dan untuk menggapai kesembuhan dengan ruqyah yang sempurna tentu kita harus memperhatikan bahwa teraphy ruqyah itu adalah dibacakan al Qur’an yang ia merupakan bagian daripada sunnah.
Jika seseorang ingin sembuh dengan sunnah, maka tentu ia harus mengambil dan mencintai semua sunnah yang ia mampu tidak memilih yang ia sukai saja. Atau minimal tidak membenci ahlussunnah. Tentunya jika kesembuhannya ingin sempurna maka upayanya pun harus sempurna, dan satu pekerjaan tidak akan sempurna kecuali ia mencintai pekerjaan itu.
Nah lalu apa hal yang mendasari pentingnya cinta kepada Al Qur’an dan Sunnah ini hingga mempengaruhi kesembuhan jiwa dan jasad seseorang?
Jawabannya menjadi sederhana ketika kita mengetahui hakikat diatas. Ketika ia menyadari bahwa Al Qur’an itu adalah mukzizat kenabian terakhir yang tidak ada lagi mukzizat setelahnya maka ia pun harus menyadari bahwa al Qur’an itu sesuatu yang agung, ia adalah bagian dari rahmat Allah yang tidak akan diberikan kepada mereka yang ingkar kepadaNya. Artinya butuh proses agar al Qur’an itu menyembuhkan, karena ia pun perlu mengubah keadaan qalbu dan kehidupannya.
Kesembuhan dengan Al Qur’an itu bagian dari sunnatullah, ia adalah sesuatu yang mutlak namun tentunya butuh proses untuk menggapai rahmat Allah yang maha tinggi. Berbicara masalah proses tentunya tidak sebentar, maka dari itu seorang hamba yang ingin menjemput kesembuhan dengan al Qur’an maka ia harus mencintainya.
Adapun tentang ritual sunnah, ia merupakan benteng terbaik untuk menghindari segala marabahaya. Setelah memperbaiki akidah dan tauhid, memurnikan ketaatan hanya kepada Allah maka seorang mukmin akan mencari sunnah-sunnah sebagai tambahan. Semakin banyak sunnah yang dilakukan semakin kuat benteng ghoib yang ia buat, karena Allah mencintai amalan-amalan sunnah yang dilakukan hambaNya.
“Sunnah itu mahal harganya, tentu saja tidak akan pernah terbeli dengan dunia seberapun besar nilainya. Maka dari itu satu-satunya jalan untuk menggapainya adalah dengan mendekatinya, mencintainya dan kembali kepadanya”.
Karena puncak kesembuhan itu ketika manusia ridho kepada Allah sebagai rabbnya, ad Dinul islam sebagai agamanya dan muhammad sholallahu alaiyhi wa sallam sebagai rasulnya. Ketika manusia ridho kepada Allah maka Allah pun akan ridho kepadanya, maka disana hilanglah seluruh kesakitan jiwa dan jasadnya. Ia akan sembuh, cepat atau lambat dan disana ada sebuah jaminan yang pasti; Syurga yang luas dan kekal.
Wallahu A’lam

Sabtu, 16 Mei 2015

CARA PENGUCAPAN HURUF HIJAIYYAH BERIKUT MAKHRAJ DAN SIFATNYA


Huruf al-Qur'an baik yang berkaitan dengan makhraj, sifat maupun cara pengucapannya.
أَ إِ أُ بَأْ : Makhraj: pangkal tenggorokan.Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: mulut terbuka lebar, suara tidak boleh dibesarkan dan tidak boleh dibaca "o".
بَ بِ بُ بَبْ : Makhraj: dua bibir menempel. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, idzlâq, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ba" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika disukun harus dibendalkan.
تَ تِ تُ بَتْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam.Sifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: nafas harus keluar, baik ketika hidup maupun ketika dibaca sukun. Berbeda dengan "ta" dalam bahasa Indonesia maupun Jawa. Hati-hati!
ثَ ثِ ثُ بَثْ Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar.
جَ جِ جُ بَجْ : Makhraj: tengah lidah menempel langit-langit.Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "ja" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), ketika disukun harus dibendalkan.
حَ حِ حُ بَحْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmat. Cara pengucapan: bersih (tidak ada getar di tenggorokan), nafas keluar.
خَ خ ِخُ بَخْ Makhraj: ujung tenggorokan.Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: ada getar di tenggorokan, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun) dan nafas keluar.
دَ دِ دُ بَدْ Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam. Sifat: jahr, syiddah, istifâl, infitâh, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar, berbeda dengan "da" dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa), dan ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
ذَ ذِ ذُ بَذْ Makhraj: ujung lidah menyentuh ujung dua gigi atas. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
رَ رِ رُ بَرْ Makhraj: ujung lidah sedikit lebih ke dalam daripada nun. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, inhirâf, takrîr, tafkhîm dan tarqîq. Cara pengucapan: ketika berharakat fathah, dhammah dan berharakat sukun yang didahului oleh huruf berharakat fathah/ dhammah harus dibaca tebal (mulut mecucu). Ketika berharakat kasrah dan ketika berharakat sukun yang jatuh setelah huruf yang berharakat kasrah/jatuh setelah ya' sukun harus dibaca tipis (mulut mecece).
زَ زِ زُ بَزْ Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr. Cara pengucapan: nafas tertahan (tetapi tetap ada yang keluar), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
سَ سِ سُ بَسْ Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât, shafîr.Cara pengucapan: nafas keluar, harus dibaca tipis (mulut mecece).
شَ شِ شُ بَشْ Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit.Sifat: hams, rakhawâh, istifâl, infitâh, ishmât, tafasysyi. Cara pengucapan: suara tebal dan nafas keluar.
صَ صِ صُ بَصْ : Makhraj: ujung lidah dengan ujung dua gigi (yang) bawah. Sifat: hams, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara pengucapan: nafas keluar, suaranya tipis dengan mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun).
 : ضَ ضِ ضُ بَضْMakhraj: tepi lidah (kanan/kiri) dengan (menyentuh) gigi geraham. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, istithâlah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
طَ طِ طُ بَطْ Makhraj: ujung lidah menempel pada pangkal gigi atas bagian dalam.Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât, qalqalah. Cara pengucapan: nafas ditahan (tidak boleh keluar); mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
ظَ ظِ ظُ بَظْ : Makhraj: ujung lidah menempel pada ujung dua gigi atas. Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, ithbâq, ishmât. Cara pengucapan: nafas agak tertahan (tetap ada yang keluar), suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
عَ عِ عُ بَعْ : Makhraj: tengah-tengah tenggorokan. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ishmât.Cara penguca-pan: nafas tertahan, suara seperti bindeng, jangan dibaca 'nga'.
غَ غِ غُ بَغْ : Makhraj: ujung tenggorokan.Sifat: jahr, rakhâwah, isti'lâ`, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: nafas (agak) tertahan; suara besar, mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
فَ فِ فُ بَفْ Makhraj: ujung gigi atas menempel pada bibir bawah sebelah dalam.Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, idzlâq.Cara pengucapan: nafas keluar.
قَ قِ قُ بَقْ Makhraj: pangkal lidah sebelah atas, sangat dekat tenggorokan. Sifat: jahr, syiddah, isti'lâ`, infitâh, ishmât, qalqalah.Cara pengucapan: nafas ditahan; mulut mecucu (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara harus dibendalkan.
كَ كِ كُ بَكْ Makhraj: pangkal lidah di bawah makhraj qaf.Sifat: syiddah, hams, istifâl, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: nafas keluar (baik ketika difathah, dikasrah, didhammah maupun disukun), ketika dibaca sukun suara tidak boleh dibendalkan.
لَ لِ لُ بَلْ : Makhraj: kanan kiri lidah hingga ujungnya. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq. Cara pengucapan: keluar nafas, suara jangan dibesarkan.
مَ مِ مُ بَمْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, istifâl, infitâh, ghunnah.Cara pengucapan: bibir menempel (jawa: mingkem), suara jangan dibesarkan.
نَ نِ نُ بَنْ : Makhraj: ujung lidah agak ke dalam di bawah makhrajlamSifat: jahr, istifâl, infitâh, idzlâq, ghunnah.Cara pengucapan: suara jangan dibesarkan, ketika disukun jangan dibendalkan.
وَ وِ وُ بَوْ : Makhraj: dua bibir. Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: bibir terbuka; suara tidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ao', tapi 'au'.
هَ هِ هُ بَهْ Makhraj: pangkal tenggorokan. Sifat: hams, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât. Cara pengucapan: suara besar dan nafas keluar.
يَ يِ يُ بَيْ Makhraj: tengah lidah dengan langit-langit.Sifat: jahr, rakhâwah, istifâl, infitâh, ishmât.Cara pengucapan: suaratidak boleh dibesarkan, ketika disukun dan jatuh setelah harakat fathah jangan dibaca 'ae', tapi 'ai'.

Keterangan:
1. HAMS (هَمْس) artinya samar. Maksudnya: ketika huruf diucapkan, disertai dengan keluarnya nafas. Di antara huruf-hurufnya:
 (فَحَثَّهُ شَخْصٌ سَكَتْ) ف ح ث ه ش خ ص س ك ت hati-hati ketika huruf تdan ك disukun, nafas jangan ditahan.
2. JAHR (جَهْر) (kebalikannya hams) artinya terang. Maksudnya: suara huruf jelas dan ketika diucapkan nafas tertahan. Huruf-hurufnya antara lain:
د ط ل ب ع ظ م وزن ق رئ ذي غ ض ج
(عَظُمَ وَزْنُ قَارِئٍ ذِيْ غَضٍّ جَدَّ طَلَبْ)
3. SYIDDAH (شِدَّة) artinya keras (jawa: atos). Maksudnya: suara tertahan ketika mulai mengucapkannya. Huruf-hurufnya:
أج د ق ط ب ك ت (أَجِدْ قَطٍ بَكَتْ)
4. RAKHÂWAH (رَخَاوَه) (kebalikannya syiddah) artinya lemah (jawa: lemes, kendo). Maksudnya: suara tidak tertahan ketika memulai pengucapan. Huruf-hurufnya:
خ ذ غ ث ح ظ ف ض ش وص زي س ه
(خُذْ غِثَّ حَظّ فُضَّ شَوْصَ زِيِّ سَاهٍ)
5. ISTI'LÂ` (اِسْتِعْلاَء) adalah naiknya lidah ke langit-langit ketika huruf diucapkan. Huruf-huruf isti'la` ini disebut juga huruf tafkhim (tebal). Cara pengucapannya: bibir mecucu.
Huruf-hurufnya antara lain: خ ص ض غ ط ق ظ. (خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ) . Di antara huruf-huruf tersebut yang paling tinggi --naiknya lidah-- adalah huruf ط.
6. ISTIFÂL (اِسْتِفَالْ) (kebalikannya isti'la`) adalah lidah tidak naik ketika huruf dibaca. Huruf-hurufnya harus dibaca tipis. Cara pengucapannya: bibir tidak mecucu.
Huruf-hurufnya:
ث ب ت ع ز م ن ي ج ود ح رف ه إذ س ل ش ك
ثَبَتَ عِزُّ مَنْ يُجَوِّدُ حَرْفَهُ إِذْ سَلَّ شَكَا) (
7. ITHBÂQ (إِطْبَاقْ) artinya bertemu (menempel)nya lidah pada langit-langit ketika huruf diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah ظ ط ض ص .
Sebagaimana dijelaskan di atas,isti'lâ` adalah naiknya lidah ke langit-langit, sementara ithbâqadalah menempelnya lidah pada langit-langit, dengan demikian huruf-huruf yang memiliki sifatithbaq adalah di antara huruf-hurufisti'lâ` yang paling kuat.
8. INFITÂH (إِنْفِتَاحْ) (kebalikannyaithbâq) adalah terbukanya (tidak menempelnya) lidah pada langit-langit. Huruf-hurufnya adalah huruf hijaiyah 28 selain empat huruf di atas ظ ط ض ص.
9. IDZLÂQ (إِذْلاَقartinya lancar. Maksudnya: huruf-huruf yang mudah diucapkan. Di antara huruf-hurufnya adalah: ف ر م ن ل ب (فِرَّ مِنْ لُبٍ) Mudahnya pengucapan huruf-huruf tersebut adalah karena makhrajnya berada di bagian luar. ر ن ل keluar dari ujung lidah, sementara ف م ب keluar dari dua bibir.
10. ISHMÂT (إِصْمَاتْ) (kebalikannyaidzlâq) artinya diam atau sulit diucapkan. Maksudnya bahwa huruf-huruf yang memiliki sifat ishmâtsulit diucapkan, sehingga membutuhkan kehati-hatian dan pelan-pelan. Huruf-hurufnya antara lain:
ج ز غ ش س خ ط ص د ث ق ة إذ وع ظ ه ي ح ض ك
(جُزْ غِشَّ سَاخِطٍ صِدْ ِثقَةً إذْ وَعْظُهُ يَحُضُّك)
11. QALQALAH (قَلْقْلَةْ) artinya goncang (mbendal)nya suara. Di antara huruf yang memiliki sifat qalqalah adalah:
ق ط ب ج د (قَطْ بُجَدٍ)
12. SHAFÎR (صَفِيْر) artinya suara sruit, merupakan suara tambahan yang keluar bersama dengan keluarnya nafas. Di antara huruf yang memiliki sifat ini adalah ص س ز.
13. ISTITHÂLAH (اِسْتِطَالَهْ) artinya memanjang. Maksudnya, terdapat awalan yang panjang (sampai makhrajnya lam) sebelum huruf diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ض.
14. TAFASHSHΠ(تَفَشِّى) artinya tersebar. Maksudnya, ketika huruf diucapkan, terdapat banyak angin yang mengiringinya. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ش.
15. TAKRÎR (تَكْرِيْر) artinya keder ketika diucapkan. Sifat ini hanya dimiliki oleh huruf ر.

Selasa, 31 Maret 2015

Syirik

Syirik

Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat bahwa syirik merupakan bentuk kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla, syirik merupakan sebesar-besar kezhaliman, sebesar-besar dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mengetahui tentang syirik dan berbagai macamnya merupakan jalan untuk dapat menjauhi-nya dengan sejauh-jauhnya.

Definisi Syirik
Syirik yaitu: Menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, seperti berdoa kepada selain Allah disamping berdo’a kepada Allah
Memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagiannya kepada selain-Nya
Firman Allah dalam:
a) QS Luqman (31):13Artinya: “Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
b) QS Al-Maidah (5):72Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”
c) QS Al-An’am (6):88Artinya: “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
d) QS Az-Zumar (39):65
Artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
e). QS At-Taubah (9):5Artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Syirik adalah dosa yang paling besarHadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim: “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?, ‘Kami menjawab, Ya wahai Rasulullah!’, Beliau bersabda, Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
Jenis Syirik Syirik Besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal didalam neraka, 
antara lain :
Memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah
Mendekatkan diri kepadaNya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaithan
Takut kepada orang-orang yang telah mati, jin atau syaithan
QS Yunus (10):18
Artinya: “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak kemanfa’atan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan.”
*Syirik besar ada 4 macam:
1-Syirik Dakwah (Do’a)disamping dia berdo’a kepada Allah ia berdo’a kepada selainNyaQS Al-Ankabut (29):65
Artinya: “Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo’a kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka mempersekutukan.”
2-Syirik Niat, Keinginan dan Tujuanmenunjukan suatu bentuk ibadah untuk selain Allah QS Huud (11): 15-16
Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan (15). Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan(16).”

3-Syirik Keta’atanmenta’ati selain Allah dalam hal maksiat kepada AllahQS At-Taubah (9):31)
Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
4-Syirik Mahabbah (Kecintaan)menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaanQS Al-Baqarah (2):165
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa , bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya.
*Syirik Kecil
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil ada 2 macam:
1-Syirik Zhahir (nyata)
Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik.*” 
*HR. At-Tirmidzi (no. 1535) dan al-Hakim (I/18, IV/297), Ahmad (II/34, 69, 86) dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma. Al-Hakim berkata: “Hadits ini shahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat juga Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 2042)
Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil.

Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Engkau mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan: ‘Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan: 
“Demi Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.*”
*Lihat HR. An-Nasa-i (VII/6) dan ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 992). Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad (VI/371, 372), ath-Thahawi dalam Musykiilul Aatsaar (I/220, no. 238), al-Hakim (IV/297), dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam al-Ishaabah (IV/389): “Hadits ini shahih, dari Qutailah x, wanita dari Juhainah. Lihat pembahasan ini dalam Fat-hul Majiid Syarah Kitaabit Tauhiid (bab 41 dan 43). 
Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:
“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” 
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:
“Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”
Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:“Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:
‘Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.*’”
*[14]. HR. Ibnu Majah (no. 2117), hadits ini hasan shahih. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1093).
Kata ثُـمَّ (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 29]
*Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah)*. *Tamimah adalah sejenis jimat yang biasanya dikalungkan di leher anak-anak. karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah*.
* ‘Aqiidatut Tauhiid (hal. 78) oleh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
2.Syirik Khafi (tersembunyi)
Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya (karena dilihat orang) atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca (Al-Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya.

Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak, karena itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.’’ Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) kepada orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu: “Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka barangsiapa yang menganggap diriku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah pendusta, hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa. Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara ghaib lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah (sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya -yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syari’at-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak menyekutukan Allah) merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah (menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai dengan syari’at (Sunnah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam*.
*Diringkas dari Tafsiir Ibni Katsir (III/120-122), cet. Daarus Salaam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya'.*” 
*HR. Ahmad (V/428-429) dari Sahabat Mahmud bin Labid. Berkata Imam al-Haitsami di dalam Majma’uz Zawaa-id (I/102): “Rawi-rawinya shahih.” Dan diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 4301), dari Sahabat Rafi’ bin Khadiij. Imam al-Haitsami dalam Majma’uz Zawaa-id (X/222) berkata: “Rawi-rawinya shahih.” Dan hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Buluughul Maraam

Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk mendapatkan harta benda.

Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah, celakalah hamba khamilah* Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”
*Khamishah dan khamilah adalah pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis-garis yang menarik dan indah. Maksudnya -wallaahu a’lam- celaka bagi orang yang sangat ambisius dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itu adalah orang-orang yang celaka dan sengsara.
[HR. Al-Bukhari (no. 2886, 2887, 6435) dan Ibnu Majah (no. 4136). Lihat ‘Aqii-datut Tauhiid (hal. 78-79), oleh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan] 
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
PERBEDAAN SYIRIK KECIL DAN SYIRIK BESAR SECARA GLOBAL
PERBEDAAN PERTAMA: Syirik akbar pelakunya dihukumi keluar dari islam, adapun syirik ashgar pelakunya tidak dihukumi keluar dari islam tapi ia berdosa dengan dosa yang paling besar lebih besar daripada maksiat. Orang yang berbuat syirik ashgar itu lebih berbahaya dari pada orang yang berzina, berjudi, membunuh, dll. Contoh syirik ashgar: menggantungkan jimat, bersumpah dengan selain nama Allah, dll.
PERBEDAAN KEDUA: Orang yang melakukan syirik akbar, maka akan hancur (terhapus) seluruh amalannya. Syirik ashgar tidak menghapuskan seluruh amalan, yang hancur adalah amalan yang dimasuki syirik ashgar saja.
PERBEDAAN KETIGA: Orang yang melakukan syirik akbar akan dikekalkan di dalam neraka. Syirik ashgar pelakunya tidak kekal di dalam neraka, jika dia masuk ke dalam neraka maka dia disiksa sesuai dengan kadar dosanya, setelah itu dimasukkan ke dalam sorga.
Sumber: transkrip dari pembukaan dauroh qawa’idul arba’ dengan pemateri Al Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi –hafidzhahullaahu ta’aala-
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif