Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Rabu, 13 Januari 2016

Masalah Sihir, Kesurupan Jin, Dan Obatnya (Ruqyah) Edisi 01


Tiga hal di atas adalah perkara yang sedikit sekali orang mengetahuinya, atau kalaupun tahu kemungkinan orang tersebut mengetahui tidak pada landasan dan keterangan yang benar, atau juga, tahu tapi tidak begitu menyadarinya. Maka tidak ada keraguan lagi bagi kami untuk mengetengahkan tema ini. Dengan harapan agar keterangan yang singkat ini memberikan keterangan yang benar terkait tiga hal di atas dengan keterangan yang berlandaskan pada Al-Qur’an, As-Sunnah dan keterangan para ulama. Dengan harapan setelah membaca keterangan ini, para pembaca bisa mengambil langkah dalam mencegah atau melakukan tindakan (mengobati).
Pembahasan ini kami sadurkan dari kitab guru kami, satu dari sekian ulama besar Yaman, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله pengasuh di Darul Hadits – Ma’bar, Yaman, yang berjudul “Ahkam At-Ta’amul Ma’a Al-Jin Wa Adab Ar-Ruqa Asy-Syar’iyah (Pedoman-pedoman Bergaul Bersama Jin Dan Tata Cara Ruqyah Yang Syar’i)”, dari halaman 65 – 124, Insyaallah. Ada sekian pembahasan yang akan kami ketengahkan yang mungkin perlu kami bagi dalam beberapa episode. Nas’alullaha al-‘aun.
Sebab-sebab Yang Menjadikan Syaithan Merasuki Manusia
Sebab-sebab yang menjadikan jin merasuki manusia tidaklah sedikit, diantaranya:
Pertama: Karena menindak lanjuti permusuhan lama antara kedua bangsa ini, yaitu bangsa jin dan bangsa manusia.
Allah تعالى berfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaithan itu musuh bagi kalian, maka jadikanlah dia musuh. Sesungguhnya ia menyeru pengikutnya agar menjadi penghuni neraka.” (Fathir: 6)
Sebagian jin ketika tahu ada permusuhan lama antara bangsanya dengan bangsa manusia maka atas dasar fanatik kelompoknya dan dalam rangka membela iblis dia merasuki manusia.
Kedua: Karena unsur balas dendam.
Hal ini disebabkan karena manusia menyakiti mereka. Entah karena mengecinginya, atau menyiram air panas, atau membunuh kerabat jin itu. Dan balas dendamnya ini bisa mengantarkan manusia menjadi buta, lumpuh atau sampai bunuh diri.
Ketiga: Karena alasan cinta.
Sebagian jin bisa jatuh cinta pada wanita bangsa manusia, dan sebagian jin wanita bisa jatuh cinta pada lelaki bangsa manusia. Yang menjadi sebab terbesar datangnya perkara ini adalah tidak membaca doa atau dzikir saat masuk kamar mandi lalu bertelanjang di dalamnya. Dan juga ketika tidur dan ketika mandi. Bahkan ketika berhubungan badan antara suami istri. Jika seorang muslim mengamalkan dzikir dan doa pada kesempatan-kesempatan tersebut maka Allah تعالى akan menjaganya.
Keempat: Karena alasan mengajak taubat.
Sebagian jin yang cinta kebaikan namun dia bodoh akan tuntunan syari’at merasa tidak suka pada pelaku maksiat, maka dia merasukinya dengan tujuan menyakitinya ketika orang itu melakukan maksiat, sehingga dengan sebab itu dia terdorong untuk bertaubat dan meninggalkan maksiat itu.
Kelima: Karena jin itu terjatuh pada bid’ah dan maksiat, lalu dia menemukan manusia pelaku bid’ah dan maksiat. Maka dengan itu dia merasuki orang itu agar orang itu tetap melakukan bid’ah dan maksiat.
Keenam: Karena manusia membaca buku-buku sihir atau mantera.
Jika manusia melakukan ini maka bisa jadi sebab jin masuk pada orang itu, meskipun orang yang baca ini tidak menginginkan itu, tidak pula ingin belajar sihir atau menghadirkan jin. Akan lebih mungkin terasuki kalau dia membacanya dengan tujuan belajar sihir atau menghadirkannya.
Ketujuh: Karena alasan mengajak manusia mengamalkan sihir dan ilmu nujum.
Syaithan memiliki bisikan dan tipu daya yang bahaya akan jenis orang ini. Seperti jin itu mengaku dia adalah malaikat yang diutus oleh Allah تعالى kepada orang itu, lalu melakukan hal tertentu sehingga orang itu tertipu lalu membenarkan jin dan bujukannya itu.
Kedelapan: Karena alasan mempermainkan manusia dan menghinakan manusia.
Selama aku mengobati orang yang terkena sihir dan kerasukan, aku terkadang menyaksikan sebgaian orang yang kerasukan itu ketawa, kadang menangis, kadang memperbanyak ibadah, begitu cepat lalu meninggalkannya. Keadaan seperti inilah yang dimanfaatkan syaithan yang berada dalam diri manusia itu.
Kesembilan: Karenanya adanya kesepakatan antara jin dan tukang sihir, agar jin itu masuk ke seseorang yang dinginkan tukang sihir atau dukun itu.

Macam-macan Bentuk Syaithan Yang Dengan Bentuk Ini Menampakkah Diri Kepada Orang Yang Kesurupan Dan Orang Yang Kena Sihir
Syaithan menampakkan diri kepada orang yang kesurupan dalam bentuk yang berbeda-beda, penjelasannya sebagai berikut:
Pertama: Terkadang syaithan datang dalam rupa manusia.
Seringnya syaithan itu menampakkan diri kepada orang yang kesurupan atau tersihir pada saat tidur, dan terkadang menampakkan diri pada saat orang itu bangun terjaga. Jika yang sakit itu seorang pemuda maka seringnya syaithan menampakkan diri dalam rupa wanita cantik. Dan gangguan jin berupa jatuh cintanya jin kepada manusia ini merupakan gangguan yng paling bahaya, karena jin itu tidak akan rela orang yang dicintainya mencintai kaum hawa bangsa manusia.
Kalau pemuda ini orang yang shalih, maka keselamatannya dari gangguan ini akan mudah diharapkan. Kalau pemuda ini orang yang tidak shalih, maka akan hal ini akan membuainya dan menganggap berkesempatan berzina dengan jin wanita ini. Dan petakanya sangat besar.
Kedua: Orang yang kesurupan seringnya melihat dalam tidurnya jin yang mengancamnya dengan pukulan, atau akan dibunuh, atau akan dihancurkan hartanya dan dibunuh anaknya, dan terkadang menampakkan diri saat orang ini tidak tidur.
Jin model ini adalah jin yang menuntut balas dendam, entah dari dirinya sendiri, entah karena utusan keluarganya. Hal ini disebabkan manusia menyakitinya entah dengan menyiram air panas pada tempat yang ada jinnya, atau kencing pada tempat tersebut atau membunuh salah satu keluarganya, karena terkadang jin itu menampakkan diri dengan berwujud ular lalu serta merta manusia membunuhnya tanpa mengingatkannya.
Ketiga: Syaithan menampakkan diri pada orang yang kesurupan dalam bentuk hewan, seperti kera, singa, anjing, macan, kalajengking, ular dan selain itu.
Bentuk seperti ini kebanyakannya menunjukkan bahwa jin tersebut adalah kiriman tukang sihir atau dukun. Artinya: dukun atau tukang sihir ini menyuruh jin untuk menjelma di hadapan orang yang kesurupan dengan bentuk hewan tersebut, dengan tujuan untuk menteror dan menakut-nakuti.

Apa Perbedaan Antara Kesurupan Dan Was-was?
Jawab: Kesurupan dan was-was itu sama-sama akibat pengaruh syaithan kepada seorang hamba.

Adapun perbedaannya, ada beberapa perkara, diantaranya;

Pertama: Was-was itu lebih umum cakupannya, adapun kesurupan itu lebih khusus. Manusia bisa sebagiannya membisikkan was-was kepada yang lain, jin juga bisa membisikkan was-was kepada jin yang lain, juga membisikkan was-was pada manusia. Adapun kesurupan hanya terjadi pada sebagian orang. Adapun kesurupan maka jin bisa merasuki manusia dan manusia tidak bisa merasuki jin.
Kedua: Kesurupan itu terjadi dengan pengaruh jin kepada sebagian manusia, entah dengan langsung atau dengan jalan kiriman tukang santet / sihir. Adapun was-was itu adalah khayalan atau bayangan yang tidak benar.
Ketiga: Orang yang kesurupan kalau telah keluar jinnya dia bangu dengan keheranan, penuh kegembiraan dan mengucapkan dzikir kepada Allah تعالى.
Keempat: Was-was itu obatnya dengan belajar agama dan menyibukkan dirinya dengan perkara yang bermanfaat. Adapun kesurupan obatnya dengan membaca Al-Qur’an dan ruqyah serta kembali kepada Allah تعالى.

Apa Perbedaan Antara Kesurupan Dan Sihir (Tenung, Santet)?
Jawab: Setiap orang yang kena sihir terkena kesurupan, dan orang yang kesurupan belum tentu terkena sihir.
Kesamaan antara sihir dan kesurupan antara lain:
Pertama: Orang yang kena sihir dan yang kesurupan sama-sama terkena pengaruh jin.
Kedua: Orang yang kena sihir dan yang kesurupan sama-sama terancam gangguan jin.
Ketiga: Orang yang kena sihir dan yang kesurupan sama-sama tidak ada obat yang lebih bermanfaat baginya kecuali ruqyah. Ruqyah adalah obat yang sangat bermanfaat untuk menolak pengaruh jin dan syaithan.
Keempat: Sihir dan kesurupan bisa menimpa keumuman manusia, dan umumnya terkait dengan akalnya, kalbunya, badannya, hartanya, keluarganya, temannya, urusan agama dan dunianya.

Adapun perbedaan antara kesurupan dengan sihir diantaranya:
Pertama: Kesurupan itu pengaruh jin yang berasal dari jin itu sendiri. Adapun sihir maka ada unsur kerjasama antara syaithan bangsa manusia yaitu dukun dengan syaithan bangsa jin, untuk menimpakan sesuatu pada seseorang. Kalau ada yang terkena maka semua itu sesuai yang Allah تعالى ijinkan.
Kedua: Kesurupan itu seringnya terjadi karena jin melakukan balas dendam, atau kasus cinta, atau mempermainkan manusia. Adapun sihir itu datangnya dari ulah sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, disebabkan karena permusuhan antara mereka.
Ketiga: Sihir itu entah memang keinginan si dukun  itu sendiri, atau bisa juga dia melakukan atas permintaan orang.
Keempat: Orang yang kesurupan itu seringnya orang yang lalai dari syari’at dan pelaku maksiat, adapun orang yang kena sihir itu seringnya orang baik-baik, orang yang shalih.
Kelima: Jin yang dikirim dukun jika diminta oleh dukun itu untuk keluar terkadang dia mau keluar karena jin itu anak buahnya, tapi terkadang tidak mau keluar karena membangkang pada si dukun. Adapun jin yang masuk dengan jalan kesurupan maka si dukun tidak punya wewenang mengeluarkannya. Maka tidak ada faedah mengobati kesurupan pada tukang sihir atau dukun.
Keenam: Terkadang jin yang dikirim si dukun ingin keluar dari yang disihir, akan tetapi si dukun melarangnya dan mengancamnya akan dibunuh kalau keluar. Adapun jin yang masuk dengan jalan merasuki kapan dia ingin keluar maka dia keluar dengan izin Allah تعالى .
Ketujuh: Gangguan jin yang dikirim tukang sihir itu sesuai dengan keinginan si tukang sihir, kalau diperintah membunuh yang tersihir ya dibunuh. Adapun jin yang masuk dengan merasuki maka gangguannya sesuai kemauan jin itu sendiri.

Ada Yan Berkata: “Ada Beberapa Jenis Sihir Yang Tidak Ada Obatnya.” Apakah Ucapan Ini Benar?
Jawab: Ucapan ini tidak benar. Hal ini bertentangan dengan dalil-dalil dalam syari’at ini. Dalil yang umum terkait semua penyakit dan dalil yang umum terkait sihir.
Adapun dalil yang umum terkait semua penyakit adalah yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 5678 dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Allah juga turunkan baginya obatnya.”
Dalam hadits Usamah bin Syarik رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/278) bahwa Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,

تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ دَوَاءً

“Berobatlah kalian!! Sesungguhnya tidaklah Allah meletakkan suatu penyakit kecuali meletakkan baginya pula obatnya.”
Adapun dalil umum yang terkait dengan penghilang sihir secara umum tanpa kecuali adalah firman Allah عز وجل,

قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُم بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ

“Musa berkata: “Apa yang kalian datang dengannya adalah sihir, sesungguhnya Allah akan menggagalkannya. Sesungguhnya Allah tidaklah memperbaiki amalnya orang yang berbuat rusak.” (Yunus: 81)
Ayat ini menunjukkan apapun jenis sihirnya maka Allahعز وجل  yang akan menggagalkannya.

Apakah Jin Juga Merasuki Anak-anak Untuk Menyakiti Mereka?
Jawab: Banyak keadaan yang padanya jin mengganggu anak-anak, diantaranya:
Kagetnya anak-anak ketika sedang tidur, atau terlihat banyak menangis selama beberapa jam, padahal tidak nampak pada naka tersebut sakit pada anggota badannya. Jin yang mengganggu anak-anak terkadang tidak merasuki tubuhnya, maka ia mengganggunya dari luar badannya dan meninggalkannya. Sebagaimana ini ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 4548 dan Muslim no. 2366, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَا مِنْ مَوْلُود يُولَدُ إِلَّا نَخَسَهُ الشَّيْطَان فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ نَخْسَةِ الشَّيْطَان إِلَّا اِبْن مَرْيَم وَأُمّه

“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dicucuk oleh syaithan, maka bayi itu menangis keras saat lahir akibat cucukan syaithan, kecuali Ibnu Maryam (Nabi ‘Isa) dan ibunya (Maryam).”
Dan terkadang jin itu merasuk pada tubuh anak, maka ini lebih bahaya dan gangguannya lebih besar. Dan terkadang jin ini merasuki ibunya maka dia menyakiti anak itu sebagai efek dari menyakiti ibunya. Dengan ini tampaklah bahwa para ibu sangat butuh melindungi anak-anaknya, serta bekerja sama dengan para suami dan kerabatnya dalam hal ini. Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم membentengi Hasan dan Husain dengan berdoa,

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap syaithan dan semua binatang beracun, dan dari semua mata yang mendatangkan kejelekan.”
Terkadang anak itu terlihat tiba-tiba jatuh dan pingsan, kalau diperhatikan anak itu membelalakkan matanya ke atap atau ke tembok. Jika ditemukan hal ini maka tandanya anak ini kerasukan jin. Maka bersegeralah untuk membacakan Al-Qur’an meruqyahnya. Diriwayatkan oleh Ahmad (4/170) dari Ibnu ‘Abbas dan Ya’la bin Murrah رضي الله عنهم, bahwa ada seorang wanita datang membawa anaknya kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu beliau berkata kepada jin yang berada dalam tubuh anak itu,

اخْسَأْ عَدُوَّ اللهِ

“Enyahlah (dalam riwayat: Keluarlah) wahai musuh Allah.”

Kenapa Kesurupan Dan Sihir Itu Banyak Terjadi Pada Kaum Wanita?
Jawab: Sebab intinya kembali pada dua perkara yang disebutkan dalam hadits, bahwa kaum wanita itu; Pertama: Memiliki kekurangan akal, Kedua: Memiliki kekurangan agama. Sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id رضي الله عنه yang diriwayatkan oleh Al-Bukhary no. 304 bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ

“Tidaklah aku melihat orang yang kurang akal dan agamanya lebih membuaikan kalbu lelaki yang teguh dari pada salah satu dari kalian (para wanita).”
Lalu bercabang dari dua perkara ini banyak masalah, yaitu:
Pertama: Sedikitnya ketaatan kepada Allah تعالى, terkhusus ketika datang bulan atau nifas. Meskipun pada saat seperti ini wanita tidak boleh melakukan ibadah shalat dan puasa, namun tetap diperintahkan untuk beribadah dengan berdzikir, berdoa, beristighfar dan membaca Al-Qur’an (meski dalam boleh tidaknya memegang Al-Qur’an ada khilaf).
Kedua: Sebagian wanita banyak memanggil jin di sebagian tempat, seperti ucapan sebagian wanita pada anak-anaknya: “Semoga jin ini datang padamu”, atau “Semoga jin membawamu”, atau “Semoga jin mengambilmu”. Hal ini bisa termasuk bentuk meminta tolong kepada jin, dan ini sangat berbahaya bagi aqidahnya.
Ketiga: Sebagian wanita sangat suka dengan alat-alat musik,
Keempat: Besarnya rasa takut pada kalbu para wanita terhadap jin dan syaithan. Hal ini disebabkan kejahilan yang ada pada mereka terhadap syari’at Allah تعالى dan sunnah Rasul-Nya.
Kelima: Keterkaitan sebagia wanita dengan tukang tenung, dukun dan tukang ramal.Para wanita ini bolak balik mendatangi dukun minta ini dan itu, sehingga pengaruh jin makin bercokol padanya.
Kelima: Banyaknya rasa hasad, iri dengki antara kaum wanita, maka syaithan menghembuskan penyakit ini dan mnyuburkannya, lalu mengantarkan pemilik penyakit ini kepada kehancuran.
Keenam: Perasaan sedih yang sangat, entah karena musibah atau yang lain. Perasaan ini merupakan sebab terbesar.
Ketujuh: Sebagian wanita mudah dan cepat takut ketika mendengar dan melihat sesuatu. Lihat ini khawatir, dan dengar itu khawatir dan sebagainya.
Kedelapan: Hasadnya sebagian pemuda terhadap sebagian pemudi karena penolakan cinta dan sebagainya. Agar wanita itu tidak dimiliki oleh dirinya juga tidak pula oleh saingannya.
Insyaallah bersambung  selanjutnya edisi 2 ....


Disadur oleh:
‘Umar Al-Indunsiy
Darul Hadits – Ma’bar, Yaman

Sumber

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif