Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Kamis, 04 Oktober 2012

Indahnya Berduaan Di Malam Yang Sunyi Bersama Sang "KEKASIH"

Memaksimalkan Potensi dalam Khalwat Bersama Allah


 Manusia seringkali terlena oleh gemerlapnya dunia. Keindahannya seringkali membuat kita terhanyut dalam keramaian yang sarat kepentingan.
“…dan mereka tertipu oleh kehidupan dunia”. (Al-A’raf: 51)
Ketika kesendirian menyapa, atau lebih tepatnya menyepi (khalwatbersama Allah), terkadang kita merasa jemu dan ingin segera keluar dari suasana seperti itu. Tapi sebenarnya dalam khalwat tersimpan kenikmatan yang berbeda.
Khalwat adalah sarana menguatkan jiwa. Suasana hening menyediakan forum kepada batin untuk bertanya pada dirinya akan motif-motif yang selama ini memotori aktifitas jasad dan fikriyahnya. Ia menjadi momentum untuk mengoreksi kecenderungan-kecenderungan batiniyah yang tak terkendali untuk diarahkan dalam kerangka‘ubudiyah kepada Allah. Sebagaimana Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam sebelum bi’tsah, beliau kerap berkhalwat di gua Hira’. Allah menumbuhkan kecenderungan untuk berkhalwat di hati beliau ini, sampai datang malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah kepadanya. Dalam khalwat itulah Rasulullah menemukan kejernihan jiwa dan ketenangan batin.
Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, “Setiap hamba pasti membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk menyendiri dalam memanjatkan doa, berdzikir, shalat, merenung, berintrospeksi diri dan memperbaiki hatinya” (Kaifa Tatahammasu, hal 13).
Ketika seorang hamba memanjatkan doa dalam khalwatnya, itulah saat terdekatnya dengan Sang Khaliq Allah Ta’ala. Doa yang kita panjatkan sejatinya merupakan pernyataan diri akan kelemahan dan kerendahan kita. Begitu tingginya kedudukan doa dalam kehidupan seorang muslim, sehingga Rasulullah mengibaratkan doa sebagai perisai.
Dalam kesendiriannya, hendaklah seorang muslim selalu mengingat Allah (dzikir). Karena dzikir merupakan amalan yang ringan di lisan tapi berat di timbangan. Untaian dzikir merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah. Seseorang yang sedang jatuh cinta, pasti ia akan selalu teringat dan menyebut-nyebut nama kekasihnya. Begitu pula jika kita mencintai Allah, hendaklah kita selalu mengingat dan menyebut asma-Nya. Dalam sebuah hadits disebutkan, satu dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah adalah orang yang mengingat Allah dalam suasana sepi kemudian air matanya mengalir. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mengingat Allah kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab pada hari kiamat kelak” (HR. Al-Hakim dan dia berkata sanadnya shahih).
Marilah sejenak kita renungkan mereka yang melewatkan malamnya dengan menyendiri hanya bersama Allah. Ketika semua orang tertidur, mereka shalat tahajud di sepertiga malam terakhir, malam yang bertabur keberkahan. Bahkan Allah memberikan penghargaan kepada ahli tahajud dengan mempersembahkan sebuah kamar khusus di Surga.
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat  dari dalam, dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam, serta mendirikan shalat tahajud pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” (HR. At-Thabrani dan Al Hakim).
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat terpuji.” (Al-Isra : 79).
Dalam banyak ayat, Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk mengajak manusia merenung dan berfikir. Ketika seseorang dalam kesendiriannya merenung, ia akan merasakan bahwa seluruh alam semesta, termasuk dirinya, telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Maha Tinggi. Bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah ciptaan maha agung. Ibarat sebuah karya seni yang memperlihatkan keahlian pembuatnya yang khas dan unik, yang sarat pesan-pesannya. Bahkan ketika mengamati tubuhnya sendiri, ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan, akurasi, dan kebijaksanaan dalam perancangannya.
Kesendirian memberikan kesempatan antara logika dan hati nurani untuk berkompetisi dalam introspeksi diri. Luangkanlah sedikit waktu untuk muhasabah dari setiap kekurangan dan kelemahan dalam diri. Kemudian berusaha untuk mengubahnya. Seperti kata-kata bijak, “Barangsiapa yang belum melihat kekurangan pada dirinya maka ia tidak akan mungkin mengubah kekurangan itu.
Manusia seringkali memenuhi hatinya dengan penyakit seperti takabbur, ujub, riya’, hubbudunya dan berbagai penyakit ruhani lainnya. Oleh karena itu wajiblah melakukan pembersihan terhadap penyakit tersebut. Sehingga penyakit yang sudah merembes ke dalam hati dan membuat kerusakan di dalamnya dapat dilumpuhkan.
Kesendirian memberikan jeda waktu untuk penyegaran nurani. Karena hati pun butuh nutrisi lebih untuk menahkodai langkah kita agar selalu berada dalam koridor yang benar. Butuh sejenak untuk mereview laporan kebaikan dan keburukan kita. Hudzaifah bin Qatadah Al-Mar’asyi berkata, “Jika kamu mentaati Allah dalam kesendirian, Dia akan memperbaiki hatimu, baik kamu berkehendak atau tidak.” (Shifatus Shafwah, IV/270 dalam Ensiklopedi Hikmah nomor 593, hal. 347).
Masih banyak rahasia dan hikmah yang bisa kita rengkuh jika mau rajin menyepi bersama Allah. Khalwat dan tahajud di tengah malam adalah ritual untuk mengasah ketajaman spiritualitas kita.
Semoga kita tergolong sebagai seorang muslim yang berupaya secara konsisten melakukan improvement untuk merenungi hakikat diri sebagai hamba Allah.  Kita pun mampu mentafakuri fenomena-fenomena keagungan Sang Pencipta sehingga tumbuh rasa cinta dan mengharap berjumpa dengan-Nya. Wallahu A’lam (Syelly Alamsyah)

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif