Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 02 Oktober 2015

Antara Psikis, Sihir & Jin

Antara Psikis, Sihir & Jin

Terlalu banyak diagnosa medis yang ilmiah justru mengaburkan bahkan menghilangkan sisi ilahiyyah yang seharusnya dijunjung tinggi umat Islam. Sama halnya ketika orang mementingkan ikhtiar daripada do’a, atau kesalahan mereka yang mendahulukan teknis dan logika daripada ruh dan spiritual ibadah. Sebagai muslim yang visioner atau hamba Allah yang ber-visi Akhirat, maka tentu saja “Shober & Shalat” adalah “first step” atau tahap awal yang harus dilakukan dalam menyikapi sebuah masalah. Begitupun dengan penyakit…
Jika dahulu saya hanya bisa terdiam ketika para ilmuwan tanggung menghakimi saya dengan celotehan “Apa-apa jin, semua penyakit jin..ini itu jin?” pagi ini, bersama secangkir coffe-jasmine ini sepertinya saya mulai mencoba untuk melakukan serangan balik dalam rangka merevolusi mental ummat melalui tulisan ini.
Tadi malam adalah puncaknya, ketika seorang ibu berdarah melayu dan suaminya berkonsultasi selepas teraphy massal di ruangan tersebut. Jam sudah menunjukan angka 1 lebih, namun ini masih “sore” untuk Singapore yang hangat. Ibu bercerita, panjang namun intinya dia kecewa dan marah atas kematian anaknya.
“Ibu kecewa kepada Allah?” saya pertegas.
“Tidak” saya kecewa atas semua masalah ini.
“Ibu, tidak ada satu musibah pun terjadi tanpa izin Allah. Meski semua musibah itu disebabkan kelalaian kita”
“Tapi kenape saya harus alami hal ini?” tanya ibu itu mulai menagis.
Saya berupaya menjelaskan bahwa bayinya itu sudah diakhirat, sudah dalam keadilan Allah. Dia masuk syurga, bahkan jika ia ridho atas kematian anaknya maka sang anak itu akan menunggunya di syurga. Namun ibu tetap geram, sudut mata dan kelopaknya menghitam tanda yang jelas bahwa ia menyimpan masalah dan tidak bisa tidur malam dengan nyenyak.
Sudah satu tahun ibu ini bersedih, sudah banyak psikiater bersamanya. Berbagai pengobatan medis ditempuh, namun ia tetap depresi hingga tidak ada aktifitas selain murung.
Saya mulai ambil strategi..
Untuk shocking teraphy bagi jiwanya dan merevolusinya.
“Ibu, kesedihan dan penderitaan ini jelas perbuatan syaitan! Dan ini akan sembuh dengan Al Qur’an atas izin Allah. Sekejap bu. Namun, saya ingin ibu kerjasama dengan saya untuk mengalahkan tipu daya mereka. Ini psychowar ibu. Ibu akan menang jika ibu bersedia menang. Ibu akan sembuh jika ibu mau sembuh dan ridho kepada Allah!” papar saya menatap tajam mata sang ibu yang mulai bergetar tubuhnya.
“Apa yang harus saya lakukan agar hati saya tentram?” tanya sang ibu.
“Ibu, puncak kesembuhan adalah ketika ibu ridho kepada Allah, sebagai rabb ibu. Ibu ridhi kepada syariat Islam sebagai agama ibu dan Rasul saw sebagai Rasul ibu. Makanya ada do’a terbaik dari sang Rasul agar hati ibu tenang; “Rhoditubillahi robba, wabil islami diina wabi muhammadinnabiya warasula”. Semua amalam sunnah itu adalah penentram hati jika ibu sudah tegapkan yang wajib dan perbaiki akidah serta tauhid ibu”. Jawab saya.
“Ibu ridho Allah ciptakan ibu sebagai manusia!?” tanya saya.
“Saya ridho” jawabnya.
“Wahai jiwa yang gelisah. Sehebat apapun badai musibah yang menderamu, namun engkau masih hidup maka semua itu berstatus “ujian” yang penyikapannya ada pada pilihanmu. Dan ketahuilah, jika engkau ridho atas ujian itu maka Allah ridho. Namun jika engkau marah dengan ujian dari Allah, maka Allah juga murka. Karena setiap manusia diberi ujian yang sama, sama bertanya dan dia akan berkata ujian saya paling berat!” ujar saya mencecar sang ibu. Entah dia paham atau tidak.
“Ibu, kesedihan ibu adalah gangguan syaitan namun pemicunya adalah nafsu/marah dalam qalbu ibu. Jika ibu bersedia memadamkan api itu dan mau melatih diri untuk ridho kepada Allah maka sayua Bantu ibu menuju kesembuhan ibu dengan al Qur’an. Jika tidak, saya persilahkan ibu pulang”. Cecar saya kemudian.
“Saya berjanji, akan cuba ridho. “Bantu saya” kata sang ibu sambil menahan getaran yang berkecamuk didadanya.
Saya bergeser duduk bersila dibelakangnya disamping suaminya, lalu saya bacakan Al Fatihah, pelan, al Hasyr 21 dan fokus ke jantungnya sambil menempel telapak tangan di punggung searah tepat qalbunya. Sang ibu mulai menunduk seperti ditindih beban yang berat. Hanya dua surat karena saya sudah lelah malam itu. Lalu saya hentikan dan saya tanya bagaimana kabarnya…
Ibu menjawab bahwa sesaknya hilang dan bergeser ke dada kanan atas juga kepala yang pusing. Artinya seluruh effect sihir itu sudah berpusat atau pindah ke kepala dan spontan saya letakan telapak tangan dikepalanya dan ibu itu menjerit keras seperti kuntilanak mau disembelih.
Jin dalam dirinya mengira saya akan menyembelihnya, terlihat sang ibu yang diraksukinya menekan kepalanya agar lehernya tenggelam dan tidak ada celah untuk saya sembelih. Padahal jin itu hanya geer atau barangkali traunma melihat syaitan lain disembelih dihadapannya tapi saya realisasikan ke-geerannya.
Jin dalam tubuh ibvu yang membuatnya sedih bertahun-tahun itu dieksekusi dan lolongannya memilukan. Dan sang ibu bangun, seakan terbangun dari tidur yang panjang. Seluruh keluhan di Qalbu dan jasadnya hilang seketika, subhanallah…
“Memang ada penyakit psikis atau stress karena faktor psikis semisal stress karena utang, gangguan syaraf dll namun ketahuilah bahwa jin pun bisa merusak sistem syaraf dan psikis manusia hingga manusia gelisah”.
Kenapa hal ini terjadi, karena hilangnya rasa syukur dihati manusia disebabkan benteng hati yang runtuh. Setelah manusia jauh dari Allah maka iblis dan pasukannya bisa dengan mudah menjebol dan memfitnahnya bahkan menjerumuskannya kedalam neraka.
Ingat pemicunya adalah api dalam diri sendiri.
“Saya dulu pernah punya pembantu dari indonesia” ujar ibu sambil menerawang masalalunya. “Saya tidak suka cara kerjanya yang tidak sesuai arahan saya, akhirnya saya gantikan dan dia marah. Selepas ia pulang suami saya masuk hospital berkali-kali dan bayi saya mati” ujar ibu lagi
“Orang mana?” tanya saya penasaran
“Cirebon” jawabnya singkat dan membuat mata saya terbuka bahwa gangguan psikis ibu selama ini adalah sihir impor dari cirebon.
“SALAH SATU KELEBIHAN TERAPHY AL QUR’AN DIBANDING TERAPHY LAIN ADALAH ADANYA EKSEKUSI KEPADA SUMBER PENYAKIT”
Salam Bahagia
Nuruddin Al Indunissy
Sumber ; http://rehabhati.com/antara-psikis-sihir-jin/

Mengunci Jin

Kajian RehabHati (TFT, 3)

Rehab Hati
Pertanyaan Akh Hariyadi [Owner dan Trainer Rehab Hati Samarinda]: Kenapa Tehnik Kuncian Hanya Berlangsung Beberapa Menit Saja?
Pertama dalil, suatu ketika Rasulullah sedang shalat kemudian sahabat yang dibelakangnya melihat beliau menjulurkan tangannya kedepan. Seusai salam sahabat bertanya, tentang yang dilakukannya. Maka Rasul menjawab, bahwa tadi ada syaitan yang mengganggunya
Kemudian ia cekik dan lidahnya menjulur hingga terasa dinigin.
“Seandainya aku tidak ingat do’a saudaraku Sulaiman (alaiyhi salam) maka aku akan ikat ia ditiang dimasjid adar dijadikan mainan sama anak-anak” begitu kata rasulullah sholallahu alaiyhi wassalam
Artinya jin bisa saja di ikat
Dalil berikutnya tentang adanya ikatan sihir (uqod) dalam surah al falaq.
Dan kita memang mengetahui tentang adanya buhul tersebut..
Kemudian, selanjutnya adalah tehnik..
Pada dasarnya mengunci jin itu tidak lain tidak bukan sebuah do’a kepada Allah, jadi ketika do’a itu dikabul maka terjadi dan sebaliknya. Sedangkan terkabul atau tidaknya sebuah do’a itu erat kaitannya dengan keyakinan didada seorang raqi.
Jadi tehniknya pun sederhana, hanya sebuah do’a kepada Allah. Namun do’a tidak sederhana bagi seorang muslim, syaitan dan Allah azza wa jalla. Allah menyenangi do’a seorang muslim. Bagi seorang muslim, do’a adalah senjata.. dan bagi syaitan do’a seorang muslim yang diarahkan kepadanya adalah malapetaka.
Seperti kita ketahui, bahwa ruqyah itu tidak lain tidak bukan adalah “do’a yang aktif”, do’a yang spesifik langsung kepada object dengan details. Dalam hal ini, misalkan; “Ya Rabb, kuncilah kedua tangan jin ini ke lantai” maka akan terjadi demikian, tangan manusia yang diraksuki jin terikat ke lantai. Dan kakinya tidak terikat, karena tidak termasuk dalam do’a. Jika do’anya berbeda maka hasilnya berbeda. Seandainya do’anya tidak spesifik, semisal; “ya Rabb ikatlah tangannya”. Maka yang akan terjadi tangan jin terikat kepada tangan yang lainnya.
Jadi jika dido’akan misalkan, “Ya rabb ikatlah tangannya 1 jam ini” maka yang terjadi adalah 1 jam. Begitulah seterusnya. Saya punya pengalaman mengikat jin (dalam tubuh manusia) di dalam mobil. Saat itu perjalanan ke bandara di Makassar, dan panitia yang mengundang kami bereaksi. Dan saya katakan kepada jin itu, “Jangan sentuh pintu mobil itu” sambil menunjuk handle pintu mobil, takut manusia itu loncat sedangkan ini di tol. Maka apa yang terjadi? Kedua tangan jin itu merapat seperti diikat. Dan sesampainya di bandara saya tanyakan kepada jin itu, kamu mau keluar atau tetap terikat begitu. Dia menggelengkan kepala dan akhirnya saya sadarkan ibu tersebut. Satu tahun kemudian, saya bertemu ibu itu di masjid LAN antang makasar dan beliau ikut ruqyah massal, ternyata ia keraksukan jin yang sama dalam keadaan terikat.
Jadi kesimpulannya, jika do’a tidak spesifik maka yang akan terjadi adalah sesuai kehendak Allah saja atau sesuai kadar kekuatan do’anya. Kalau kekuatan do’a antum 60 detik, ya itulah yang terjadi.
Wallahu’alam


Original post by Ust NAI (Nuruddin Al Indunissy)
Sumber ; RehabHati
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif