“Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi ﷺ :
Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla
- Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.
Bukti Cinta
Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.
(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)
Minggu, 31 Maret 2013
UCAPAN SESEORANG: “ATAS KEHENDAK ALLAH DAN KEHENDAKMU”
“Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi ﷺ :
ORANG YANG TIDAK RELA TERHADAP SUMPAH YANG MENGGUNAKAN NAMA ALLAH
Kamis, 28 Maret 2013
LARANGAN MENJADIKAN SEKUTU BAGI ALLAH
bahwa Rasulullah ﷺ
INGKAR TERHADAP NI’MAT ALLAH
Rabu, 27 Maret 2013
MENGINGKARI SEBAGIAN NAMA DAN SIFAT ALLAH
Senin, 25 Maret 2013
BERHAKIM KEPADA SELAIN ALLAH DAN RASULNYA
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
“Tidaklah beriman (dengan sempurna) seseorang di
yang telah aku bawa (dari Allah).” (Imam Nawawi
menyatakan hadits ini shahih).
Sabtu, 23 Maret 2013
MENTAATI ULAMA DAN UMARA DALAM MENGHARAMKAN YANG HALAL DAN MENGHALALKAN YANG HARAM BERARTI MEMPERTUHANKAN MEREKA
MELAKUKAN AMAL SHALEH UNTUK KEPENTINGAN DUNIA ADALAH SYIRIK
Dalam shahih Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah
“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka
jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah,
celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri
semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang
hamba yang memacu kudanya (berjihad di jalan Allah),
kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia
ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos
penjagaan, dan bila ditugaskan di garis belakang, dia
akan tetap setia di garis belakang, jika ia minta izin
(untuk menemui raja atau penguasa) tidak
diperkenankan (90), dan jika bertindak sebagai pemberi
syafaat (sebagai perantara) maka tidak diterima
syafaatnya (perantaraannya)”.
----------------------------------------
(89)Khamishah dan khamilah adalah pakaian yang terbuat dari
sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itulah orang-orang
yang celaka dan sengsara.
1. Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang
-----------------------------------------
3. Manusia muslim disebut sebagai hamba dinar,
4. Tandanya apabila diberi ia senang, dan apabila
5. Rasulullah ﷺ mendo’akan: “celakalah dan
6. Juga mendoakan: “jika terkena duri semoga ia
7. Pujian dan sanjungan untuk mujahid yang
Minggu, 17 Maret 2013
SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH BAGIAN DARI IMAN KEPADA-NYA
KITAB TAUHID BAB 35 HAL 180 - 183
Allah berfirman:
“Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. At Taghabun: 11).
khawatir, harap akan rahmat Allah dan khawatir terhadap
siksa-Nya.
‘Alqomah (84) menafsirkan Iman yang disebutkan
dalam ayat ini dengan mengatakan:
“Yaitu: orang yang ketika ditimpa musibah, ia
meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridha
dan pasrah (atas takdir-Nya).
---------------------------------------------------
(84) ‘Al Qomah bin Qais bin Abdullah bin Malik An Nakhai,
salah seorang tokoh dari ulama tabiin, dilahirkan pada
masa hidup Nabi dan meninggal tahun 62 H (681 M).
Diriwayatkan dalam shahih Muslim dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh
manusia, yang kedua-duanya merupakan bentuk
kekufuran: mencela keturunan, dan meratapi orang
mati.”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits
marfu’, dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu , bahwa Rasulullah ﷺ
bersabda:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang
memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan
menyeru dengan seruan orang-orang jahiliyah”.
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah
ﷺ bersabda:“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang
hamba-Nya, maka Ia percepat hukuman baginya di
dunia, dan apabila Ia menghendaki keburukan pada
seorang hamba-Nya, maka Ia tangguhkan dosanya
sampai ia penuhi balasannya nanti pada hari kiamat.”
(HR. Tirmidzi dan Al Hakim).
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan
besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah jika
mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya,
barangsiapa yang ridha akan ujian itu maka baginya
keridhaan Allah, dan barangsiapa yang marah/benci
terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan
Allah.” (Hadits hasan menurut Turmudzi).
Kandungan dalam bab ini:
1. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taghabun
(85).
-----------------------------------------------
(85)Ayat ini menunjukkan tentang keutamaan sabar atas segala
takdir Allah yang pahit, seperti musibah; dan
menunjukkan bahwa amal termasuk dalam pengertian
iman.
2. Sabar terhadap cobaan termasuk iman kepada
Allah .
3. Disebutkan tentang hukum mencela keturunan.
4. Ancaman keras bagi orang yang memukul-mukul
pipi, merobek-robek baju, dan menyeru kepada
seruan jahiliyah [karena meratapi orang mati].
5. Tanda apabila Allah menghendaki kebaikan
kepada hamba-Nya.
6. Tanda apabila Allah menghendaki keburukan
kepada hamba-Nya.
7. Tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
8. Dilarang bersikap marah dan tidak sabar atas
cobaan ketika diuji oleh Allah.
9. Pahala bagi orang yang ridha atas ujian dan
cobaan.
Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!
☛ Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,
1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)
2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”
3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)
☛ Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,
1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)
2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)
3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)
☛ Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,
1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)
2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)
3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)
4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)
5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)
6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)
7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)
8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)
9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)
☛ Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)
Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,
1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)
2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)
3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).
Selengkapnya klik DI SINI
Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?