Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Minggu, 31 Maret 2013

UCAPAN SESEORANG: “ATAS KEHENDAK ALLAH DAN KEHENDAKMU”

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 44 HAL 211 - 213

Qutaibah Radhiyallahu 'anhu berkata:
“Bahwa ada seorang Yahudi datang kepada
Rasulullah  , lalu berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian
telah melakukan perbuatan syirik, kalian mengucapkan:
‘atas kehendak Allah dan kehendakmu’ dan
mengucapkan: ‘demi Ka’bah’, maka Rasulullah
memerintahkan para sahabat apabila hendak bersumpah
supaya mengucapkan: ‘demi Rabb Pemilik ka’bah’, dan
mengucapkan: ‘atas kehendak Allah kemudian atas
kehendakmu’. (HR. An Nasa'i dan ia nyatakan sebagai
hadits shahih).


Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu menuturkan:
“Bahwa ada seorang lelaki berkata kepada Nabi   :
"atas kehendak Allah dan kehendakmu", maka Nabi
bersabda: “apakah kamu telah menjadikan diriku sekutu
bagi Allah? Hanya atas kehendak Allah semata”.
Diriwayatkan oleh Ibnu majah, dari At Thufail
saudara seibu Aisyah, radhiallahuanha. ia berkata:
“Aku bermimpi seolah-olah aku mendatangi
sekelompok orang-orang Yahudi, dan aku berkata kepada
mereka: ‘Sungguh kalian adalah sebaik-baik kaum jika
kalian tidak mengatakan: Uzair putra Allah’. Mereka
menjawab: ‘Sungguh kalian juga sebaik-baik kaum jika
kalian tidak mengatakan: "Atas kehendak Allah dan
kehendak Muhammad". Kemudian aku melewati
sekelompok orang-orang Nasrani, dan aku berkata
kepada mereka: "Sungguh kalian adalah sebaik-baik
kaum jika kalian tidak mengatakan: "Al Masih putra
Allah". Mereka pun balik berkata: "Sungguh kalian juga
sebaik-baik kaum jika kalian tidak mengatakan: "Atas
kehendak Allah dan Muhammad". Maka pada keesokan
harinya aku memberitahukan mimpiku tersebut kepada
kawan-kawanku, setelah itu aku mendatangi Nabi
Muhammad  , dan aku beritahukan hal itu kepada
beliau. Kemudian Rasul bersabda: “Apakah engkau telah
memberitahukannya kepada seseorang? aku menjawab:
‘ya’. Lalu Rasulullah   bersabda yang diawalinya
dengan memuji nama Allah Allah-green.svg :
“Amma ba’du, sesungguhnya Thufail telah bermimpi
tentang sesuatu, dan telah diberitahukan kepada
sebagian orang dari kalian. Dan sesunguhnya kalian
telah mengucapkan suatu ucapan yang ketika itu saya
tidak sempat melarangnya, karena aku disibukkan
dengan urusan ini dan itu, oleh karena itu, janganlah
kalian mengatakan: "Atas kehendak Allah dan kehendak
Muhammad", akan tetapi ucapkanlah: "Atas kehendak
Allah semata.”

Kandungan bab ini:

1. Hadits di atas menunjukkan bahwa orang Yahudi
pun mengetahui tentang perbuatan yang disebut
syirik ashghar.

2. Pemahaman seseorang akan kebenaran tidak
menjamin ia untuk menerima dan
melaksanakannya, apabila ia dipengaruhi oleh
hawa nafsunya. [Sebagaimana orang-orang
Yahudi tadi, dia mengerti kebenaran, tetapi dia
tidak mau mengikuti kebenaran itu, dan tidak
mau beriman kepada Nabi yang membawanya].

3. Sabda Rasulullah  : “Apakah engkau
menjadikan diriku sekutu bagi Allah? Sebagai
bukti adanya penolakan terhadap orang-orang
yang mengatakan kepada beliau: "Atas kehendak
Allah dan kehendakmu", jika demikian sikap
beliau, lalu bagaimana dengan orang-orang yang
mengatakan:
“Wahai makhluk termulia, tak ada seorangpun
bagiku sebagai tempatku berlindung kecuali
engkau ..” dan dua bait selanjutnya.

4. Ucapan seseorang: “atas kehendak Allah dan
kehendakmu” termasuk syirik ashghar, tidak
termasuk syirik akbar, karena beliau bersabda:
“kalian telah mengucapkan suatu ucapan yang
karena kesibukanku dengan ini dan itu aku tidak
sempat melarangnya”.

5. Mimpi yang baik termasuk bagian dari wahyu.

6. Mimpi kadang menjadi sebab disyariatkannya
suatu hukum.

ORANG YANG TIDAK RELA TERHADAP SUMPAH YANG MENGGUNAKAN NAMA ALLAH

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 43 HAL 209 - 210

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu , 
bahwa Rasulullah  bersabda:
“Janganlah kalian bersumpah dengan nama nenek
moyang kalian! Barangsiapa yang bersumpah dengan
nama Allah, maka hendaknya ia jujur, dan barangsiapa
yang diberi sumpah dengan nama Allah maka hendaklah
ia rela (menerimanya), barangsiapa yang tidak rela
menerima sumpah tersebut maka lepaslah ia dari Allah
Allah-green.svg ” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang hasan).

Kandungan bab ini:

1. Larangan bersumpah dengan menyebut nama
nenek moyang.

2. Diperintahkan kepada orang yang diberi sumpah
dengan menyebut nama Allah untuk rela
menerimanya.

3. Ancaman bagi orang-orang yang tidak rela
menerimanya.

Kamis, 28 Maret 2013

LARANGAN MENJADIKAN SEKUTU BAGI ALLAH

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 42 HAL 206 - 208

Firman Allah Allah-green.svg:

“Maka janganlah kamu membuat sekutu untuk Allah
padahal kamu mengetahui (bahwa Allah adalah maha
Esa). ” (QS. Al Baqarah: 22).

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu dalam menafsirkan ayat tersebut
mengatakan: “membuat sekutu untuk Allah adalah
perbuatan syirik, suatu perbuatan dosa yang lebih sulit
untuk dikenali dari pada semut kecil yang merayap di
atas batu hitam, pada malam hari yang gelap gulita. Yaitu
seperti ucapan anda: ‘demi Allah dan demi hidupmu
wahai fulan, juga demi hidupku’, Atau seperti ucapan:
‘kalau bukan karena anjing ini, tentu kita didatangi
pencuri-pencuri itu’, atau seperti ucapan: ‘kalau bukan
karena angsa yang dirumah ini, tentu kita didatangi
pencuri-pencuri tersebut’, atau seperti ucapan seseorang
kepada kawan-kawannya: ‘ini terjadi karena kehendak
Allah dan kehendakmu’, atau seperti ucapan seseorang:
‘kalaulah bukan karena Allah dan fulan’.
Oleh karena itu, janganlah anda menyertakan “si
fulan” dalam ucapan-ucapan di atas, karena bisa
menjatuhkan anda kedalam kemusyrikan.” (HR. Ibnu Abi
Hatim).

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu , bahwa
Rasulullah  bersabda:

“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut
selain Allah, maka ia telah berbuat kekafiran atau
kemusyrikan.” (HR. Turmudzi, dan ia nyatakan sebagai
hadits hasan, dan dinyatakan oleh Al Hakim shahih).

Dan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata:“Sungguh bersumpah bohong dengan menyebut
nama Allah, lebih Aku sukai daripada bersumpah jujur
tetapi dengan menyebut nama selain-Nya.”

Diriwayatkan dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu
 bahwa Rasulullah   
bersabda:“Janganlah kalian mengatakan: ‘atas kehendak
Allah dan kehendak si fulan’, tapi katakanlah: ‘atas
kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan.” (HR.
Abu Daud dengan sanad yang baik).

Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha’i bahwa ia
melarang ucapan: “Aku berlindung kepada Allah dan
kepadamu”, tetapi ia memperbolehkan ucapan: “Aku
berlindung kepada Allah, kemudian kepadamu”, serta
ucapan: ‘kalau bukan karena Allah kemudian karena si
fulan’, dan ia tidak memperbolehkan ucapan: ‘kalau
bukan karena Allah dan karena fulan’.

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang maksud “membuat sekutu
untuk Allah”.

2. Penjelasan para sahabat bahwa ayat-ayat yang
diturunkan oleh Allah yang berkaitan dengan
syirik akbar itu mencakup juga tentang syirik
ashghar (kecil).

3. Bersumpah dengan menyebut nama selain Allah
adalah syirik.

4. Bersumpah menggunakan nama selain Allah
walaupun dalam kebenaran, itu lebih besar
dosanya daripada sumpah palsu dengan
menggunakan nama Allah.

5. Ada perbedaan yang jelas sekali antara ( و ) yang
berarti “dan” dengan ( ثمّ ) yang berarti
“kemudian”.

INGKAR TERHADAP NI’MAT ALLAH

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 41 HAL 204 - 205

Firman Allah Allah-green.svg :
“Mereka mengetahui ni’mat Allah (tetapi) kemudian
mereka mengingkarinya.” (QS. An Nahl: 83).

Dalam menafsiri ayat di atas Mujahid mengatakan
bahwa maksudnya adalah kata-kata seseroang: “Ini
adalah harta kekayaan yang aku warisi dari nenek
moyangku.”

Aun bin Abdullah mengatakan: “Yakni kata mereka
‘kalau bukan karena fulan, tentu tidak akan menjadi
begini’.”

Ibnu Qutaibah berkata, menafsiri ayat di atas:
“mereka mengatakan: ini adalah sebab syafa’at
sembahan- sembahan kami”.

Abul Abbas (101) - setelah mengupas hadits yang
diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid yang di dalamnya
terdapat sabda Nabi: “sesungguhnya Allah berfirman:
“pagi ini sebagian hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku 
dan ada yang kafir …, sebagaimana yang telah
disebutkan di atas – (102) ia mengatakan:
“Hal ini banyak terdapat dalam Al qur’an maupun As
sunnah, Allah Allah-green.svg mencela orang yang menyekutukan-Nya
dengan menisbatkan ni’mat yang telah diberikan kepada
selain-Nya”.
----------------------------------------
(101) Abu Al Abbas Ibnu Taimiyah.
(102) Telah disebutkan pada bab 30.

Sebagian ulama salaf mengatakan: “yaitu seperti
ucapan mereka: anginnya bagus, nahkodanya cerdik,
pandai, dan sebagainya, yang bisa muncul dari ucapan
banyak orang.

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang firman Allah yang terdapat
dalam surat An Nahl, yang menyatakan adanya
banyak orang yang mengetahui ni’mat Allah tapi
mereka mengingkarinya.

2. Hal itu sering terjadi dalam ucapan banyak
orang. [Karena itu harus dihindari].

3. Ucapan seperti ini dianggap sebagai
pengingkaran terhadap ni’mat Allah.

4. Adanya dua hal yang kontradiksi (mengetahui
ni’mat Allah dan mengingkarinya), bisa terjadi
dalam diri manusia.


Rabu, 27 Maret 2013

MENGINGKARI SEBAGIAN NAMA DAN SIFAT ALLAH

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 40 HAL 201 - 203

Firman Allah Allah-green.svg :
“Dan mereka kafir (ingkar) kepada Ar Rahman (Dzat
Yang Maha Pengasih). Katakanlah: “Dia adalah
Tuhanku, tiada sesembahan yang hak selain dia, hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku
bertaubat.” (QS. Ar Ra’dan: 30).

Diriwayatkan dalam shahih Bukhari, bahwa Ali bin
Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu berkata:
“Berbicaralah kepada orang-orang dengan apa yang
difahami oleh mereka, apakah kalian menginginkan
Allah dan Rasul-Nya didustakan?
Abdur Razaq meriwayatkan dari Ma’mar dari Ibnu
Thawus dari bapaknya dari Ibnu Abbas, bahwa ia melihat
seseorang terkejut ketika mendengar hadits Nabi
Muhammad   yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah
Allah-green.svg, karena merasa keberatan dengan hal tersebut, maka

Ibnu Abbas berkata:“Apa yang dikhawatirkan oleh mereka itu? Mereka
mau mendengar dan menerima ketika dibacakan ayatayat
yang muhkamat (jelas pengertiannya), tapi mereka
keberatan untuk menerimanya ketika dibacakan ayat-ayat
yang mutasyabihat (sulit difahami) 99.
-------------------------------------------
(99)Perkataan Ibnu Abbas disebutkan penulis setelah perkataan
Ali yang menyatakan bahwa seyogyanya tidak usah
dituturkan kepada orang-orang apa yang tidak mereka
mengerti, adalah untuk menunjukkan bahwa nash-nash Al
Qur’an maupun hadits yang berkenaan sifat Allah tidak
termasuk hal tersebut, bahkan perlu pula disebutkan dan
ditegaskan, karena keberatan sebagian orang akan hal
tersebut bukanlah menjadi faktor penghalang untuk
menyebutkannya, sebab para ulama semenjak zaman
dahulu masih membacakan ayat-ayat dan hadits-hadits
yang berkenaan dengan sifat Allah di hadapan orang-orang
umum maupun khusus.

Orang-orang Quraisy ketika mendengar Rasulullah  
menyebut “Ar Rahman”, mereka mengingkarinya, maka
terhadap mereka itu, Allah Allah-green.svg menurunkan firmanNya:
“Dan mereka kafir terhadap Ar Rahman”.

Kandungan bab ini:

1. Dinyatakan tidak beriman, karena mengingkari
(menolak) sebagian dari Asma’ dan Sifat Allah.

2. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat Ar Ra’d(100).
----------------------------------
(100) Ayat ini menunjukkah kewajiban mengimani segala
Asma’ dan Sifat Allah, dan mengingkari sesuatu darinya
adalah kufur.

3. Tidak dibenarkan menyampaikan kepada
manusia hal-hal yang tidak difahami oleh
mereka.

4. Hal itu disebabkan karena bisa mengakibatkan
Allah dan Rasul-Nya didustakan, meskipun ia
tidak bermaksud demikian.

5. Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu menolak sikap orang yang merasa
keberatan ketika dibacakan sebuah hadits yang
berkenaan dengan sifat Allah dan menyatakan
bahwa sikap tersebut bisa mencelakakan dirinya.


Senin, 25 Maret 2013

BERHAKIM KEPADA SELAIN ALLAH DAN RASULNYA

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID BAB 39 HAL 195 - 201

Firman Allah Allah-green.svg :
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu, dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada
Thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk
mengingkari Thaghut itu, dan syetan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauhjauhnya.
Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah
kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan
dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orangorang
munafik itu menghalangi (manusia) dari
(mendekati) kamu dengan sekuat-kuatnya. Maka
bagaimanakah halnya, apabila mereka ditimpa sesuatu
musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri,
kemudian mereka datang kepadamu seraya bersumpah:
“Demi Allah, sekali kali kami tidak menghendaki selain
penyelesain yang baik dan perdamaian yang sempurna.”
(QS. An nisa: 60).

“Dan apabila dikatakan kepada mereka (orangorang
munafik): “janganlah kamu berbuat kerusakan di
muka bumi” (94), mereka menjawab: “sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al
baqarah: 11).
---------------------------------------------

(94)Maksudnya: janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi dengan kekafiran dan perbuatan maksiat lainnya.
yang telah aku bawa (dari Allah).” (Imam Nawawi
menyatakan hadits ini shahih).

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi ini sesudah Allah memperbaiki.” (QS. Al A’raf:
(56).

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki,
dan tidak ada yang lebih baik hukumnya daripada hukum
Allah bagi orang-orang yang yakin.” (QS. Al Maidah:
50).

Diriwayatkan dari Abdullah bin UmarRadhiyallahu 'anhu 
sesungguhnya Rasulullah  bersabda:
 “Tidaklah beriman (dengan sempurna) seseorang di
antara kamu, sebelum keinginan dirinya mengikuti apa
yang telah aku bawa (dari Allah).” (Imam Nawawi
menyatakan hadits ini shahih).

As Sya’by menuturkan: “pernah terjadi pertengkaran
antara orang munafik dan orang Yahudi. Orang Yahudi
itu berkata: “Mari kita berhakim kepada Muhammad”,
karena ia mengetahui bahwa beliau tidak menerima suap.
Sedangkan orang munafik tadi berkata: “Mari kita
berhakim kepada orang Yahudi”, karena ia tahu bahwa
mereka mau menerima suap. Maka bersepakatlah
keduanya untuk berhakim kepada seorang dukun di
Juhainah, maka turunlah ayat: (QS. An nisa: 60).

Ada pula yang menyatakan bahwa ayat di atas turun
berkenaan dengan dua orang yang bertengkar, salah
seorang dari mereka berkata: “Mari kita bersama-sama
mengadukan kepada Nabi Muhammad  , sedangkan
yang lainnya mengadukan kepada Ka’ab bin Asyraf”,
kemudian keduanya mengadukan perkara mereka kepada
Umar Radhiyallahu 'anhu . Salah seorang di antara keduanya menjelaskan
kepadanya tentang permasalahan yang terjadi, kemudian
Umar bertanya kepada orang yang tidak rela dengan
keputusan Rasulullah  : “Benarkah demikian? Ia
menjawab: “Ya, benar”. Akhirnya dihukumlah orang itu
oleh Umar dengan dipancung pakai pedang.

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat An Nisa’ (95), yang di dalamnya terdapat
keterangan yang bisa membantu untuk
memahami makna Thaghut.

2. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al
Baqarah (96).
----------------------------------------
(95)Ayat ini menunjukkan kewajiban berhakim kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, dan menerima hukum
keduanya dengan ridha dan tunduk. Barangsiapa yang
berhakim kepada selainnya, berarti berhakim kepada
thagut, apapun sebutannya. Dan menunjukkan kewajiban
mengingkari thaghut, serta menjauhkan diri dan waspada
terhadap tipu daya syetan. Dan menunjukkan pula bahwa
barangsiapa yang diajak berhakim dengan hukum Allah
dan Rasul-Nya haruslah menerima; apabila menolak maka
dia adalah munafik, dan apapun dalih yang dikemukakan
seperti menghendaki penyelesaian yang baik dan
perdamaian yang sempurna bukanlah merupakan alasan
baginya untuk menerima selain hukum Allah dan Rasul-
Nya.

(96)Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengajak
berhukum kepada selain hukum yang diturunkan Allah,
maka ia telah berbuat kerusakan yang sangat berat di muka
bumi, dan dalih mengadakan perbaikan bukan alasan sama
sekali untuk meninggalkan hukum-Nya; menunjukkan
pula bahwa orang yang sakit hatinya akan memutar
balikkan nilai-nilai, di mana yang hak dijadikan batil dan
yang batil dijadikan hak.

3. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat Al A’raf (97).

4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al
Ma’idah (98).
-----------------------------------------
(97)Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengajak
berhukum kepada selain hukum Allah, maka ia telah
berbuat kerusakan yang sangat berat di muka bumi, dan
menunjukkan bahwa perbaikan di muka bumi adalah
dengan menerapkan hukum yang diturunkan Allah.

(98)Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang menghendaki
salain hukum Allah, berarti ia menghendaki hukum
Jahiliyah.

5. Penjelasan As Sya’by tentang sebab turunnya
ayat yang pertama (yang terdapat dalam surat An
Nisa’).

6. Penjelasan tentang iman yang benar dan iman
yang palsu [Iman yang benar, yaitu: berhakim
kepada kitab Allah dan sunnah Rasulullah, dan
iman yang palsu yaitu: mengaku beriman tetapi
tidak mau berhakim kepada Kitab Allah dan
Sunnah Rasulullah, bahkan berhakim kepada
thaghut].

7. Kisah Umar dengan orang munafik [bahwa Umar
memenggal leher orang munafik tersebut, karena
dia tidak rela dengan keputusan Rasulullah   ].

8. Seseorang tidak akan beriman (sempurna dan
benar) sebelum keinginan dirinya mengikuti
tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah    .

Sabtu, 23 Maret 2013

MENTAATI ULAMA DAN UMARA DALAM MENGHARAMKAN YANG HALAL DAN MENGHALALKAN YANG HARAM BERARTI MEMPERTUHANKAN MEREKA

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID BAB 38 HAL 192 - 195

Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu berkata:
“Aku khawatir kalian ditimpa hujan batu dari langit,
karena aku mengatakan: “Rasulullah  bersabda”, tetapi
kalian malah mengatakan: “Abu Bakar dan Umar
berkata”.

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Aku merasa
heran terhadap orang-orang yang tahu tentang isnad
hadits dan keshahihannya, tetapi mereka menjadikan
pendapat Sufyan sebagai acuannya, padahal Allah Allah-green.svg
telah berfirman:“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa siksa
yang pedih.” (QS. An nur: 63).

Tahukah kamu apakah yang dimaksud dengan fitnah
itu? Fitnah disitu maksudnya adalah syirik, bisa jadi
apabila ia menolak sabda Nabi akan terjadi dalam hatinya
kesesatan sehingga dia celaka”.

Diriwayatkan dari ‘Ady bin Hatim bahwa ia
mendengar Rasulullah  membaca firman Allah Allah-green.svg :
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahibrahib
mereka sebagai tuhan tuhan selain Allah.” (QS. Al
At Taubah: 31).
Maka saya berkata kepada beliau: “Sungguh kami
tidaklah menyembah mereka”, beliau bersabda:
“Tidakkah mereka mengharamkan apa yang telah
dihalalkan Allah, lalu kalian pun mengharamkanya; dan
tidakkah mereka itu menghalalkan apa yang diharamkan
Allah, lalu kalian menghalalkannya? Aku menjawab: ya,
maka beliau bersabda: “itulah bentuk penyembahan
kepada mereka.” (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzi
menyatakan hasan).

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat dalam surat An nur (92).

2. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taubah
(93).
-------------------------------------------------
(92)Ayat ini mengandung suatu peringatan supaya kita jangan
sampai menyalahi Kitab dan Sunnah.
(93)Ayat dalam surat At Taubah ini menunjukkan bahwa
barangsiapa mentaati seseorang dengan menyalahi hukum
yang telah ditetapkan Allah berarti telah mengangkatnya
sebagai tuhan selain Allah.

3. Perlu diperhatikan arti ibadah yang sebelumnya
telah diingkari oleh ‘Ady bin Hatim.

4. Pemberian contoh kasus yang dikemukakan oleh
Ibnu Abbas dengan menyebut nama Abu Bakar
dan Umar, dan yang dikemukakan oleh Ahmad
bin Hanbal dengan menyebut nama Sufyan.

5. Hal tersebut telah berkembang sedemikian rupa,
sehingga banyak terjadi pada kebanyakan
manusia penyembahan terhadap orang-orang
shaleh, yang dianggapnya sebagai amal yang
paling utama, dan dipercayainya sebagai wali
[yang dapat mendatangkan suatu manfa’at atau
bencana], serta penyembahan terhadap orangorang
alim melalui ilmu pengetahuan dan fiqh
[dengan diikuti apa saja yang dikatakan, baik
sesuai dengan firman Allah dan sabda Rasul-Nya
atau tidak].

Kemudian hal ini berkembang lebih parah lagi,
dengan adanya penyembahan terhadap orang-orang yang
tidak shaleh, dan terhadap orang-orang bodoh yang tidak
berilmu [dengan diikuti pendapat-pendapatnya, bahkan
bid’ah dan syirik yang mereka lakukan juga diikuti].

MELAKUKAN AMAL SHALEH UNTUK KEPENTINGAN DUNIA ADALAH SYIRIK

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID BAB 37 HAL 188 - 191


Firman Allah Allah-green.svg :“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia
dan perhiasaannya, niscaya kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia ini tidak akan dirugikan, mereka
itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat
kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia, serta sia-sialah apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15 –16).

Dalam shahih Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah
 bersabda:
“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka
hamba khamishah, celaka hamba khamilah (89)
jika diberi ia senang, dan jika tidak diberi ia marah,
celakalah ia dan tersungkurlah ia, apabila terkena duri
semoga tidak bisa mencabutnya, berbahagialah seorang
hamba yang memacu kudanya (berjihad di jalan Allah),
kusut rambutnya, dan berdebu kedua kakinya, bila ia
ditugaskan sebagai penjaga, dia setia berada di pos
penjagaan, dan bila ditugaskan di garis belakang, dia
akan tetap setia di garis belakang, jika ia minta izin
(untuk menemui raja atau penguasa) tidak
diperkenankan (90), dan jika bertindak sebagai pemberi
syafaat (sebagai perantara) maka tidak diterima
syafaatnya (perantaraannya)”.

----------------------------------------
(89)Khamishah dan khamilah adalah pakaian yang terbuat dari
wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis-garis
yang menarik dan indah. Maksud ungkapan Rasulullah 
dengan sabdanya tersebut ialah untuk menunjukkan orang
yang sangat ambisi dengan kekayaan duniawi, 
sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itulah orang-orang
yang celaka dan sengsara.


(90)Tidak diperkenankan dan tidak diterima perantaraannya,
karena dia tidak mempunyai kedudukan atau pangkat dan
tidak terkenal; sebab perbuatan dan amal yang
dilakukannya diniati karena Allah semata.


Kandungan bab ini:

1. Motivasi seseorang dalam amal ibadahnya, yang
semestinya untuk akhirat malah untuk
kepentingan duniawi [termasuk syirik dan
menjadikan pekerjaan itu sia-sia tidak diterima
oleh Allah].

2. Penjelasan tentang ayat dalam surat Hud (91).

-----------------------------------------

(91 ) Ayat ini menjelaskan tentang hukum orang yang
motivasinya hanya kepentingan dan keni’matan duniawi,
dan akibat yang akan diterimanya baik di dunia maupun di
akhirat nanti.


3. Manusia muslim disebut sebagai hamba dinar,
hamba dirham, hamba khamishah dan khamilah
[jika menjadikan kesenangan duniawi sebagai
tujuan].

4. Tandanya apabila diberi ia senang, dan apabila
tidak diberi ia marah.

5. Rasulullah  mendo’akan: “celakalah dan
tersungkurlah”.

6. Juga mendoakan: “jika terkena duri semoga ia
tidak bisa mencabutnya”.

7. Pujian dan sanjungan untuk mujahid yang
memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebut
dalam hadits.

Minggu, 17 Maret 2013

SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH BAGIAN DARI IMAN KEPADA-NYA

Al Qur'an Online

KITAB TAUHID BAB 35 HAL 180 - 183

Allah Allah-green.svg berfirman: 

“Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS. At Taghabun: 11).
khawatir, harap akan rahmat Allah dan khawatir terhadap
siksa-Nya.

‘Alqomah (84) menafsirkan Iman yang disebutkan
dalam ayat ini dengan mengatakan:
“Yaitu: orang yang ketika ditimpa musibah, ia
meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridha
dan pasrah (atas takdir-Nya).
---------------------------------------------------

(84) ‘Al Qomah bin Qais bin Abdullah bin Malik An Nakhai,
salah seorang tokoh dari ulama tabiin, dilahirkan pada
masa hidup Nabi  dan meninggal tahun 62 H (681 M).


Diriwayatkan dalam shahih Muslim dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah  bersabda:
“Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh
manusia, yang kedua-duanya merupakan bentuk
kekufuran: mencela keturunan, dan meratapi orang
mati.”

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits
marfu’, dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu , bahwa Rasulullah  
bersabda:

“Tidak termasuk golongan kami orang yang
memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan
menyeru dengan seruan orang-orang jahiliyah”.

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'anhu sesungguhnya Rasulullah
 bersabda:“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang
hamba-Nya, maka Ia percepat hukuman baginya di
dunia, dan apabila Ia menghendaki keburukan pada
seorang hamba-Nya, maka Ia tangguhkan dosanya
sampai ia penuhi balasannya nanti pada hari kiamat.”
(HR. Tirmidzi dan Al Hakim).

Nabi Muhammad  bersabda:
“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan
besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Allah-green.svg jika
mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya,
barangsiapa yang ridha akan ujian itu maka baginya
keridhaan Allah, dan barangsiapa yang marah/benci
terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan
Allah.” (Hadits hasan menurut Turmudzi).

Kandungan dalam bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat dalam surat At Taghabun
(85).
-----------------------------------------------

(85)Ayat ini menunjukkan tentang keutamaan sabar atas segala
takdir Allah yang pahit, seperti musibah; dan
menunjukkan bahwa amal termasuk dalam pengertian
iman.


2. Sabar terhadap cobaan termasuk iman kepada
Allah Allah-green.svg.

3. Disebutkan tentang hukum mencela keturunan.

4. Ancaman keras bagi orang yang memukul-mukul
pipi, merobek-robek baju, dan menyeru kepada
seruan jahiliyah [karena meratapi orang mati].

5. Tanda apabila Allah menghendaki kebaikan
kepada hamba-Nya.

6. Tanda apabila Allah menghendaki keburukan
kepada hamba-Nya.

7. Tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

8. Dilarang bersikap marah dan tidak sabar atas
cobaan ketika diuji oleh AllahAllah-green.svg.

9. Pahala bagi orang yang ridha atas ujian dan
cobaan.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif