Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Rabu, 04 Juni 2014

KISAH ORANG SHALIH KETIKA MUSIBAH MENYAPA

Wahai saudariku muslimah... tahukah kita bahwa musibah yang menimpa kita itu merupakan bukti keagungan Rububiyah Dan Keperkasaan Allah azza wa jalla, namun sekaligus juga merupakan bukti akan kasih sayang Allah dan cintanya kepada hamba-hambaNya yang beriman. Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi hamba yang baik, maka Dia akan mengujinya dengan musibah.”
Di sisi yang lain, musibah itu menjadi tanda akan hina, lemah serta banyaknya kesalahan yang diperbuat manusia, Allah azza wa jalla berfirman: “Dan musibah apa pun yang menimpa kalian, disebabkan perbuatan kalian sendiri, namun yang Allah maafkan (perbuatan dosa) itu lebih banyak lagi” (Q.S. Asy-Syuro:30). Dan bahwa semua mahluk adalah kepunyaan Allah dan hamba-hambaNya.
Sesungguhnya seorang mukmin meyakini bahwa Allah adalah pencipta alam semesta ini, dan setiap kejadian yang terjadi di muka bumi ini pun telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Allah azza wa jalla berfirman:
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib.Tak ada yang mengetahuinya kecuali Allah sendiri, dan Allah mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan.Dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Allah mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tiada sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."(QS.Al-An'am ;59)
Wahai saudariku muslimah, berikut kisah orang shalih yang bisa kita ambil ibrah di dalamnya.
KISAH ORANG SHALIH KETIKA MUSIBAH MENYAPA

ABU QILABAH Ayyub zaman sekarang..
Abdullah bin Muhammad berkata, "Suatu hari aku berjalan-jalan ke pantai dengan dikawal gerobak Mesir.Setelah aku sampai ke ujung pantai ternyata aku tiba di Bathihah. 
Di pantai ini ada sebuah kemah, dihuni seorang lelaki yang buntung kedua tangan dan kakinya, sementara pendengaran dan penglihatan lemah.Tidak ada satu anggota tubuh pun yang berfungsi selain lisan. 
Dengan lisan itu ia memanjatkan doa, "Ya Allah berikanlah kepadaku kemampuan untuk senantiasa memujiMu.Dengannya aku dapat memuaskan diriku dalam mensyukuri nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku dan Engkau benar-benar telah memuliakan (melebihkan) aku dari segenap mahlukMu".
Abdullah berkata, "Demi Allah, orang ini harus aku dekati.Akan aku tanyakan mengapa ia mengucapkan doa seperti itu? Apakah dia benar-benar mengerti perkataan yang ia ucapkan ataukah sekedar ilham yang di ilhamkan kepadanya?
Aku lantas mendatangi laki-laki itu, aku ucapkan salam kepadanya, dan aku katakan bahwa aku mendengar perkataan yang diucapkan tadi, "Ya Allah..." aku bertanya, "Kenikmatan apakah yang telah dikaruniakan Allah kepadamu? Dan kemuliaan seperti apakah yang telah dianugerahkan sehingga engkau  bersyukur sedemikian itu?"
Lelaki itu menjawab, "Apakah engkau tidak melihat apa yang telah Allah perbuat kepadaku? Demi Allah, sekiranya Allah mngirim api dari atas langit untuk membakar tubuhku, memerintahkan gunung-gunung untuk menghancurkan aku, berkenan menyuruh lautan untuk menenggelamkan aku dan bumi menelan aku, maka sungguh  aku tetap akan bersyukur kepada Allah atas lisan yang telah dikaruniakan kepadaku. 
Tetapi wahai hamba Allah, engkau telah datang kepadaku dan aku butuh bantuanmu.Kamu sendiri sudah tahu bagaimanakah kondisi tubuhku, aku sendiri tidak mampu berbuat untuk menolong atau menciderai diriku.Sebelumnya aku ditemani anak laki-lakiku, dia selalu datang kepadaku pada waktu-waktu shalat.Dialah yang mewudhuiku.Ketika aku lapar dan haus dia yang menyuapi dan memberi minum kepadaku.Sudah tiga hari ini aku kehilangan dia, kalau engkau berkenan carilah ia. Semoga Allah memberi rahmat kepadamu ".
Aku berkata, "Demi Allah, tidak ada perjalanan yang lebih agung dan mendapat pahala besar di sisi Allah selain perjalanan demi membantu sesama saudara seperti engkau.”  
Maka aku pun mulai berjalan untuk mencari anaknya yang telah beberapa hari hilang. Belum jauh aku berjalan, tiba-tiba aku sampai di sebuah timbunan pasir, di situ aku menemukan seorang anak yang telah diterkam dan dimakan binatang buas. Aku ucapkan "inna illahi wa inna ilaihi rajiun". Aku bergumam, "Apa yang harus aku katakan kepada lelaki tua renta itu?".
Dalam perjalanan pulang menuju kemah itu aku teringat dengan kisah Nabi Ayyub alaihis salam. Setelah aku tiba di kemah lelaki itu, aku ucapkan salam kepadanya, ia pun menjawab salamku.
Dia bertanya, "Bukankah engkau sahabatku?".  
Aku jawab, "Ya"
Dia bertanya, "Apa yang telah engkau lakukan untuk memenuhi kebutuhanku?".  
Aku balik bertanya, "Siapakah yang lebih mulia di sisi Allah, engkau atau Nabi Ayyub alaihis salam ?". 
Dia menjawab, "Pasti Nabi Ayyub ‘alaihissalam". 
Aku bertanya, " Apakah engkau tahu apa yang telah diperbuat Allah kepadanya? Bukankah ia telah diuji dengan harta, keluarga dan anak-anaknya?".
Dia menjawab, "Benar".  
Aku bertanya, "Bagaimana dia menghadapi kenyataan itu ?" 
Dia menjawab, "Dia hadapi dengan penuh kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid ".  
Aku bertanya, "Namun, bukankah kerabatnya dan orang-orang yang mencintainya tidak rela menerima musibah itu?".  
Dia menjawab, "Ya".  
Aku bertanya, "Sementara itu, bagaimana Ayyub ‘alaihissalam menyikapi semua itu?". 
Dia menjawab, "Dia hadapi dengan penuh kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid ".  
Aku bertanya, "Tetapi, bukankah ia kemudian menjadi tontonan bagi orang-orang yang berjalan, apakah engkau tahu?". 
Dia menjawab, "Iya".  
Aku bertanya, "Bagaimana dia mensikapi semua ini?". 
Dia menjawab, "Dia hadapi dengan penuh kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid.Sekarang, persingkatlah pembicaraanmu!, semoga Allah mencurahkan rahmat kepadamu".
Aku berkata, "Wahai kawan, anakmu, yang aku engkau suruh untuk mencarinya, sudah aku temukan berada di antara timbunan pasir. Diterkam dan dimakan binatang buas, semoga Allah memberi pahala yang besar dan melimpahkan kesabaran kepadamu". 
Laki-laki yang ditimpa musibah itu mengucapkan, "Alhamdulillah, segala puji milik Allah. Dzat yang tidak menciptakan dari garis keturunanku seorang hamba pun yang bermaksiat kepadaNya sehingga disiksa dalam api Neraka ". Kemudian dia mengucapkan, "Inna illahi wa inna ilaihi rajiun". Ia menangis tersedu-sedu, lalu menghembuskan nafas terakhir.
Seketika itu aku pun mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.Betapa besar musibah yang menimpamu. Mayat lelaki ini kalau aku tinggalkan pastilah dimakan binatang buas. Tetapi kalau aku urus, aku tidak bisa berbuat banyak. Lalu aku kafani dia dengan kain sorbanku. Aku duduk di sisi kepalanya sambil menangis.
Tiba-tiba saja ada empat orang lelaki masuk kemah tanpa permisi, mereka bertanya, "Wahai hamba Allah, apa yang terjadi padamu? Bagaimana kabarmu?" Kemudian aku ceritakan kepada mereka tentang diriku dan lelaki itu. Mereka bertanya, "Bolehkah kami melihat wajahnya, siapa tahu kami kenal?!" Aku membuka wajahnya, keempat orang itu memperhatikan dengan seksama, kemudian menciumi mata dan tangannya, lalu berkata, "Benar, selama ini matanya tidak pernah dipergunakan untuk melihat hal-hal haram. Telah sekian lama anggota tubuhnya hanya digunakan untuk bersujud tatkala orang-orang terlelap tidur ".
Aku bertanya, "Sebenarnya siapakah orang ini ?".  Mereka menjawab, "Abu Qilabah al- Jarami, teman dekat Ibnu Abbas. Orang ini sangat mencintai Allah dan Nabinya shalallahu 'alaihi wa sallam. 
Kemudian kami memandikan jenazahnya, mengkafani dengan pakaian yang ada, kami shalatkan dan kami kuburkan. Setelah selesai, orang-orang itu pulang begitu juga saya pulang ke markas.      
Menjelang malam, aku rebahkan tubuhku untuk tidur.Tiba-tiba aku bermimpi seperti seseorang yang tidur lalu mimpi berada di salah satu Taman Surga dikelilingi oleh dua bidadari Surga, mereka menyenandungkan, "Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu". (QS. Ar Ra'd : 24).
Aku bertanya, "Bukankah kamu ini temanku ?".     
Dia menjawab, "Ya".     
Aku bertanya, "Dari mana kamu peroleh kedudukan dan semua ini?".     
Dia menjawab, "Sesungguhnya Allah memiliki beberapa tingkat/ tempat yang sangat membahagiakan penghuninya yang tidak dapat dicapai kecuali melalui kesabaran ketika ditimpa musibah, dan bersyukur ketika dalam kenikmatan disertai rasa takut kepada Allah azza wa jalla dalam keadaan sepi maupun ramai".( Ats-Tsaqafat, Ibnu Hibban, 5/2).
Wahai saudariku muslimah dari kisah di atas ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil diantaranya;
1.Sebelum dan sesudahnya terjadi musibah, seorang muslim (harus) ridha yang     membuatnya mendapatkan keridhaan Allah azza wa jalla, karena musibah bisa     menimpa orang yang berbuat baik dan pelaku dosa, maka barangsiapa yang marah    terhadap Rabbnya, maka dia akan mendapatkan kemurkaan (Nya), dan     barangsiapa yang ridha terhadap Rabbnya, maka dia pun akan mendapatkan     keridhaan (Nya).
2.Musibah-musibah akan menjelma menjadi nikmat, ujian berbalik menjadi     anugrah, ketika kita mampu mengambil hikmah dan pelajaran dan kejadian-kejadian tersebut, sebagai teguran atas dosa dan kesalahan yang kita perbuat agar banyak bertaubat dan memperbaikinya dimana datang sebelum kesempatan itu lepas dari kita.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, keluarga dan para sahabatnya.
Maaraji'1. Buku Berpikir Positif Saat Bencana Menimpa Judul Asli Al-Kawarits wa ath-Thufan     Ayat min Ayatilah al-Matluwwah wa al-Musyahadah, Penulis Dr.Muhammad bin Abdul Aziz al-Awaji, Pustaka Darul Haq.
2. Buku 99 Kisah orang shalih Judul Asli Mi'ah qishshah min qishashish, Penulis      Muhammad Bin Hamid Abdul Wahab, Pustaka Darul Haq.
Ummu Unaisah, Ruhani


Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif