Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Sabtu, 30 Juli 2016

Teori Tentang Rezeki penjelasannya dalam Al Quran


itu adanya dimana, di langit ataukah di bumi ?. Lihat QS 51 ayat 22

Dan di langit rezeki Anda sudah disiapkan, ditetapkan dan tidak akan pernah tertukar. Kalau Alloh sudah memberikan statement tidak akan pernah tertukar, maka tidak ada kerjaan orang yang mengambil rezeki orang lain. Jangan pernah mengharapkan rezeki orang lain apalagi mengambilnya, itu tidak ada kerjaan namanya, karena rezeki kita sudah ditetapkan.
Ingat hukum pengambilan. Kalau ada hak orang lain yang diambil, maka seketika terasa menyenangkan tapi yang diambil ini suatu saat akan kembali.

Dan dijanjikan kata Alloh rezeki  kamu sudah dituliskan di langit.

Kita hidup di bumi, rezeki nya di langit. Bagaimana cara mengambilnya? maka Alloh turunkan sifat keadilannya, diturunkan rezekinya ke bumi disediakan untuk mudah kita mengambilnya. Dijawab QS 2 ayat 29. 
Tidak semua rezeki  yang turun itu menimpa kita, bahkan harus memerlukan usaha, harus bergerak. Karena itu turun surah Al baqaroh ayat 168. 
Bahasa Quran ketika meminta manusia mencari rezeki  itu berlaku umum/universal, tidak mengikat akidah. Hukumnya mesti dicari dengan halal/legal. Tidak boleh mencuri, merampok, dan sebagainya. Karena hukumnya bersifat umum mengikat bagi manusia, maka manusia agama apapun, kepercayaan apapun yang melanggar kedua ketentuan ini, pasti mendapatkan konsekuensi dari kehidupan dunianya dan akan diproses juga.
Misal, ada seorang muslim mencuri, mencari rezeki dengan menempuh cara yang tidak halal, tentu akan ditempuh juga melalui hukum dunia. tidak akan dibedakan, mau orang islam atau non muslim, begitu mendapatkan rezekinya dengan cara yang tidak halal, maka akan diluruskan juga. Tak ada seorang polisi ketika menangkap pencuri ditanya dulu, “bapak agamanya apa? oh muslim, baik kalo begitu tidak jadi ditangkap, kasih tausiah saja”. Tidak mungkin, mau islam atau non islam tetap diproses, selesaikan, hukum umum.
yang menarik bukan itu, ketika ada seseorang mencari rezeki bismillah dengan imannya, dengan keyakinannya. Ada orang bertanya kepada Alloh, “ya Alloh kami minta keadilan, ada orang non muslim, dia tidak puasa, tidak sholat, tidak zakat masa bisa mendapatkan  kemudahan dalam mencari rezeki nya?. Kami yang sholat yang puasa yang berhaji yang beribadah harusnya ada perbedaan, ada kemudahan dalam menapatkannya.” Maka Alloh turunkan ayat khusus yang diberikan hanya kepada orang-orang yang beriman, →QS Al baqaroh ayat 172.
QS 2 ayat 168, ya ayyuhannas.. Hai Manusia (muslim atau non muslim), tapi ketika menyebutkan di ayat 172 berubah dari naas menjadi aamanuu, ya ayyuhaladziina aamanuu.. kalau sudah aamanu berarti hanya mengikat orang yang beriman saja (Islam).
Pada ayat 168 ada kuluu, di ayat 172 ada kuluu, tp yang hebat di ayat 168 mimma fil ardhi halaalan thoyyiba pada ayat 172 kalimat halalnya dibuang, kulu min thoyyibaati maa rozaqnakum. Halalnya dibuang Thoyyibnya dijamakkan, Thoyyibaat.
Ketika Alloh meminta orang-orang yang beriman berusaha, bekerja, beraktifitas disebut imannya dihilangkan halalnya. Kenapa ketika menyentuh orang-orang yang beriman minta dia bekerja kalimat halalnya dibuang?  karena orang-orang beriman itu otomatis dengan imannya akan menuntut dia mencari yang halal.  
Jadi ketika dia mengucapkan Bismillah dalam langkahnya, itu mustahil langkah bismillahnya itu melangkahkan kepada yang haram. Ketika dia mengucapkan Bismillah dalam pekerjaannya itu imannya otomatis akan menuntun kepada yang halal, jadi kalau ada orang yang merasa beriman, mengucapkan kalimat Alloh dalam pekerjaanya tapi dia mengerjakan yang haram dalam pencariannya, ada yang salah/keliru dengan imannya.
Kalau ada orang-orang yang mengerjakan sesuatu dengan Bismillah, merasa diawasi Alloh dengan maknanya bukan hanya kalimat yang mengalir dilisannya saja, maka sifat Rohman Alloh diturunkan kepada dirinya saat di dunia. Arrohman maha pemilik segala keluasan dunia, maarozaqnakum, maka kami mudahkan dia mendapatkan rezeki. Bukan dia yang lelah mencarinya. Kami yang berikan (kata Alloh) bukan kamu yang lelah mencarinya.
Kalau kita mencoba meningkatkan iman kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, kemudian diterapkan dalam aktifitas kehidupan, makan bismillah, minum bismillah, merawat anak bismillah, bekerja bismillah, maka Alloh akan berikan naungan dalam kehidupan kita yang tidak akan pernah diberikan kepada orang-orang yang tidak bismillah dalam kehidupannya. 
Apalagi kalau dibuktikan dengan amal sholeh. Jadi bukan kerjanya cuman bismillah saja, saat Anda bekerja waktu sholat Anda sholat, waktu baca Alquran Anda baca Alquran, apalagi kalau Anda melakukan amalan yang tidak dikerjakan manusia pada umumnya, seperti pada malam hari, orang tidur Anda bangun. Siang, orang makan Anda puasa, mendapatkan istirahat orang lain istirahat Anda membaca Alquran.
Jika Iman disandingkan dengan takwa maka yang terjadi luar biasa dahsyat. →QS 7 ayat 96.

Rezeki

QS Al A’rof ayat 96
Iman saja plus iman, kerja saja plus iman, beraktifitas plus iman itu akan memudahkan rezeki yang diturunkan Alloh kepada kita, apalagi rumus qurannya surat 7 ayat ke 96, kalau kita tambah imannya plus takwa, saat bekerja sholat tidak tertinggal misalnya. Pasti kami (kata Alloh) bukakan pintu keberkahan rezeki  baik dari langit atau dari bumi. Kalau sudah pintu langit dan bumi dibuka tidak ada kesulitan, dimudahkan dalam hidup. Pintu langit keberkahan dan pintu bumi kemudahan. Jadi kalau pintu langit dan bumi sudah dibuka oleh Alloh, dimana lagi celah kesulitan akan didapati?. Mustahil.

Teori Akal dalam Tazkiyatun Nafs

  • QS 24 Ayat 30 dan 31
  • QS 75 Ayat 14
Akal merupakan pembeda antara manusia dengan hewan. Ada orang yang keliru memahami akal, akal dipahami dengan otak. Akal itu bukan otak. Karena hewan pun punya otak, tapi hewan tidak punya akal. Udang itu punya otak tapi orang tak mau disebut dengan otak udang. Kambing punya otak, Sapi punya otak tapi sapi dan kambing tak punya akal.
Kalau ada suatu benda yang diikat, menempel kemudian diikat, ikatan ini dalam bahasa Arab memiliki 3 atau 4 kosakata;
  1. Disebut dengan qoidun (قيد). Ada spidol diikat dengan karet, maka ikatannya disebut qoid.
  2. Kalau ikatannya tidak nampak, melekat kuat tapi tidak kelihatan disebut dengan ‘alaq (علق). Karena itu ketika janin berbentuk zigot kemudian mengikatkan diri dalam rahim, menempel dengan kuat, itu diubah kalimatnya oleh quran dengan ‘alaq. kenapa disebut dengan ‘alaq? karena dia sudah mulai menempel di dinding rahim, kuat tapi tidak kelihatan.
  3. Kalau ada ikatan yang sangat kuat baik nampak atau tidak, terlihat atau tidak, mengikat sesuatu dengan kuat, bahasa arabnya disebut dengan ‘aqla/al aqla(العقل), sifatnya disebut dengan akal.
Contoh mudahnya,
sumber takwa dan fujur (Nafs) ada di qolbu. Dalam kerja takwa atau nafsu tersebut menembuskan ke dalam anggota tubuh (disebut dengan jasad) itu tidak langsung ke tangan, mata, tapi lewat perantara terlebih dahulu disebut dengan akal.
Takwa + Nafsu → Akal → Jasad
Ada penelitian ilmiah seorang dokter. Akal memiliki fungsi ganda, respon yang dikeluarkan oleh takwa/nafsu ternyata itupun tergantung dari apa yang dikerjakan anggota tubuh (jasad) ini. Kalau mata lihat yang baik-baik maka informasi yang ditangkap oleh mata sekejap ditangkap oleh akal diteruskan ke qolbu, yang baik ketemu dengan baik, yang baik dari akal ditembuskan ke takwa. Karena itu jiwa takwa yang cepat akan membisikkan respon. Misalnya, Anda lihat seseorang mau datang ke mesjid. Begitu mata melihat yang baik-baik orang ke mesjid dia langsung akan memberi sinyal, sifat takwa muncul “cepat orang sudah bersiap-siap ke mesjid, masa kamu masih sebegini juga”.
Yang jadi masalah Kalau yang dilihat selalu tidak baik, melihat maksiat, gambar yang tidak baik, pemandangan yang tidak elok, maka informasi yang diikat oleh akal itupun buruk. Hal ini yang masuk ke sifat Fujur, ini yang memberikan titik kepada takwa menjadi penyakit, maka yang direspon sifat-sifat buruknya. Kalau sudah seperti ini yang bahaya maka mata akan sulit melihat sesuatu yang baik-baik. Contoh, Melihat orang taklim sudah tidak suka, melihat orang ke mesjid sudah tidak ada getaran, tapi kalau melihat yang naksiat, acara tidak tepat, lihat sesuatu yang tidak menyenangkan dalam konsep agama, itu cepatnya luar biasa cepat sekali. Karena itu nanti dalam ilmu tazkiyatun nafs pada bahasan selanjutnya, sebelum mengeluarkan penyakit hati harus dicegah terlebih dahulu.
Melihat yang buruk ditangkap oleh akal masuk ke Fujur membawa sifat jelek, membawa penyakit-penyakit dalam bahasa arab disebut marodhun(مرض). Kalau orang sering melihat yang buruk-buruk pada hakikatnya dia sedang membawa penyakit dimasukkan kedalam qolbunya, ke sifat fujurnya. Qolbu jamaknya quluubun, Al Baqaroh ayat 10. Ada orang yang organnya sering beraktivitas jelek yang haram-haram yang buruk-buruk, maka yang masuk ke dalam hatinya selalu penyakit-penyakit, takwanya tidak merespon.
Karena itu nanti ketemu ayat-ayat Quran pertama kali mengajarkan Tazkiyatun Nafs itu bukan mengobati penyakit tapi mencegah yang kotor supaya tidak masuk dulu ke dalam hati. Kebanyakan materi yang dibawa di beberapa tempat itu bagaimana mengeluarkan sifat buruk dalam hati, tapi kata Quran petunjuknya sebelum dikeluarkan s ebetulnya cegah dulu supaya yang jelek tidak masuk dalam diri.  Jadi kalau Anda sudah bisa mencegah kenapa harus mengeluarkannya? .
QS 24 ayat 30 (untuk laki-laki) dan 31 (untuk wanita) → menjaga pandangan, kalau sudah dapat menjaga, bashor dapat menjadi bashiroh.
Orang-orang yang baik pandangannya maka bashirohnya akan sangat tajam dalam kebaikan, sebaliknya orang-orang yang melihat maksiat, hal yang dilanggar, tidak diperkenankan maka kata Nabi akan muncul titik-titik dalam nilai kebaikan, bashirohnya tertutup, tidak ada kebaikan. Al Baqaroh ayat 7.
KESIMPULAN
  1. Setiap manusia memiliki 2 sumber kehidupan yang penting yaitu Ruh dan Jasad.
  2. Ruh berasal dari Alloh yang Maha Suci, sehingga unsur-unsur yang dibawa oleh ruh selalu besifat suci, mengumpulkan banyak kebaikan (takwa).
  3. Adapun jasad memiliki peran ikhtiar manusia dalam pembentukannya sehingga seringkali bercampur unsur kebaikan dan keburukan didalamnya (Fujur).
  4. Ruh yang membawa sifat Takwa bila telah menyatu dengan jasad yang memiliki sifat fujur akan berubah keadaannya menjadi Nafs.
  5. Nafs akan sangat berperan dalam menentukan sifat dan sikap seseorang, baik ataupun buruk. Seseorang akan bersikap baik bila takwanya yang berada dalam Nafs dominan, namun bisa berprilaku buruk jika fujurnya dominan.
  6. Cara untuk menekan sifat fujur agar sifat-sifat takwa bisa muncul ke permukaan dan menghimpun banyak kebaikan disebut dengan Tazkiyah. Dari sinilah lahir istilah Tazkiyatun Nafs.
  7. Respon baik/buruk yang diwujudkan dalam bentuk perilaku akan sangat bergantung pada berbagai informasi yang diterima oleh Nafs dari berbagai organ tubuh terkait (mata, telinga, mulut, lidah, kulit).

Hubungan antara Nafs (Takwa & Fujur) dengan Qolbu

Baik akan hanya bertemu dengan yang baik, yang jelek hanya akan nyambung dengan yang jelek. Baik dengan buruk itu tidak akan pernah bertemu.
Takwa ketika berkumpul dengan Fujur berada disuatu tempat, di Nafs. Ini yang menyebabkan seseorang Nafsnya tidak tenteram, kadang selalu bergejolak. Dalam bahasa Arab sesuatu yang tidak pernah tenteram, selalu berbolak balik, bergolak lagi itu disebut dengan qolbu (قلب) , jamaknya قلوب. seperti halnya doa Nabi “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘ala diinik“. Kalau Anda sedang senang istiqomah, misal tahajjud, nyaman maka baca doa tersebut.
Sifat yang ada didalam Nafs itu disebut dengan qolbu. Nabi pernah menyampaikan kalau keadaan qolbu kita bisa didominasi oleh sifat-sifat yang baik, maka sifat baik tersebut yang cenderung menggerakkan kepada kebaikan kita dalam hidup. Sebaliknya kalau dalam qolbu, pergolakannya lebih didominasi oleh sifat nafsunya sehingga jeleknya muncul ini yang mendorong aktivitas kita cenderung kepada keburukan.
Nafs adanya dimana? Dalam qolbu. Sifat baiknya disebut apa? Takwa. Yang buruknya disebut apa? Fujur
Semua sifat kita itu, baik atau buruk itu kumpulnya di Nafs, nyambungnya ke qolbu.
Contoh:
Pada mata, fungsi mata untuk apa? untuk melihat. Tahu darimana? QS 17 Ayat 36. بصر
Kalau ada kalimat bashor itu penglihatan fisik, tetapi dalam hati kita ada suatu penglihatan kebaikan disebut dengan mata hati atau mata qolbu yang dimiliki sifat takwa namanya bashiroh بصيرة . Kalau inti hatinya yang muncul selalu yang jelek-jelek itu yang tembus ke mata, ada yang tembus ke mata, telinga, tangan, kaki. Jadi mata, tangan, kaki itu menunggu respon yang ada dalam Nafs ini yang menimbulkan perilaku buruk.
Misal muncul sifat marah, bashiroh tertutup, maka marah ditembuskan ke dalam mata. yang tadinya melihat dengan tenang tiba-tiba melotot. Ditembuskan ke mulut, seharusnya fungsinya berkata yang baik-baik untuk zikir tiba-tiba mencela. Ditembuskan ke tangan, yang tadinya tangan untuk memberi tiba-tiba memukul, kaki tiba-tiba bisa menendang.
Sebaliknya kalau dalam dirinya yang muncul selalu sifat takwanya, misal yang muncul sabar, saking sabarnya begitu dicela orang lain matanya menunduk, tangannya tidak mengepal biasa saja, kakinya tenang. Semua respon sekujur tubuh kita dari ujung kepala sampai ujung kaki itu yang menentukan keadaan hati.
  • Al Bukhori nomor hadits ke 52
  • Al Arbain Annawawiyah nomor hadits ke 6
Ketahuilah didalam jasad kita ada Mudghoh, sekat daging yang kecil. Kalau baik kualitasnya, mata, telinga, mulut, lidah, kulit sampai ujung kaki semua akan baik. Sebaliknya kalau buruk, buruk semuanya.
Kalau ada orang yang berprilaku buruk itu yang bermasalah di hatinya.  Karena itulah ilmu ini menjadi penting bukan hanya sekedar menjadikan kita rajin beribadah tapi juga menjadikan kita bening dalam menyikapi berbagai persoalan sehingga melahirkan karakteristik yang paling dicintai oleh Alloh subhanahu wa ta’ala, hamba yang paling takwa. 

Tazkiyatun Nafs

[Resume Kajian] Tazkiyatun Nafs
Ust. Adi Hidayat
1. QS 15 Ayat 28
2. QS 22 Ayat 5
3. QS 23 Ayat 12-14
4. QS 17 Ayat 85
5. QS 91 Ayat 7-10
Proses Penciptaan manusia yg didapatkan dari Alquran kepada kita,
  1. Setiap Manusia yang diciptakan dimulai dari bentuk fisiknya, menyempurnakan fisiknya terlebih dahulu
  2. Kemudian ditiup ruhnya
    QS 15 ayat 28, ayat pertama yang menunjukkan kepada kita tentang manusia pertama yang diciptakan.
    بشرا (manusia)➛ dalam Alquran terulang sebanyak 35 kali
Bagaimana Rincian Penciptaan manusia tersebut? → QS 22 ayat 5, QS 23 Ayat 12-14
⇒Proses Penciptaan fisik disingkat oleh Nabi shallallohu alaihi wa sallam di hadits Al arbain An Nawawi nomor hadits ke 4 dari Abdulloh bin Mas’ud Rodyiallohu anhu
  • Setiap anak cucu Adam dihimpun dalam perut ibunya
  • 40 hari pertama masih dalam proses pertemuan antara sperma dengan ovum
  • 40 hari kedua berbentuk alaqoh, zigot yang mulai menempel di dinding rahim
  • 40 hari ketiga usia 4 bulan berubah menjadi mudghoh, sudah mulai berbentuk
  • kemudian ditiupkan ruhnya melalui Malaikat
Ketika sudah mencapai usia 4 bulan kemudian disempurnakan fisiknya berbentuk mudghoh, maka ditiupkan ruh dalam jasad atau fisiknya. Jadi Ibu yang mengandung ketika sudah masuk usia 4 bulan sudah ditiupkan ruh kedalam janin tersebut.
Ruh Asalnya darimana? → QS 17 Ayat 85
  • Ruh itu urusan Alloh, yang mengatur Alloh. Ruh berasal dari Alloh. Semua yang berasal dari Alloh itu bersih
  • Ruh Sifatnya suci, bersih, membawa sifat-sifat kebaikan
  • Kumpulan sifat baik yang dibawa oleh ruh itu disebut Takwa (Potensi kebaikan)
Jika makanan yang dimakan oleh ibu yang mengandung itu baik, halal, maka janin berkembang dengan baik. Sebaliknya jika yang dimakan mengandung syubhat, apalagi haram berproses selama 4 bulan, maka jadilah kualitas janin yang dibentuk itu sudah membawa unsur-unsur masalah.
Kata Rasululloh Shallollohu alaihi wa sallam anak Adam tercipta dari tanah, sedangkan tanah ada yang coklat, ada yang bersih, ada yang hitam bahkan lumpur. Karena itulah Ruh ketika bercampur dengan fisik, fisik ini tidak murni membawa kebaikan, masih bercampur cenderung memancarkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang memancarkan berbeda kadang baik kadang buruk kadang tidak dalam bahasa Arab disebut Fujur.
Oleh sebab itu Ruh ketika masuk dalam fisik, tidak murni (Takwa) lagi bergabung dengan Fujur, maka namanya dirubah Alquran bukan Ruh lagi akan tetapi menjadi Nafs (نفس). Karena unsurnya sudah bercampur. Hal ini sudah diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi napas, karena Ruh yang sudah masuk dalam fisik sudah bisa bernapas.
Kenapa disebut dengan Nafs? tidak Ruh lagi? Karena didalamnya sudah berkumpul, bukan ada Takwa saja tapi sudah menyatu dengan Fujur
⇒Kalau Ruh sudah masuk kedalam fisik berubah namanya menjadi Nafs, maka turun QS 91 ayat 7
⇒ Kalau Ruh sudah berubah menjadi Nafs didalamnya sudah berkumpul sifat Fujur/Nafsu dan Takwa, QS 91 ayat 8
  • Takwa terulang sebanyak 115 kali dalam Alquran
  • Fujur/Nafsu terulang sebanyak 115 kali dalam Alquran
⇒ Ketika manusia laihr sudah membawa Nafs dalam hidupnya, dalam jiwa kita selalu ada 2 sikap yang selalu bertentangan yang membawa pengaruh.
  1. Takwa, sering membawa kepada kebaikan
  2. Fujur, sering membawa kepada nafsu
Takwa ini agar dominan didorong oleh Malaikat. Malaikat dalam Alquran terulang sebanyak 88 kali. Fujur ini supaya dominan, menutupi takwa didorong oleh Syaithon. Syaithon dalam Alquran terulang sebanyak 88 kali.
Kalau kira-kira di satu tempat ada 2 hal yang berbeda, yang satu mengajak kepada kebaikan dan yang satu lagi mengajak kepada keburukan, kira-kira tempat it u akan seterusnya tenang atau  tidak? kadang naik kadang turun. Kalau yang baiknya ini dominan, yang nafsunya ditekan yang takwanya naik maka kata Alquran QS 91 ayat 9. Akan tentram orang yang bisa menekan/menghilangkan yang kotor-kotornya.
Setiap sifat baik yang dibawa Takwa pasti ada lawannya sifat buruk di Nafsu. Kata Alquran jika yang buruknya ditekan atau tidak dimunculkan, kemudian dimunculkan yang baik-baik saja maka hidupnya akan tenang, nyaman dan bahagia. Seseorang yang didominasi sifat buruknya, sifat nafsu muncul, takwanya tertekan kebawah, nafsu naik QS 91 ayat 10, hidupnya akan خاب ,nestapa, tidak tenteram.
خسر = rugi,     خاب= sudah rugi, tertuduh lagi
Saat manusia meninggal dunia (ada fisik + ruh) yang dicabut apanya? yang pulang bukan Ruhnya, akan tetapi yang pulang Nafsnya. yang datang dan yang pulang berbeda. Kenapa? Karena saat datang oleh Alloh ditiupkan melalui Malaikat dan menyatu dengan fisik ini, belum bawa apa-apa cuma membawa potensi baik-baik saja. Ketika masuk kedalam jasad itu yang dikembangkan seperti sholat, puasa, zakat, dan sebagainya.  Takwa inilah yang kemudian berubah menjadi amalan.
Oleh sebab itu saat dia kembali kepada Alloh yang pulang bukan cuma Ruhnya, sebab kalau Ruhnya yang pulang itu tidak bawa apa-apa sama seperti datang, yang pulang kepada Alloh ini yang disebut Nafs → QS Ali Imran ayat 185, Al Fajr Ayat 27.
Karena itu bagaimana caranya kita bisa menekan yang jelek-jelek ini memuncukan yang baik-baik, yang takwanya bisa muncul yang jeleknya bisa turun.
Kata Alquran → زكّا = sucikan, bersihkan
زكا = membersihkan sesuatu yang tidak nampak/keliatan
زكّا = membersihkan dengan serius
تزكّا = keseriusan yang diiringi dengan perasaan seketika, bergegas, mengerjakan
تزكية = bergegas memunculkan sifat baiknya untuk membersihkan yang kotor
النفس = Nafs (Fujur + Takwa)
Tazkiyatun Nafs Adalah istilah yang disebutkan oleh para Ulama sebagai Ilmu yang fungsinya untuk membimbing Kita bagaimana cara menekan nafsu yang buruk sehingga memunculkan lawannya, Takwa yang baik-baik.

SUMBER

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif