Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Sabtu, 30 Juli 2016

Teori Akal dalam Tazkiyatun Nafs

  • QS 24 Ayat 30 dan 31
  • QS 75 Ayat 14
Akal merupakan pembeda antara manusia dengan hewan. Ada orang yang keliru memahami akal, akal dipahami dengan otak. Akal itu bukan otak. Karena hewan pun punya otak, tapi hewan tidak punya akal. Udang itu punya otak tapi orang tak mau disebut dengan otak udang. Kambing punya otak, Sapi punya otak tapi sapi dan kambing tak punya akal.
Kalau ada suatu benda yang diikat, menempel kemudian diikat, ikatan ini dalam bahasa Arab memiliki 3 atau 4 kosakata;
  1. Disebut dengan qoidun (قيد). Ada spidol diikat dengan karet, maka ikatannya disebut qoid.
  2. Kalau ikatannya tidak nampak, melekat kuat tapi tidak kelihatan disebut dengan ‘alaq (علق). Karena itu ketika janin berbentuk zigot kemudian mengikatkan diri dalam rahim, menempel dengan kuat, itu diubah kalimatnya oleh quran dengan ‘alaq. kenapa disebut dengan ‘alaq? karena dia sudah mulai menempel di dinding rahim, kuat tapi tidak kelihatan.
  3. Kalau ada ikatan yang sangat kuat baik nampak atau tidak, terlihat atau tidak, mengikat sesuatu dengan kuat, bahasa arabnya disebut dengan ‘aqla/al aqla(العقل), sifatnya disebut dengan akal.
Contoh mudahnya,
sumber takwa dan fujur (Nafs) ada di qolbu. Dalam kerja takwa atau nafsu tersebut menembuskan ke dalam anggota tubuh (disebut dengan jasad) itu tidak langsung ke tangan, mata, tapi lewat perantara terlebih dahulu disebut dengan akal.
Takwa + Nafsu → Akal → Jasad
Ada penelitian ilmiah seorang dokter. Akal memiliki fungsi ganda, respon yang dikeluarkan oleh takwa/nafsu ternyata itupun tergantung dari apa yang dikerjakan anggota tubuh (jasad) ini. Kalau mata lihat yang baik-baik maka informasi yang ditangkap oleh mata sekejap ditangkap oleh akal diteruskan ke qolbu, yang baik ketemu dengan baik, yang baik dari akal ditembuskan ke takwa. Karena itu jiwa takwa yang cepat akan membisikkan respon. Misalnya, Anda lihat seseorang mau datang ke mesjid. Begitu mata melihat yang baik-baik orang ke mesjid dia langsung akan memberi sinyal, sifat takwa muncul “cepat orang sudah bersiap-siap ke mesjid, masa kamu masih sebegini juga”.
Yang jadi masalah Kalau yang dilihat selalu tidak baik, melihat maksiat, gambar yang tidak baik, pemandangan yang tidak elok, maka informasi yang diikat oleh akal itupun buruk. Hal ini yang masuk ke sifat Fujur, ini yang memberikan titik kepada takwa menjadi penyakit, maka yang direspon sifat-sifat buruknya. Kalau sudah seperti ini yang bahaya maka mata akan sulit melihat sesuatu yang baik-baik. Contoh, Melihat orang taklim sudah tidak suka, melihat orang ke mesjid sudah tidak ada getaran, tapi kalau melihat yang naksiat, acara tidak tepat, lihat sesuatu yang tidak menyenangkan dalam konsep agama, itu cepatnya luar biasa cepat sekali. Karena itu nanti dalam ilmu tazkiyatun nafs pada bahasan selanjutnya, sebelum mengeluarkan penyakit hati harus dicegah terlebih dahulu.
Melihat yang buruk ditangkap oleh akal masuk ke Fujur membawa sifat jelek, membawa penyakit-penyakit dalam bahasa arab disebut marodhun(مرض). Kalau orang sering melihat yang buruk-buruk pada hakikatnya dia sedang membawa penyakit dimasukkan kedalam qolbunya, ke sifat fujurnya. Qolbu jamaknya quluubun, Al Baqaroh ayat 10. Ada orang yang organnya sering beraktivitas jelek yang haram-haram yang buruk-buruk, maka yang masuk ke dalam hatinya selalu penyakit-penyakit, takwanya tidak merespon.
Karena itu nanti ketemu ayat-ayat Quran pertama kali mengajarkan Tazkiyatun Nafs itu bukan mengobati penyakit tapi mencegah yang kotor supaya tidak masuk dulu ke dalam hati. Kebanyakan materi yang dibawa di beberapa tempat itu bagaimana mengeluarkan sifat buruk dalam hati, tapi kata Quran petunjuknya sebelum dikeluarkan s ebetulnya cegah dulu supaya yang jelek tidak masuk dalam diri.  Jadi kalau Anda sudah bisa mencegah kenapa harus mengeluarkannya? .
QS 24 ayat 30 (untuk laki-laki) dan 31 (untuk wanita) → menjaga pandangan, kalau sudah dapat menjaga, bashor dapat menjadi bashiroh.
Orang-orang yang baik pandangannya maka bashirohnya akan sangat tajam dalam kebaikan, sebaliknya orang-orang yang melihat maksiat, hal yang dilanggar, tidak diperkenankan maka kata Nabi akan muncul titik-titik dalam nilai kebaikan, bashirohnya tertutup, tidak ada kebaikan. Al Baqaroh ayat 7.
KESIMPULAN
  1. Setiap manusia memiliki 2 sumber kehidupan yang penting yaitu Ruh dan Jasad.
  2. Ruh berasal dari Alloh yang Maha Suci, sehingga unsur-unsur yang dibawa oleh ruh selalu besifat suci, mengumpulkan banyak kebaikan (takwa).
  3. Adapun jasad memiliki peran ikhtiar manusia dalam pembentukannya sehingga seringkali bercampur unsur kebaikan dan keburukan didalamnya (Fujur).
  4. Ruh yang membawa sifat Takwa bila telah menyatu dengan jasad yang memiliki sifat fujur akan berubah keadaannya menjadi Nafs.
  5. Nafs akan sangat berperan dalam menentukan sifat dan sikap seseorang, baik ataupun buruk. Seseorang akan bersikap baik bila takwanya yang berada dalam Nafs dominan, namun bisa berprilaku buruk jika fujurnya dominan.
  6. Cara untuk menekan sifat fujur agar sifat-sifat takwa bisa muncul ke permukaan dan menghimpun banyak kebaikan disebut dengan Tazkiyah. Dari sinilah lahir istilah Tazkiyatun Nafs.
  7. Respon baik/buruk yang diwujudkan dalam bentuk perilaku akan sangat bergantung pada berbagai informasi yang diterima oleh Nafs dari berbagai organ tubuh terkait (mata, telinga, mulut, lidah, kulit).

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif