Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Kamis, 21 Februari 2013

TATHAYYUR


Allah-green.svg

BAB 28

TATHAYYUR

Firman Allah (سبحانه و تعالى‎)  :
“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu
adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi mereka tidak
mengetahui.” (QS. Al A’raf: 131).
“Mereka (para Rasul) berkata: “kesialan kalian itu
adalah karena kalian sendiri, apakah jika kamu diberi
peringatan (kamu bernasib sial)? Sebenarnya kamu
adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Yasin: 19).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah 
 bersabda “Tidak ada ‘Adwa, Thiyarah, Hamah, Shafar.” (HR.
Bukhari dan Muslim), dan dalam riwayat Imam Muslim
terdapat tambahan: “dan tidak ada Nau’, serta ghaul.”
(68).
-----------------------------------------------------
(68)Adwa: penularan penyakit. Maksud sabda Nabi di sini
ialah untuk menolak anggapan mereka ketika masih hidup
di zaman jahiliyah, bahwa penyakit berjangkit atau
menular dengan sendirinya, tanpa kehendak dan takdir
Allah (سبحانه و تعالى‎) 

Anggapan inilah yang ditolak oleh Rasulullah  ,
bukan keberadaan penjangkitan atau penularan; sebab,
dalam riwayat lain, setelah hadits ini, disebutkan:
“… dan menjauhlah dari orang yang terkena penyakit
kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.”
(HR. Bukhari).

Ini menunjukkan bahwa penjangkitan atau penularan
penyakit dengan sendirinya tidak ada, tetapi semuanya atas
kehendak dan takdir Ilahi, namun sebagai insan muslim di
samping iman kepada takdir tersebut haruslah berusaha
melakukan tindakan pencegahan sebelum terjadi penularan
sebagaimana usahanya menjauh dari terkaman singa.
Inilah hakikat iman kepada takdir Ilahi.

Thiyarah: merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk
karena melihat burung, binatang lainnya, atau apa saja.

Hamah: burung hantu. Orang-orang jahiliyah merasa
bernasib sial dengan melihatnya, apabila ada burung hantu
hinggap di atas rumah salah seorang di antara mereka, dia
merasa bahwa burung ini membawa berita kematian
tentang dirinya sendiri, atau salah satu anggota
keluarganya. Dan maksud beliau adalah untuk menolak
anggapan yang tidak benar ini. Bagi seorang muslim,
anggapan seperti ini harus tidak ada, semua adalah dari
Allah dan sudah ditentukan oleh-Nya.

Shafar: bulan kedua dalam tahun hijriyah, yaitu bulan
sesudah Muharram. Orang-orang jahiliyah beranggapan
bahwa bulan ini membawa nasib sial atau tidak
menguntungkan. Yang demikian dinyatakan tidak ada oleh
Rasulullah. Dan termasuk dalam anggapan seperti ini:
merasa bahwa hari rabu mendatangkan sial, dan lain-lain.
Hal ini termasuk jenis thiyarah, dilarang dalam Islam.

Nau’: bintang; arti asalnya adalah: tenggelam atau
terbitnya suatu bintang. Orang-orang jahiliyah
menisbatkan turunnya hujan kepada bintang ini, atau
bintang itu. Maka Islam datang mengikis anggapan seperti
ini, bahwa tidak ada hujan turun karena suatu bintang
tertentu, tetapi semua itu adalah ketentuan dari Allah (سبحانه و تعالى‎) .

Ghaul: hantu, salah satu makhluk jenis jin. Mereka
beranggapan bahwa hantu ini dengan perubahan bentuk
maupun warnanya dapat menyesatkan seseorang dan
mencelakakannya. Sedang maksud sabda Nabi di sini
bukanlah tidak mengakui keberadaan makhluk seperti ini,
tetapi menolak anggapan mereka yang tidak baik tersebut
yang akibatnya takut kepada selain Allah, serta tidak
bertawakkal kepada-Nya, inilah yang ditolak oleh beliau;
untuk itu dalam hadits lain beliau bersabda: “Apabila
hantu beraksi manakut-nakuti kamu, maka serukanlah
adzan.” Artinya: tolaklah kejahatannya itu dengan
berdzikir dan menyebut Allah. Hadits ini diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari
Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah   telah
bersabda:“Tidak ada ‘Adwa dan tidak ada Thiyarah, tetapi
Fa’l menyenangkan diriku”, para sahabat bertanya:
“apakah Fa’l itu? Beliau menjawab: “yaitu kalimah
thayyibah (kata-kata yang baik)”.

Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang shahih,
dari Uqbah bin Amir, ia berkata: “Thiyarah disebut-sebut
dihadapan Rasulullah  , maka beliaupun bersabda:
“Yang paling baik adalah Fa’l, dan Thiyarah
tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari
niatnya, apabila salah seorang di antara kamu melihat
sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia
berdo’a: “Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan
kebaikan kecuali Engkau, dan tiada yang dapat menolak
kejahatan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta
kekuatan kecuali atas pertolongan-Mu”.

Abu Daud meriwayatkan hadits yang marfu’ dari
Ibnu Mas’udRadhiyallahu 'anhu , bahwa Rasulullah   bersabda:
“Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu
perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita
kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini),
hanya saja Allah(سبحانه و تعالى‎)   bisa menghilangkannya dengan
tawakkal kepada-Nya.” (HR.Abu Daud).
Hadits ini diriwayatkan juga oleh At Tirmidzi dan
dinyatakan shahih, dan kalimat terakhir ia jadikan
sebagai ucapannya Ibnu Mas’ud.

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari 
Ibnu UmarRadhiyallahu 'anhu
, bahwa Rasulullah   bersabda:
“Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena
thiyarah ini, maka ia telah berbuat kemusyrikan”, para
sahabat bertanya: “lalu apa yang bisa menebusnya?
Rasulullah   menjawab:”hendaknya ia berdoa: “ya
Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan
tiada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tiada
sesembahan kecuali Engkau”.

Dan dalam riwayat yang lain dari Fadhl bin Abbas,
Rasulullah   bersabda:“Sesugguhnya Thiyarah itu adalah yang bisa
menjadikan kamu terus melangkah, atau yang bisa
mengurungkan niat (dari tujuan kamu)”.

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang kedua ayat tersebut di atas;
surat Al A’raf 131, dan Yasin 19.

2. Pernyataan bahwa tidak ada ‘Adwa.

3. Pernyataan bahwa tidak ada thiyarah.

4. Pernyataan bahwa tidak ada hamah.

5. Pernyataan bahwa tidak ada Shafar.

6. Al Fa’l tidak termasuk yang dilarang oleh
Rasulullah, bahkan dianjurkan.

7. Penjelasan tentang makna Al Fa’l.

8. Apabila terjadi tathayyur dalam hati seseorang,
tetapi dia tidak menginginkannya, maka hal itu
tidak apa-apa baginya, bahkan Allah (سبحانه و تعالى‎)  akan
menghilangkannya dengan bertawakkal kepada-
Nya.

9. Penjelasan tentang doa yang dibacanya, saat
seseorang menjumpai hal tersebut.

10. Ditegaskan bahwa thiyarah itu termasuk syirik.

11. Penjelasan tentang thiyarah yang tercela dan
terlarang.

KITAB TAUHID BAB 28 HAL 154-159

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif