Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Senin, 15 April 2013

MENSYUKURI NI’MAT ALLAH

Al Qur'an Online
KITAB TAUHID   BAB 49 HAL 221 - 229

Firman Allah Allah-green.svg :“Dan jika kami melimpahkan kepadanya sesuatu
rahmat dari kami, sesudah dia ditimpa kesusahan,
pastilah dia berkata “ini adalah hakku.” (QS. Fushshilat:
50).

Dalam menafsirkan ayat ini Mujahid mengatakan:
“ini adalah karena jerih payahku, dan akulah yang berhak
memilikinya.”
Sedangkan Ibnu Abbas mengatakan: “ini adalah dari
diriku sendiri”.

Firman Allah Allah-green.svg :“(Qarun) berkata: sesungguhnya aku diberi harta
kekayaan ini, tiada lain karena ilmu yang ada padaku.”
(QS. Al Qashash: 78).

Qotadah -dalam menafsirkan ayat ini- mengatakan:
“Maksudnya: karena ilmu pengetahuanku tentang cara
cara berusaha”.
Ahli tafsir lainnya mengatakan: “Karena Allah
mengetahui bahwa aku orang yang layak menerima harta
kekayaan itu”, dan inilah makna yang dimaksudkan oleh
Mujahid: “aku diberi harta kekayaan ini atas
kemulianku”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ia
mendengar Rasulullah  bersabda:“Sesungguhnya ada tiga orang dari bani Israil,
yaitu: penderita penyakit kusta, orang berkepala botak,
dan orang buta. Kemudian Allah Allah-green.svg ingin menguji
mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang
malaikat.
Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama
yang menderita penyakit kusta dan bertanya kepadanya:
“Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia
menjawab: “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan
penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari
diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah
penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit
yang indah, kemudian malaikat itu bertanya lagi
kepadanya: “Lalu kekayaan apa yang paling kamu
senangi?”, ia menjawab: “onta atau sapi”, maka
diberilah ia seekor onta yang sedang bunting, dan iapun
didoakan: “Semoga Allah memberikan berkah-Nya
kepadamu dengan onta ini.”
Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang
kepalanya botak, dan bertanya kepadanya: “Apakah
sesuatu yang paling kamu inginkan?”, ia menjawab:
“Rambut yang indah, dan apa yang menjijikkan di
kepalaku ini hilang”, maka diusaplah kepalanya, dan
seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia
rambut yang indah, kemudian malaikat tadi bertanya lagi
kepadanya: “Harta apakah yang kamu senangi?”. ia
menjawab: “sapi atau onta”, maka diberilah ia seekor
sapi yang sedang bunting, seraya didoakan: “Semoga
Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang
buta, dan bertanya kepadanya: “Apakah sesuatu yang
paling kamu inginkan?”, ia menjawab: "Semoga Allah
berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku
dapat melihat orang”, maka diusaplah wajahnya, dan
seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya,
kemudian malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta
apakah yang paling kamu senangi?”, ia menjawab:
“kambing”, maka diberilah ia seekor kambing yang
sedang bunting.
Lalu berkembang biaklah onta, sapi dan kambing
tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah
onta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang
ketiga memiliki satu lembah kambing.
Sabda nabi   berikutnya:Kemudian datanglah malaikat itu kepada orang yang
sebelumnya menderita penyakit kusta, dengan
menyerupai dirinya di saat ia masih dalam keadaan
berpenyakit kusta, dan berkata kepadanya: “Aku seorang
miskin, telah terputus segala jalan bagiku (untuk mencari
rizki) dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat
meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan
pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda.
Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan,
kulit yang indah, dan kekayaan yang banyak ini, aku
minta kepada anda satu ekor onta saja untuk bekal
meneruskan perjalananku”, tetapi permintaan ini ditolak
dan dijawab: “Hak hak (tanggunganku) masih banyak”,
kemudian malaikat tadi berkata kepadanya: “Sepertinya
aku pernah mengenal anda, bukankah anda ini dulu
orang yang menderita penyakit lepra, yang mana
orangpun sangat jijik melihat anda, lagi pula anda orang
yang miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda
harta kekayaan? Dia malah menjawab: “Harta kekayaan
ini warisan dari nenek moyangku yang mulia lagi
terhormat”, maka malaikat tadi berkata kepadanya:
“jika anda berkata dusta niscaya Allah akan
mengembalikan anda kepada keadaan anda semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang
sebelumnya berkepala botak, dengan menyerupai dirinya
di saat masih botak, dan berkata kepadanya
sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah
menderita penyakit lepra, serta ditolaknya pula
permintaannya sebagaimana ia ditolak oleh orang yang
pertama. Maka malaikat itu berkata: “jika anda berkata
bohong niscaya Allah akan mengembalikan anda seperti
keadaan semula”.
Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang
sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu
di saat ia masih buta, dan berkata kepadanya: “Aku
adalah orang yang miskin, yang kehabisan bekal dalam
perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku (untuk
mencari rizki) dalam perjalananku ini, sehingga aku
tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini,
kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan
anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan
anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal
melanjutkan perjalananku”. Maka orang itu menjawab:
“Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan
penglihatanku. Maka ambillah apa yang anda sukai, dan
tinggalkan apa yang tidak anda sukai. Demi Allah, saya
tidak akan mempersulit anda dengan mengembalikan
sesuatu yang telah anda ambil karena Allah”. Maka
malaikat tadi berkata: “Tahanlah harta kekayaan anda,
karena sesungguhnya engkau ini hanya diuji oleh Allah
Allah-green.svg, Allah telah ridha kepada anda, dan murka kepada
kedua teman anda.” ( HR. Bukhari dan Muslim ).

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat di atas (106).
-----------------------------
(106) Ayat di atas menunjukkan kewajiban mensyukuri ni’mat
Allah dan mengakui bahwa ni’mat tersebut semata-mata
berasal dari Allah, dan menunjukkan pula bahwa katakata
seseorang terhadap ni’mat Allah yang dikaruniakan
kepadanya: “Ini adalah hak yang patut kuterima, karena
usahaku” adalah dilarang dan tidak sesuai dengan
kesempurnaan tauhid.

2. Pengertian firman Allah: “… Pastilah ia berkata:
ini adalah hakku”.

3. Pengertian firman Allah: “sesungguhnya aku
diberi kekayaan ini tiada lain karena ilmu yang
ada padaku”.

4. Kisah menarik, sebagaimana yang terkandung
dalam hadits ini, memuat pelajaran-pelajaran
yang berharga dalam kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif