Siapa yang tidak mengetahui kebenaran maka dia tersesat.
Siapa yang mengetahui kebenaran tapi mengutamakan yang lain daripadanya maka dia adalah orang yang mendapat murka.
Dan siapa yang menge-tahui kebenaran lalu mengikutinya maka dia adalah orang yang men-dapat kenikmatan.
Allah memerintahkan kita agar memohon kepada-Nya dalam shalat kita, supaya Dia menunjuki kita pada jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Karena itu, orang-orang Nasrani disebut sebagai orang yang sesat sebab mereka adalah umat yang bodoh terhadap ajarannya.
Dan orang-orang Yahudi disebut sebagai orang-orang yang dimurkai karena mereka adalah umat yang durhaka dan menentang.
Adapun umat ini (umat Islam) adalah umat yang mendapat anugerah nikmat.
Karena itu, Sufyan bin Uyainah berkata, "Siapa yang rusak dari orang-orang yang ahli ibadah di antara kita maka dia menyerupai orang-orang Nasrani. Dan siapa yang rusak dari ulama-ulama kita maka dia menyerupai orang-orang Yahudi."
Sebab orang-orang Nasrani menyembah Allah tanpa ilmu, dan orang-orang Yahudi mengetahui kebenaran tetapi mereka menyimpang daripadanya.
Dalam Al-Musnad dan Sunan Tirmidzi dari hadits Adi bin Hatim, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
"Orang-orang Yahudi itu dimurkai, dan orang-orang Nasrani itu sesat." (Diriwayatkan Tirmidzi, Ath-Thayalisi dan selain keduanya, dengan sanad hasan).
Allah telah mengumpulkan (penyebutan) dua hal pokok tersebut dalam banyak Al-Qur'an, di antaranya,
"Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permo-honan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hen-daklah mereka itu memenuhi (segalaperintah)Ku dan hendaklah me-reka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenar-an." (Al-Baqarah:186).
Dalam ayat di atas Allah mengumpulkan masalah pengabulan doa dengan keimanan terhadap-Nya. Ayat senada adalah firman-Nya tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, meno-longnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-A'raaf: 157).
"Aliflaam miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang ber-untung." (Al-Baqarah: 1-5).
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timurdan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anakyatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdeka-kan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah: 177).
Dan Allah juga befirman,
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihat supaya menetapi kesabaran." (Al-'Ashr: 1-3).
Dalam ayat di atas Allah Ta'ala bersumpah dengan masa yakni waktu dilakukannya perbuatan-perbuatan yang menguntungkan atau merugikan. Dan bahwa setiap manusia akan berada dalam kerugian, kecuali orang yang sempurna kekuatan ilmunya dengan beriman kepada Allah dan sempurna kekuatan amaliahnya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Dan ini adalah kesempurnaan yang ada pada dirinya.
Lalu dia menyempurnakan orang lain dengan menasihatkan hal tersebut kepada mereka, memerintahkan untuk menetapinya serta agar menguasai hal tersebut, yakni dengan kesabaran. Maka, dia menyem-purnakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, dan menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan hal tersebut kepada mereka serta menasihatkan kesabaran atasnya. Karena itu Imam Syafi'i Rahimahullah berkata, "Seandainya manusia memikirkan tentang surat wal 'Ashri tentu sudah cukup buat mereka."
Al-Qur'an banyak membicarakan masalah ini. Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang bahagia adalah orang yang mengetahui kebe-naran lalu mengikutinya, dan orang yang celaka adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran serta tersesat daripadanya, atau dia mengetahui-nya tetapi ia menyelisihi dan mengikuti yang lain.
Dan wajib Anda ketahui, dua kekuatan ini tidak akan pernah berhenti dalam hati. Jika dia tidak menggunakan kekuatan ilmiahnya untuk mengetahui dan memahami kebenaran maka ia akan menggunakannya untuk mengetahui kebatilan. Jika dia tidak menggunakan kekuatan ke-inginan beramal untuk mengamalkan ketaatan maka dia akan menggu-nakan untuk yang sebaliknya. Manusia itu adalah senantiasa berkeingin-an (hammam) secara naluriah. Sampai-sampai Nabi Shallallahu Alaihi voa Sallam bersabda ,"Sejujur-jujur nama adalah Harits (yang giat bekerja) dan Hamntam (yang berkeinginan kuat). "*'
Al-Harits adalah orang yang bekerja dan membanting tulang, se-dangkan Al-Hammam yaitu orang yang berkeinginan kuat. Setiap manu-sia selalu bergerak dengan keinginan, dan pergerakannya dengan ke-inginan itu merupakan sesuatu yang lazim ada dalam dirinya. Dan ke-inginan itu mengharuskan adanya gambaran jelas tentang sesuatu yang diinginkannya, juga keistimewaan-keistimewaannya menurut dirinya. Jikayang tergambar, yang dicari dan yang diinginkannya itu bukan suatu kebenaran maka yang tergambar, yang dicari dan yang diinginkannya pasti akan berupa kebatilan.
*) Diriwayatkan oleh Ibnu Wahab dalam Al-Jami', hal. 7. la berkata, "Ibnu Luhai'ah mengabarkan kepadaku dari Ja'far bin Rabi'ah dari Rabi'ah bin Yazid dari Abdullah bin Amir Al-Yahshibi secara mursal, bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sebaik-baik nama adalah Abdullah dan Abdurrahman, dan yang sejenisnya, dan sejujur-jujur nama adalah Al-Harits dan Hammam." Sanad hadits ini shahih mursal. la memiliki syahid (penguat) yang dikeluarkan oleh Ahmad (19054), Abu Daud (4950), Nasa'i dalam Sunan-nya (6/218) dari Uqail bin Syabib dari Abi Wahb Al-Jusyami bin Al-Yahshiti, dan sanad-nya dha'if tetapi ia menguatkan hadits ini dalam Majmu' Fatawa (1/379) dan beliau menisbatkan kepada Shahih Muslim dari Ibnu Umar. Ini adalah suatu kealpaan beliau Rahimahullah, sebab dalam hadits Ibnu Umar tidak disebutkan Al-Harits dan Hammam.
Referensi ; Melumpuhkan Senjata Syetan (5;61-64).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar