Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Senin, 14 Januari 2013

PENJELASAN BAHWA SEBAGIAN UMAT INI ADA YANG MENYEMBAH BERHALA

Allah-green.svg

BAB 23

PENJELASAN BAHWA SEBAGIAN UMAT INI ADA
YANG MENYEMBAH BERHALA

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang
diberi bagian dari Al kitab? Mereka beriman kepada Jibt
dan Thaghut (59), dan mengatakan kepada orang-orang
kafir (musyrik Mekkah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman.” (QS. An
nisa’: 51).
------------------------------------------
(59)Terdapat bebarapa penafsiran dari kalangan salaf, tentang
makna Jibt, antara lain: berhala, sihir, tukang sihir, tukang
ramal, Huyai bin Akhthab dan Ka’ab bin Al Asyraf (kedua
orang ini adalah tokoh orang-orang Yahudi di zaman
Rasulullah      ). Dengan demikian, pengertian umum
mencakup makna ini semua, sebagaimana yang dikatakan
oleh Al Jauhari dalam Ash Shihah: “Jibt adalah kata-kata
yang dapat digunakan untuk berhala, tukang ramal, tukang
sihir dan sejenisnya …”

Demikian halnya dengan kata-kata thaghut, terdapat
beberapa penafsiran, yang menunjukkan pengertian umum.
Antara lain: syetan, syetan dalam wujud manusia, berhala,
tukang ramal, Ka’ab Al Asyraf.

Ibnu Jarir Ath Thabari, dalam menafsirkan ayat ini, setelah
menyebutkan beberapa penafsiran ulama salaf,
mengatakan: “… Jibt dan Thaghut ialah dua sebutan untuk
setiap yang diagungkan dengan disembah selain Allah,
atau ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan itu batu,
manuisa ataupun syetan.

“Katakanlah:”maukah aku beritakan kepadamu
tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya
dari pada (orang-orang fasik) itu dihadapan Allah, yaitu
orang-orang yang dilaknati dan dimurkai, dan di antara
mereka ada yang dijadikan kera dan babi, dan orangorang
yang menyembah Thaghut.” (QS. Al maidah: 60).“

…Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka
berkata: “sungguh kami akan mendirikan sebuah rumah
peribadatan di atas gua mereka.” 
(QS. Al kahfi: 21).

Dari Abu Said Radhiyallahu 'anhu  , Rasulullah       
bersabda:“Sungguh kalian akan mengikuti (meniru) tradisi
umat-umat sebelum kalian selangkah demi selangkah
sampai kalaupun mereka masuk kedalam liang biawak
niscaya kalian akan masuk ke dalamnya pula.” para
sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi
dan Nasranikah? Beliau       menjawab: “siapa lagi?”
(HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Muslim meriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu 'anhu  ,
 bahwa
Rasulullah       bersabda:“Sungguh Allah telah
 membentangkan bumikepadaku, 
sehingga aku dapat melihat belahan timur dan
barat, dan sungguh kekuasaan umatku akan sampai pada
belahan bumi yang telah dibentangkan kepadaku itu, dan
aku diberi dua simpanan yang berharga; merah dan
putih (imperium Persia dan Romawi), dan aku minta
kepada Rabbku untuk umatku agar jangan dibinasakan
dengan sebab kelaparan (paceklik) yang
berkepanjangan, dan jangan dikuasakan kepada musuh
selain dari kaum mereka sendiri, sehingga musuh itu
nantinya akan merampas seluruh negeri mereka. Lalu
Rabb berfirman: “Hai Muhammad, jika aku telah
menetapkan suatu perkara, maka ketetapan itu tak akan
bisa berubah, dan sesungguhnya Aku telah memberikan
kepadamu untuk umatmu untuk tidak dibinasakan dengan
sebab paceklik yang berkepanjangan, dan tidak akan
dikuasai oleh musuh selain dari kaum mereka sendiri,
maka musuh itu tidak akan bisa merampas seluruh negeri
mereka, meskipun manusia yang ada di jagat raya ini
berkumpul menghadapi mereka, sampai umatmu itu
sendiri sebagian menghancurkan sebagian yang lain, dan
sebagian meraka menawan sebagian yang lain.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al Barqani dalam
shahihnya dengan tambahan:

“Dan yang aku khawatirkan terhadap umatku tiada
lain adalah adanya pemimpin yang menyesatkan, dan
ketika terjadi pertumpahan darah di antara mereka, maka
tidak akan berakhir sampai datangnya hari kiamat, dan
hari kiamat tidak akan kunjung tiba kecuali ada di antara
umatku yang mengikuti orang musyrik, dan sebagian lain
yang menyembah berhala, dan sungguh akan ada pada
umatku 30 orang pendusta, yang mengaku sebagai Nabi,
padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi
lain setelah aku, meskipun demikian akan tetap ada
segolongan dari umatku yang tetap tegak membela
kebenaran, dan mereka selalu mendapat pertolongan
Allah taala, mereka tak tergoyahkan oleh orang-orang
yang menelantarkan mereka dan memusuhi mereka,
sampai datang keputusan Allah Subhanahu Wa Ta'ala”.

Kandungan dalam bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat An Nisa’(60).
-------------------------------------------------
(60)Ayat ini menunjukkan bahwa apabila orang-orang yang
diturunkan kepada mereka Al Kitab mau beriman kepada
Jibt dan Thaghut, maka tidak mustahil dan tidak dapat
dipungkiri bahwa umat ini yang telah diturunkan
kepadanya Al Qur’an akan berbuat pula seperti yang
mereka perbuat, karena Rasulullah       telah
memberitahukan bahwasanya akan ada di diantara umat ini
orang-orang yang berbuat seperti apa yang diperbuat oleh
orang-orang Yahudi dan Nasrani

2. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat Al Maidah (61).

3. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat Al Kahfi (62).
----------------------------------------------
(61)Ayat ini menunjukkan bahwa akan terjadi di kalangan
umat ini penyembahan thaghut, sebagaimana telah terjadi
penyembahan thaghut di kalangan ahli kitab.

(62)Ayat ini menunjukkan bahwa ada di antara umat ini orang
yang membangun tempat ibadah di atas atau di sekitar
kuburan, sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang
sebelum mereka.

4. Masalah yang sangat penting sekali, yaitu
pengertian tentang beriman terhadap Jibt dan
Thaghut, apakah sekedar mempercayainya dalam
hati, atau mengikuti orang-orangnya, sekalipun
membenci hal tersebut dan mengerti akan
kebatilannya? [sebagai buktinya], apa yang
dikatakan oleh Ahli kitab kepada orang-orang
kafir (kaum Musyrikin Makkah) bahwa mereka
lebih benar jalannya dari pada orang-orang yang
beriman.

5. Iman kepada Jibt dan Thaghut pasti akan terjadi
di kalangan umat ini (umat Islam), sebagaimana
yang ditetapkan dalam hadits Abu Said. Dan
inilah yang dimaksud dalam bab ini.

6. Pernyataan Rasulullah       bahwa akan terjadi
penyembahan berhala dari kalangan umat ini.

7. Satu hal yang amat mengherankan adalah
munculnya orang yang mendakwahkan dirinya
sebagai Nabi, seperti Al Mukhtar bin Abu Ubaid
Ats tsaqafi(63); padahal ia mengucapkan dua
kalimah syahadat, dan menyatakan bahwa
dirinya termasuk dalam umat Muhammad, dan ia
meyakini bahwa Rasulullah itu haq dan Al
Qur’an juga haq, yang di dalamnya diterangkan
bahwa Muhammad adalah penutup para Nabi.
Walaupun demikian ia dipercayai banyak orang,
meskipun adanya kontradiksi yang jelas sekali. Ia
hidup pada akhir masa sahabat dan diikuti oleh
banyak orang.
-----------------------------------------
(63)Al Mukhtar bin Abu Ubaid bin Mas’ud Ats Tsaqafi.
Termasuk tokoh yang memberontak terhadap kekuasaan
Bani Umayyah dan menonjolkan kecintaan kepada Ahlu
bait. Mengaku bahwa ia adalah nabi dan menerima wahyu.
Dibunuh oleh Mush’ab bin Az Zubair pada tahun 67 H
(687 M).

8. Rasulullah       menyampaikan kabar gembira
bahwa al haq (kebenaran Allah dan ajaran-Nya)
tidak akan dapat dilenyapkan sama sekali,
sebagaimana yang terjadi pada masa lalu, tetapi
masih akan selalu ada sekelompok orang yang
berpegang teguh dan membela kebenaran.

9. Bukti kongkritnya adalah: mereka walaupun
sedikit jumlahnya, tetapi tidak tergoyahkan oleh
orang-orang yang menelantarkan dan menentang
mereka.

10. Kondisi seperti ini akan berlangsung sampai hari
kiamat.

11. Bukti bukti akan kenabian Muhammad       yang
terkandung dalam hadits ini adalah:

• Pemberitahuan beliau bahwa Allah telah
membentangkan kepadanya belahan bumi
barat dan timur, dan menjelaskan makna dari
hal itu; kemudian terjadi seperti yang beliau
beritakan, berlainan halnya dengan belahan
selatan dan utara.

• Pemberitahuan beliau bahwa beliau diberi
dua simpanan yang berharga.

• Pemberitahuan beliau bahwa do’anya untuk
umatnya dikabulkan dalam dua hal,
sedangkan hal yang ketiga tidak dikabulkan.

• Pemberitahuan beliau bahwa akan terjadi
pertumpahan darah di antara umatnya, dan
kalau sudah terjadi tidak akan berakhir
sampai hari kiamat.

• Pemberitahuan beliau bahwa sebagian umat
ini akan menghancurkan sebagian yang lain,
dan sebagian mereka menawan sebagian
yang lain.

• Pemberitahuan beliau tentang munculnya
orang-orang yang mendakwahkan dirinya
sebagai Nabi pada umat ini.

• Pemberitahuan beliau bahwa akan tetap ada
sekelompok orang dari umat ini yang tegak
membela kebenaran, dan mendapat
pertolongan Allah.
Dan itu semua benar-benar telah terjadi
seperti yang telah diberitahukan, padahal semua
yang diberitahukan itu di luar jangkauan akal
manusia.

12. Apa yang beliau khawatirkan terhadap umatnya
hanyalah munculnya para pemimpin yang
menyesatkan.

13. Perlunya perhatian terhadap makna dari
penyembahan berhala.

KITAB TAUHID BAB 23 HAL 131-140

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif