Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Selasa, 01 Januari 2013

PENYEBAB UTAMA KEKAFIRAN ADALAH BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN ORANG-ORANG SHaLEH

Allah-green.svg
BAB 19

PENYEBAB UTAMA KEKAFIRAN ADALAH
BERLEBIH-LEBIHAN DALAM MENGAGUNGKAN
ORANG-ORANG SHaLEH

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Wahai orang-orang ahli kitab, janganlah kalian
melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah
kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.”
(QS. An nisa’: 171).

Dalam shahih Bukhari ada satu riwayat dari Ibnu
Abbas Radhiyallahu 'anhu yang menjelaskan tentang firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
“Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata: "janganlah
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhantuhan
kamu, dan janganlah sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts,
Ya’uq maupun Nasr.”(QS. Nuh: 23).

Beliau (Ibnu Abbas) mengatakan: “Ini adalah nama
orang-orang shaleh dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka
meniggal dunia, syetan membisikkan kepada kaum
mereka agar membuat patung-patung mereka yang telah
meninggal di tempat-tempat dimana, disitu pernah
diadakan pertemuan-pertemuan mereka, dan mereka
disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan
nama-nama mereka, kemudian orang-orang tersebut
menerima bisikan syetan, dan saat itu patung-patung
yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru
setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu
agama dilupakan, mulai saat itulah patung-patung
tersebut disembah”.

Ibnul Qayyim berkata (52): “banyak para ulama salaf
mengatakan: “setelah mereka itu meninggal, banyak
orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi
kuburan mereka, lalu mereka membuat patung-patung
mereka, kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama
akhirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan”.
-------------------------------------------------------
(52)Abu Abdillah: Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin
Sa’d Az Zur’I Ad Dimasqi, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.
Seorang ulama besar dan tokoh gerakan da’wah Islamiyah;
murid syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Mempunyai banyak
karya ilmiyah. Dilahirkan tahun 691 H (1292 M) dan
meninggal tahun 751 H (1350 M).

Diriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah   
bersabda:“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku,
sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan
dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang
hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan
Rasulullah (Utusan Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan Rasulullah    bersabda:“Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan, karena
sesungguhnya sikap berlebihan itulah yang telah
membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR.
Ahmad, Turmudzi dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu  ).

Dan dalam shahih Muslim, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu berkata:
bahwa Rasulullah   bersabda:“Binasalah orang-orang yang bersikap berlebihlebihan.”
(diulanginya ucapan itu tiga kali).

Kandungan dalam bab ini:

1. Orang yang memahami bab ini dan kedua bab
setelahnya, akan jelas baginya keterasingan
Islam; dan ia akan melihat betapa kuasanya Allah
itu untuk merubah hati manusia.

2. Mengetahui bahwa awal munculnya kemusyrikan
di muka bumi ini adalah karena sikap berlebihlebihan
terhadap orang-orang shaleh.

3. Mengetahui apa yang pertama kali diperbuat oleh
orang-orang sehingga ajaran para Nabi menjadi
berubah, dan apa faktor penyebabnya? padahal
mereka mengetahui bahwa para Nabi itu adalah
utusan Allah.

4. Mengetahui sebab-sebab diterimanya bid’ah,
padahal syari’at dan fitrah manusia menolaknya.

5. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal di atas
adalah tercampur-aduknya kebenaran dengan
kebatilan; Adapun yang pertama ialah: rasa cinta
kepada orang-orang shaleh.
Sedang yang kedua ialah: tindakan yang
dilakukan oleh orang-orang ‘alim yang ahli
dalam masalah agama, dengan maksud untuk
suatu kebaikan, tetapi orang-orang yang hidup
sesudah mereka menduga bahwa apa yang
mereka maksudkan bukanlah hal itu.

6. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat Nuh (53).
------------------------------------
(53)Ayat ini menunjukkan bahwa sikap yang berlebih-lebihan
dan melampaui batas terhadap orang-orang shalih adalah
menyebabkan terjadinya syirik dan tuntunan agama para
Nabi ditinggalkan.

7. Mengetahui watak manusia bahwa kebenaran
yang ada pada dirinya bisa berkurang, dan
kebatilan malah bisa bertambah.

8. Bab ini mengandung suatu bukti tentang
kebenaran pernyataan ulama salaf bahwa bid’ah
adalah penyebab kekafiran.

9. Syetan mengetahui dampak yang diakibatkan
oleh bid’ah, walaupun maksud pelakunya baik.

10. Mengetahui kaidah umum, yaitu bahwa sikap
berlebih-lebihan dalam agama itu dilarang, dan
mengetahui pula dampak negatifnya.

11. Bahaya dari perbuatan sering mendatangi
kuburan dengan niat untuk suatu amal shalih.

12. Larangan adanya patung-patung, dan hikmah
dibalik perintah menghancurkannya (yaitu: untuk
menjaga kemurnian tauhid dan mengikis
kemusyrikan).

13. Besarnya kedudukan kisah kaum nabi Nuh ini,
dan manusia sangat memerlukan akan hal ini,
walaupun banyak di antara mereka yang telah
melupakannya.

14. Satu hal yang sangat mengherankan, bahwa
mereka (para ahli bid’ah) telah membaca dan
memahami kisah ini, baik lewat kitab-kitab tafsir
maupun hadits, tapi Allah menutup hati mereka,
sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa
apa yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh adalah
amal ibadah yang paling utama, dan merekapun
beranggapan bahwa yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya hanyalah kekafiran yang
menghalalkan darah dan harta.

15. Dinyatakan bahwa mereka berlebih-lebihan
terhadap orang- orang shaleh itu tiada lain karena
mengharapkan syafaat mereka.

16. Mereka menduga bahwa orang-orang berilmu
yang membuat patung itu bermaksud demikian.

17. Pernyataan yang sangat penting yang termuat
dalam sabda Nabi: “Janganlah kalian memujiku
dengan berlebih-lebihan, sebagaimana orangorang
Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa
bin Maryam”. Semoga shalawat dan salam
senantiasa dilimpahkan Allah kepada beliau yang
telah menyampaikan risalah dengan sebenarbenarnya.

18. Ketulusan hati beliau kepada kita dengan
memberikan nasehat bahwa orang-orang yang
berlebih-lebihan itu akan binasa.

19. Pernyataan bahwa patung-patung itu tidak
disembah kecuali setelah ilmu [agama]
dilupakan, dengan demikian dapat diketahui nilai
keberadaan ilmu ini dan bahayanya jika hilang.

20. Penyebab hilangnya ilmu agama adalah
meninggalnya para ulama.

KITAB TAUHID BAB 19  HAL 112-177

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif