Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Selasa, 20 November 2012

MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR-BENARNYA DAPAT MENYEBABKAN MASUK SURGA TANPA HISAB

BAB 3

MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR-BENARNYA
DAPAT MENYEBABKAN MASUK
SURGA TANPA HISAB

Firman Allah :“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali
ia bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan).” (QS. An Nahl: 120).

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Rabb mereka (sesuatu apapun)”. (QS. Al
Mu’minun: 59).

Husain bin Abdurrahman berkata: “Suatu ketika aku
berada di sisi Sa'id bin Zubair, lalu ia bertanya: “siapa di
antara kalian melihat bintang yang jatuh semalam?
kemudian aku menjawab: “aku”, kemudian kataku:
“ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang
melaksanakan shalat, karena aku disengat kalajengking”,
lalu ia bertanya kepadaku: “lalu apa yang kau lakukan?
aku menjawab: “aku minta diruqyah (10)”, ia bertanya
lagi: “apa yang mendorong kamu melakukan hal itu? aku
menjawab: “yaitu: sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Asy Sya’by kepada kami”, ia bertanya lagi: “dan apakah
hadits yang dituturkan kepadamu itu? aku menjawab:
“dia menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin
Hushaib:“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain (11) atau
terkena sengatan”.
Sa' id pun berkata: “sungguh telah berbuat baik orang
yang telah mengamalkan apa yang telah didengarnya,
tetapi Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda:

(10) Ruqyah, maksudnya di sini, ialah: penyembuhan dengan
bacaan ayat ayat Al qur’an atau doa doa.

(11) Ain, yaitu: pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa
dengki seseorang, melalui pandangan matanya. Disebut
juga penyakit mata.

“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu
aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok
orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua
orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada
seorangpun yang menyertainya, tiba-tiba diperlihatkan
kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku
mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan
kepadaku: bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya,
tiba-tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain
yang jumlahnya sangat besar, maka dikatakan kepadaku:
mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada
70.000 (tujuh puluh ribu) orang yang masuk surga tanpa
hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu." kemudian beliau
bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orangorang
pun memperbincangkan tentang siapakah mereka
itu? Ada di antara mereka yang berkata: "barangkali
mereka itu orang-orang yang telah menyertai Nabi dalam
hidupnya, dan ada lagi yang berkata: "barangkali mereka
itu orang-orang yang dilakhirkan dalam lingkungan Islam
hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan
sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain
pula.

Kemudian Rasulullah SAW keluar dan merekapun
memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau
bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak
pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathayyur (12) dan
tidak pernah meminta lukanya ditempeli besi yang
dipanaskan, dan mereka pun bertawakkal kepada tuhan
mereka." kemudian Ukasyah bin Muhshan berdiri dan
berkata: mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk
golongan mereka, kemudian Rasul bersabda: “ya, engkau
termasuk golongan mereka”, kemudian seseorang yang
lain berdiri juga dan berkata: mohonkanlah kepada Allah
agar aku juga termasuk golongan mereka, Rasul
menjawab: “Kamu sudah kedahuluan Ukasyah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

(12) Tathayyur ialah: merasa pesimis, merasa bernasib sial,
atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang
lainnya atau apa saja.

Kandungan bab ini:

1. Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia
dalam bertauhid.

2. Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurnimurninya.

3. Pujian Allah kepada Nabi Ibrahim, karena beliau
tidak pernah melakukan kemusyrikan.

4. Pujian Allah kepada tokoh para wali Allah (para
shahabat Rasulullah) karena bersihnya diri
mereka dari kemusyrikan.

5. Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya
lukanya ditempeli dengan besi yang panas, dan
tidak melakukan tathayyur adalah termasuk
pengamalan tauhid yang murni.

6. Tawakkal kepada Allah adalah sifat yang
mendasari sikap tersebut.

7. Dalamnya ilmu para sahabat, karena mereka
mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan
dalam hadits tersebut tidak akan mendapatkan
kedudukan yang demikian tinggi kecuali dengan
adanya pengamalan.

8. Semangatnya para sahabat untuk berlombalomba
dalam mengerjakan amal kebaikan.

9. Keistimewaan umat Islam dalam kwantitas dan
kwalitasnya.

10. Keutamaan para pengikut Nabi Musa.

11. Umat-umat terdahulu telah ditampakkan kepada
Nabi Muhammad SAW.

12. Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama
para Nabinya.

13. Sedikitnya orang-orang yang mengikuti ajakan
para Nabi.

14. Nabi yang tidak mempunyai pengikut akan
datang sendirian pada hari kiamat.

15. Manfaat dari pengetahuan ini adalah tidak silau
dengan jumlah yang banyak dan tidak kecil hati
dengan jumlah yang sedikit.

16. Diperbolehkan melakukan ruqyah disebabkan
terkena ain dan sengatan.

17. Luasnya ilmu para ulama salaf, hal itu bisa
diketahui dari ucapan Sa'id bin Zubair: “Sungguh
telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa
yang telah didengarnya, tetapi…”, dengan
demikian jelaslah bahwa hadits yang pertama
tidak bertentangan dengan hadits yang kedua.

18. Kemuliaan sifat para ulama salaf, karena
ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji
seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.

19. Sabda Nabi: “Engkau termasuk golongan
mereka” adalah salah satu dari tanda-tanda
kenabian Beliau.

20. Keutamaan Ukasyah.

21. Penggunaan kata sindiran (13).

22. Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW.


(13) Karena beliau bersabda kepada seseorang: “Kamu sudah
kedahuluan Ukasyah”, dan tidak bersabda kepadanya:
“Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan
mereka”.

Referensi ; KITAB TAUHID BAB 3

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif