Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Minggu, 25 November 2012

ÐAKWAH KEPAÐA SYAHAÐAT “LA ĪLAHA ĪLLALLAH”

BAB 5

DAKWAH KEPADA SYAHADAT
“LA ILAHA ILLALLAH”

Firman Allah Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :“Katakanlah: ”inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku, aku berdakwah kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf: 108).

Ibnu Abbas  berkata: ketika Rasulullah   mengutus
Muadz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda kepadanya:
“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli
kitab (Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah pertama kali
yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah
syahadat La Ilaha Illallah –dalam riwayat yang lain
disebutkan: “supaya mereka mentauhidkan Allah”- jika
mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka
sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam
sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang
telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka
zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan diberikan kepada orang-orang yang fakir.
Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu
sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan
mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang
yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir
penghalang antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dalam hadits yang lain, Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d , bahwa Rasulullah  
disaat perang Khaibar bersabda:
“Sungguh akan aku serahkan bendera (komando
perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, dan dia dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, Allah akan memberikan kemenangan dengan
sebab kedua tangannya”, maka semalam suntuk para
sahabat memperbincangkan siapakah di antara mereka
yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka
mendatangi Rasulullah  . Masing-masing berharap agar
ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasul
bertanya: “di mana Ali bin Abi Thalib? Mereka
menjawab: "dia sedang sakit pada kedua matanya,
kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya,
dan datanglah ia, kemudian Rasul meludahi kedua
matanya, seketika itu dia sembuh seperti tidak pernah
terkena penyakit, kemudian Rasul menyerahkan bendera
itu kepadanya dan bersabda: “melangkahlah engkau ke
depan dengan tenang hingga engkau sampai ditempat
mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam (15), dan
sampaikanlah kepada mereka akan hak-hak Allah dalam
Islam, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah
kepada seseorang dengan sebab kamu itu lebih baik dari
unta-unta yang merah.” (16).
--------------------------------------------------------
(15) Ajaklah mereka kepada Islam, yaitu kepada pengertian
yang sebenarnya dari kedua kalimat syahadat, yaitu:
berserah diri kepada Allah, lahir dan batin, dengan
mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, yang disampaikan melalui Rasul-Nya.

(16) Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat
berharga dan menjadi kebanggaan orang arab pada masa
itu.

Kandungan bab ini:

1. Dakwah kepada “La Ilaha Illallah” adalah
jalannya orang-orang yang setia mengikuti
Rasulullah   .

2. Peringatan akan pentingnya ikhlas [dalam
berdakwah semata-mata karena Allah], sebab
kebanyakan orang kalau mengajak kepada
kebenaran, justru mereka mengajak kepada
[kepentingan] dirinya sendiri.

3. Mengerti betul akan apa yang didakwahkan
adalah termasuk kewajiban.

4. Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid
itu mengagungkan Allah.

5. Bukti kejelekan syirik, bahwa syirik itu
merendahkan Allah.

6. Termasuk hal yang sangat penting adalah
menjauhkan orang Islam dari lingkungan orang
orang musyrik, agar tidak menjadi seperti
mereka, walaupun dia belum melakukan
perbuatan syirik.

7. Tauhid adalah kewajiban pertama.

8. Tauhid adalah yang harus didakwahkan pertama
kali sebelum mendakwahkan kewajiban yang lain
termasuk shalat.

9. Pengertian “supaya mereka mentauhidkan Allah”
adalah pengertian syahadat.

10. Seseorang terkadang termasuk ahli kitab, tapi ia
tidak tahu pengertian syahadat yang sebenarnya,
atau ia memahami namun tidak
mengamalkannya.

11. Peringatan akan pentingnya sistem pengajaran
dengan bertahap.

12. Yaitu dengan diawali dari hal yang sangat
penting kemudian yang penting dan begitu
seterusnya.

13. Salah satu sasaran pembagian zakat adalah orang
fakir.

14. Kewajiban orang yang berilmu adalah
menjelaskan tentang sesuatu yang masih
diragukan oleh orang yang belajar.

15. Dilarang mengambil harta yang terbaik dalam
penarikan zakat.

16. Menjaga diri dari berbuat dzalim terhadap
seseorang.

17. Pemberitahuan bahwa do’a orang yang teraniaya
itu dikabulkan.

18. Di antara bukti tauhid adalah ujian yang dialami
oleh Rasulullah   dan para sahabat, seperti
kesulitan, kelaparan maupun wabah penyakit.

19. Sabda Rasulullah   : “Demi Allah akan aku
serahkan bendera …” adalah salah satu dari
tanda-tanda kenabian beliau  .

20. Kesembuhan kedua mata Ali, setelah diludahi
Rasulullah   adalah salah satu dari tanda-tanda
kenabian beliau.

21. Keutamaan sahabat Ali bin Abi Thalib .

22. Keutamaan para sahabat Rasul  , [karena hasrat
mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan
sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba
dalam mengerjakan amal shaleh] ini dapat dilihat
dari perbincangan mereka di malam [menjelang
perang Khaibar, tentang siapakah di antara
mereka yang akan diserahi bendera komando
perang, masing-masing mereka menginginkan
agar dirinyalah yang menjadi orang yang
memperoleh kehormatan itu].

23. Kewajiban mengimani takdir Allah, karena
bendera tidak diserahkan kepada orang yang
sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang
yang tidak berusaha untuk memperolehnya.

24. Adab di dalam berjihad, sebagaimana yang
terkandung dalam sabda Rasul   : “berangkatlah
engkau dengan tenang”.

25. Disyariatkan untuk mendakwahi musuh sebelum
memeranginya.

26. Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang
sudah pernah didakwahi dan diperangi
sebelumnya.

27. Dakwah harus dilaksanakan dengan bijaksana,
sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda
Nabi   : “… dan sampaikanlah kepada mereka
tentang hak-hak Allah dalam Islam yang harus
dilakukan”.

28. Wajib mengenal hak-hak Allah dalam Islam (17).
----------------------------------------------------
(17) Hak Allah dalam Islam yang wajib dilaksanakan ialah
seperti: shalat, zakat, puasa, haji dan kewajiban-kewajiban
lainnya.

29. Kemuliaan dakwah, dan besarnya pahala bagi
orang yang bisa memasukkan seorang saja ke
dalam Islam.

30. Diperbolehkan bersumpah dalam menyampaikan
petunjuk.

SUMBEЯ ; KITAB TAUHID BAB 5

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif