KEISTIMEWAAN TAUHID
Firman Allah ; “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai
(5)Iman ialah: ucapan hati dan lisan yang disertai dengan
(6 ) Syirik disebut kezhaliman karena syirik adalah
menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan
memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.
Ubadah bin Shamit ; menuturkan Rassulullah bersabda:
“Barangsiapa yang bersyahadat (7) bahwa tidak ada
sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada
sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya,
dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam,
serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu benar adanya,
neraka juga benar adanya, maka Allah pasti
memasukkanya kedalam surga, betapapun amal yang
telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
(7 ) Syahadat ialah: persaksian dengan hati dan lisan, dengan
mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi
tuntutannya, baik lahir maupun batin.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits
dari Itban bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi
orang orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan
ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah
Allah”.
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri bahwa
Rasulullah bersabda: “Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku
sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”,
Allah berfirman:” ucapkan hai Musa لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ Musa
berkata: “ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”,
Allah menjawab:” Hai Musa, seandainya ketujuh langit
serta seluruh penghuninya –selain Aku- dan ketujuh bumi
diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
diletakkan pada sisi lain timbangan,
niscaya kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا الله lebih berat timbangannya.”
(HR. Ibnu Hibban, dan Hakim sekaligus menshahihkannya).
Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut
penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik ia
berkata: "aku mendengar Rasulullah bersabda: “Allah berfirman: “Hai anak Adam,
jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sejagat raya,
dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat
raya pula”.
Kandungan bab ini:
1. Luasnya karunia Allah .
2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah .
3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.
4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al
An’am.
5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam
hadits Ubadah.
6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah,
hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan
jelas bagi anda pengertian kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena
hawa nafsunya.
7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan
dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata
karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya).
8. Para Nabipun perlu diingatkan akan
keistimewaan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
9. Penjelasan bahwa kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ berat timbangannya mengungguli berat timbangan
seluruh makhluk, padahal banyak orang yang
mengucapkan kalimat tersebut.
10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti
halnya langit.
11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.
12. Menetapkan sifat-sifat Allah apa adanya, berbeda
dengan pendapat Asy’ariyah (8).
(8 ) Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut
Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H
= 874 – 936 M).Dan maksud penulis di sini ialah
13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda
akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada
dalam hadits Itban: “sesungguhnya Allah
mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang
yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan penuh
ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun , bukan hanya
mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
menetapkan sifat sifat Allah sebagaimana yang disebutkan
dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang
ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah,
mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf shaleh dalam
masalah ini, yaitu: mengimani kebesaran sifat sifat Allah
yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif,
ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian
mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan
makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya)
dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa
menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan
makhluk-Nya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh
Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan
berpegang teguh dengan madzhab salaf shaleh,
sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di
akhir hidupnya, yaitu "Al Ibanah ‘an ushulid diyanah"
(editor: Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul
bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau
mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang
dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari
madzhab salaf.
14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama
hamba Allah dan Rasul-Nya.
15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai
Kalimat Allah(9).
16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh di antara
ruh-ruh yang diciptakan Allah.
17. Mengetahui keistimewaan iman kepada
kebenaran adanya surga dan neraka.
18. Memahami sabda Rasul: “betapapun amal yang
telah dikerjakannya”.
19. Mengetahui bahwa timbangan (di hari kiamat) itu
mempunyai dua daun.
20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah.
(9 ) Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan
Allah dengan firman-Nya “Kun” (jadilah) yang
disampaikan-Nya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar