Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Senin, 19 November 2012

KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

BAB 2

KEISTIMEWAAN TAUHID
DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

Firman Allah ; “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai
keimanan (5)mereka dengan kedzhaliman (kemusyrikan)
 (6), mereka itulah orang-orang yang mendapat
ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat jalan hidayah.” (QS. Al An’am: 82).

(5)Iman ialah: ucapan hati dan lisan yang disertai dengan
perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan
dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah
Rasulullah 

(6 ) Syirik disebut kezhaliman karena syirik adalah
menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan
memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.

Ubadah bin Shamit ; menuturkan Rassulullah bersabda:
“Barangsiapa yang bersyahadat (7) bahwa tidak ada
sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada
sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya,
dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam,
serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu benar adanya,
neraka juga benar adanya, maka Allah pasti
memasukkanya kedalam surga, betapapun amal yang
telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

(7 ) Syahadat ialah: persaksian dengan hati dan lisan, dengan
mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi
tuntutannya, baik lahir maupun batin.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits
dari Itban  bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah  mengharamkan neraka bagi
orang orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan
ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah
Allah”.

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri  bahwa
Rasulullah bersabda: “Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku
sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”,
Allah berfirman:” ucapkan hai Musa لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ   Musa
berkata: “ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”,
Allah menjawab:” Hai Musa, seandainya ketujuh langit
serta seluruh penghuninya –selain Aku- dan ketujuh bumi
diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
diletakkan pada sisi lain timbangan,                                    
niscaya kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا الله lebih berat timbangannya.”
(HR. Ibnu Hibban, dan Hakim sekaligus menshahihkannya).

Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut
penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik  ia
berkata: "aku mendengar Rasulullah bersabda: “Allah  berfirman: “Hai anak Adam, 
jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sejagat raya,
dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat
raya pula”.

Kandungan bab ini:

1. Luasnya karunia Allah .

2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah .

3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.

4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al
An’am.

5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam
hadits Ubadah.

6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah,
hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan
jelas bagi anda pengertian kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena
hawa nafsunya.

7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan
dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata
karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya).

8. Para Nabipun perlu diingatkan akan
keistimewaan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

9. Penjelasan bahwa kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ berat timbangannya mengungguli berat timbangan
seluruh makhluk, padahal banyak orang yang
mengucapkan kalimat tersebut.

10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti
halnya langit.

11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.

12. Menetapkan sifat-sifat Allah apa adanya, berbeda
dengan pendapat Asy’ariyah (8).
(8 ) Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut
Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H
= 874 – 936 M).Dan maksud penulis di sini ialah 

13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda
akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada
dalam hadits Itban: “sesungguhnya Allah
mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang
yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan penuh
ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun , bukan hanya
mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
menetapkan sifat sifat Allah sebagaimana yang disebutkan
dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang
ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah,
mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf shaleh dalam
masalah ini, yaitu: mengimani kebesaran sifat sifat Allah
yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif,
ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian
mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan
makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya)
dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa
menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan
makhluk-Nya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh
Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan
berpegang teguh dengan madzhab salaf shaleh,
sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di
akhir hidupnya, yaitu "Al Ibanah ‘an ushulid diyanah"
(editor: Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul
bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau
mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang
dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari
madzhab salaf.

14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama
hamba Allah dan Rasul-Nya.

15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai
Kalimat Allah(9).

16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh di antara
ruh-ruh yang diciptakan Allah.

17. Mengetahui keistimewaan iman kepada
kebenaran adanya surga dan neraka.

18. Memahami sabda Rasul: “betapapun amal yang
telah dikerjakannya”.

19. Mengetahui bahwa timbangan (di hari kiamat) itu
mempunyai dua daun.

20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah.

(9 ) Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan
Allah dengan firman-Nya “Kun” (jadilah) yang
disampaikan-Nya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.


Sumber ; Kitab Tauhid Bab  2




Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif