Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 30 November 2012

MEMAKAI GELANG DAN SEJENISNYA UNTUK MENANGKAL BAHAYA ADALAH PERBUATAN SYIRIK

Allah-green.svg
BAB 7

MEMAKAI GELANG DAN SEJENISNYA
UNTUK MENANGKAL BAHAYA ADALAH
PERBUATAN SYIRIK (20).

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala   :
“Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang
musyrik): terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu
seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemadharatan kepadaku, apakah berhala berhala itu
dapat menghilangkan kemadharatan itu? atau jika Allah
menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku
apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?
katakanlah: cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-
Nyalah orang-orang yang berserah diri bertawakkal.”
(QS. Az Zumar: 38).

--------------------------------------------------------

(20) Dimulai dengan bab ini, penulis hendak menerangkan
lebih lanjut tentang pengertian tauhid dan syahadat “La
Ilaha Illallah”, dengan menyebutkan hal hal yang
bertentangan dengannya, yaitu : syirik dan macam
macamnya, baik yang akbar maupun yang ashghor, karena
dengan mengenal syirik sebagai lawan tauhid akan jelas
sekali pengertian yang sebenarnya dari tauhid dan
syahadat “La Ilah Illah”.

Imran bin Husain Radiyallahu Anhu menuturkan bahwa Rasulullah    
melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat
dari kuningan, kemudian beliau bertanya:“Apakah itu? orang laki-laki itu menjawab: “gelang
penangkal penyakit”, lalu Nabi bersabda: “lepaskan
gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan
menambah kecuali kelemahan pada dirimu, dan jika
kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada
tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selamalamanya.”
(HR. Ahmad dengan sanad yang bisa diterima)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad pula dari Uqbah bin
Amir, dalam hadits yang marfu’, Rasulullah     bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (21)
maka Allah tidak akan mengabulkan keinginannya, dan
barangsiapa yang menggantungkan Wada’ah (22) maka
Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya”
dan dalam riwayat yang lain Rasul bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka ia
telah berbuat kemusyrikan”.
----------------------------------------------------
(21) Tamimah: sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak
sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat
yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang, dan lain
sebagainya.
(22) Wada’ah: sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai
rumah kerang; menurut anggapan orang-orang jahiliyah
dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Termasuk
dalam pengertian ini adalah jimat.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa
ia melihat seorang laki-laki yang di tangannya ada
benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan
benang itu seraya membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sesembahan lain)".
(QS. Yusuf: 106).

Kandungan bab ini:

1. Larangan keras memakai gelang, benang dan
sejenisnya untuk tujuan-tujuan seperti tersebut di
atas.

2. Dikatakan bahwa sahabat Nabi tadi apabila mati
sedangkan gelang (atau sejenisnya) itu masih
melekat pada tubuhnya, maka ia tidak akan
beruntung selamanya, ini menunjukkan
kebenaran pernyataan para sahabat bahwa syirik
kecil itu lebih berat dari pada dosa besar.

3. Syirik tidak dapat dimaafkan dengan alasan tidak
tahu.

4. Gelang, benang dan sejenisnya tidak berguna
untuk menangkal atau mengusir suatu penyakit,
bahkan ia bisa mendatangkan bahaya, seperti
sabda Nabi Muhammad    : “… karena dia hanya
akan menambah kelemahan pada dirimu”.

5. Wajib mengingkari orang-orang yang melakukan
perbuatan di atas.

6. Penjelasan bahwa orang yang menggantungkan
sesuatu dengan tujuan di atas, maka Allah akan
menjadikan orang tersebut memiliki
ketergantungan pada barang tersebut.

7. Penjelasan bahwa orang yang menggantungkan
tamimah telah melakukan perbuatan syirik.


8. Mengikatkan benang pada tubuh untuk
mengobati penyakit panas adalah bagian dari
syirik.

9. Pembacaan ayat di atas oleh Hudzaifah
menunjukkan bahwa para sahabat menggunakan
ayat-ayat yang berkaitan dengan syirik akbar
sebagai dalil untuk syirik ashghar, sebagaimana
penjelasan yang disebutkan oleh Ibnu Abbas
dalam salah satu ayat yang ada dalam surat Al
Baqarah (23).
---------------------------------------------------------
(23) Penjelasan Ibnu Abbas ini akan disebutkan
 dalam bab 42

10. Menggantungkan Wada’ah untuk mengusir atau
menangkal penyakit, termasuk syirik.

11. Orang yang menggantungkan tamimah didoakan:
“semoga Allah tidak akan mengabulkan
keinginannya” dan orang yang menggantungkan
wada'ah didoakan: “semoga Allah tidak
memberikan ketenangan pada dirinya.”

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif