Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Selasa, 04 Desember 2012

MENGHARAPKAN BERKAH DARI PEPOHONAN, BEBATUAN ATAU YANG SEJENISNYA

Allah-green.svg
BAB 9

MENGHARAPKAN BERKAH DARI
PEPOHONAN, BEBATUAN ATAU YANG
SEJENISNYA

Firman Allah-green.svgAllah  Subhanahu Wa Ta'ala  :“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang
musyrik) menganggap Al lata dan Al Uzza dan Manat
yang ketiga, (27). Apakah (patut) untuk kamu (anak) lakilaki
dan untuk Allah (anak) perempuan? yang demikian
itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak
lain hanyalah nama-nama yang diada-adakan oleh kamu
dan bapak-bapak kamu; Allah-green.svgAllah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti sangkaa-sangkaan dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka; padahal sesungguhnya
tidak datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan
mereka.” (QS. An Najm: 19-23).

------------------------------------------------------------

(27) Al Lata, Al Uzza dan Manat adalah nama berhala-berhala
yang dipuja orang arab jahiliyah dan dianggapnya sebagai
anak anak perempuan Allah-green.svgAllah.


Abi Waqid Al Laitsi menuturkan: “Suatu saat kami
keluar bersama Rasulullah menuju Hunain, sedangkan
kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran
(masuk Islam), disaat itu orang-orang musyrik memiliki
sepokok pohon bidara yang dikenal dengan Dzatu
Anwath, mereka selalu mendatanginya dan
menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada
pohon tersebut, di saat kami sedang melewati pohon
bidara tersebut, kami berkata: “ya Rasulullah, buatkanlah
untuk kami Dzatu anwath sebagaimana mereka
memilikinya”. Maka Rasulullah     menjawab:
“Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum
kalian) demi Allah-green.svgAllah yang jiwaku ada di tangan-Nya,
kalian benar-benar telah mengatakan suatu perkataan
seperti yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa:
“buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana
mereka memiliki sesembahan, Musa menjawab: sungguh
kalian adalah kaum yang tidak mengerti (faham)” kalian
pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum
kalian.”(HR. Turmudzi, dan dia menshahihkannya).

Kandungan dalam bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat An Najm (28).
-------------------------------------------------------

(28) Dalam ayat ini, Allah-green.svgAllah Subhanahu Wa Ta'ala 
menyangkal tindakan kaum
musyrikin yang tidak rasional, karena mereka menyembah
ketiga berhala tersebut yang tidak dapat mendatangkan
manfaat dan tidak pula dapat menolak madharat. Dan
Allah mencela tindakan dzalim mereka dengan memilih
untuk diri mereka jenis yang baik dan memberikan untuk
Allah jenis yang buruk dalam anggapan mereka. Tindakan
mereka itu semua hanyalah berdasarkan sangkaansangkaan
dan hawa nafsu, tidak berdasarkan pada tuntunan

2. Mengetahui bentuk permintaan mereka (29).

----------------------------------------------

(29) Yaitu: mereka meminta dibuatkan Dzatu Anwath
sebagaimana yang dimiliki oleh kaum musyrikin, untuk
diharapkan berkahnya. permintaan mereka itu persis seperti permintaan
Bani Israel kepada nabi Musa: “buatkanlah untuk
kami sesembahan sebagaimana mereka
mempunyai sesembahan-sesembahan …”



3. Mereka belum melakukan apa yang mereka
minta.

4. Mereka melakukan itu semua untuk mendekatkan
diri mereka kepada Allah, karena mereka
beranggapan bahwa Allah menyukai perbuatan
itu.

5. Apabila mereka tidak mengerti hal ini, maka
selain mereka lebih tidak mengerti lagi.

6. Mereka memiliki kebaikan-kebaikan dan jaminan
maghfirah (untuk diampuni) yang tidak dimiliki
oleh orang-orang selain mereka.

7. Nabi Muhammad     tidak menerima alasan
mereka, bahkan menyanggahnya dengan
sabdanya: “Allahu Akbar, sungguh itu adalah
tradisi orang-orang sebelum kalian dan kalian
akan mengikuti mereka”. Beliau bersikap keras
terhadap permintaan mereka itu dengan ketiga
kalimat ini.

8. Satu hal yang sangat penting adalah
pemberitahuan dari Rasulullah     bahwa
para Rasul yang mengajak umat manusia untuk beribadah
hanya kepada Allah dan tidak beribadah kepada selain-
Nya.

9. Pengingkaran terhadap hal tersebut adalah
termasuk di antara pengertian لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ yang
sebenarnya, yang belum difahami oleh mereka
yang baru masuk Islam.

10. Rasulullah     menggunakan sumpah dalam
menyampaikan petunjuknya, dan beliau tidak
berbuat demikian kecuali untuk kemaslahatan.

11. Syirik itu ada yang besar dan ada yang kecil,
buktinya mereka tidak dianggap murtad dengan
permintaannya itu.

12. Perkataan mereka:“…sedang kami dalam
keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk
islam) …” menunjukan bahwa para sahabat yang
lain mengerti bahwa perbuatan mereka termasuk
syirik.

13. Diperbolehkan bertakbir ketika merasa
terperanjat, atau mendengar sesuatu yang tidak
patut diucapkan dalam agama, berlainan dengan
pendapat orang yang menganggapnya makruh.

14. Diperintahkan menutup pintu yang menuju
kemusyrikan.

15. Dilarang meniru dan melakukan suatu perbuatan
yang menyerupai perbuatan orang-orang
Jahiliyah.

16. Boleh marah ketika menyampaikan pelajaran.

17. Kaidah umum, bahwa di antara umat ini ada yang
mengikuti tradisi-tradisi umat sebelumnya,
berdasarkan Sabda Nabi “itulah tradisi orang
orang sebelum kamu … dst”

18. Ini adalah salah satu dari tanda kenabian Nabi
Muhammad, karena terjadi sebagaimana yang
beliau kabarkan.

19. Celaan Allah yang ditujukan kepada orang
Yahudi dan Nasrani, yang terdapat dalam Al
qur’an berlaku juga untuk kita.

20. Sudah menjadi ketentuan umum di kalangan para
sahabat, bahwa ibadah itu harus berdasarkan
perintah Allah [bukan mengikuti keinginan,
pikiran atau hawa nafsu sendiri]. Dengan
demikian, hadits di atas mengandung suatu
isyarat tentang hal-hal yang akan ditanyakan
kepada manusia di alam kubur. Adapun
“Siapakah Tuhanmu? sudah jelas; sedangkan
“Siapakah Nabimu? berdasarkan keterangan
masalah-masalah ghaib yang beliau beritakan
akan terjadi; dan “Apakah agamamu?
berdasarkan pada ucapan mereka: “buatkanlah
untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu
mempunyai sesembahan-sesembahan … dst”

21. Tradisi orang-orang ahli kitab itu tercela seperti
tradisinya orang-orang musyrik.

22. Orang yang baru saja pindah dari tradisi-tradisi
batil yang sudah menjadi kebiasaan dalam
dirinya, tidak bisa dipastikan secara mutlak
bahwa dirinya terbebas dari sisa-sisa tradisi
tersebut, sebagai buktinya mereka mengatakan:
“kami baru saja masuk islam” dan merekapun
belum terlepas dari tradis- tradisi kafir, karena
kenyataannya mereka meminta dibuatkan Dzatu
Anwath sebagaimana yang dipunyai oleh kaum
musyrikin.

KITAB TAUHID BAB 9 HAL 63-69

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif