BAB 9
MENGHARAPKAN BERKAH DARI
PEPOHONAN, BEBATUAN ATAU YANG
SEJENISNYA
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang
musyrik) menganggap Al lata dan Al Uzza dan Manat
yang ketiga, (27). Apakah (patut) untuk kamu (anak) lakilaki
dan untuk Allah (anak) perempuan? yang demikian
itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak
lain hanyalah nama-nama yang diada-adakan oleh kamu
dan bapak-bapak kamu; Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti sangkaa-sangkaan dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka; padahal sesungguhnya
tidak datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan
mereka.” (QS. An Najm: 19-23).
------------------------------------------------------------
(27) Al Lata, Al Uzza dan Manat adalah nama berhala-berhala
yang dipuja orang arab jahiliyah dan dianggapnya sebagai
anak anak perempuan Allah.
Abi Waqid Al Laitsi menuturkan: “Suatu saat kami
keluar bersama Rasulullah menuju Hunain, sedangkan
kami dalam keadaan baru saja lepas dari kekafiran
(masuk Islam), disaat itu orang-orang musyrik memiliki
sepokok pohon bidara yang dikenal dengan Dzatu
Anwath, mereka selalu mendatanginya dan
menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada
pohon tersebut, di saat kami sedang melewati pohon
bidara tersebut, kami berkata: “ya Rasulullah, buatkanlah
untuk kami Dzatu anwath sebagaimana mereka
memilikinya”. Maka Rasulullah ﷺ menjawab:
“Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum
kalian) demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya,
kalian benar-benar telah mengatakan suatu perkataan
seperti yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa:
“buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana
mereka memiliki sesembahan, Musa menjawab: sungguh
kalian adalah kaum yang tidak mengerti (faham)” kalian
pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum
kalian.”(HR. Turmudzi, dan dia menshahihkannya).
Kandungan dalam bab ini:
1. Penjelasan tentang ayat yang terdapat dalam
surat An Najm (28).
-------------------------------------------------------
(28) Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala
menyangkal tindakan kaum
musyrikin yang tidak rasional, karena mereka menyembah
ketiga berhala tersebut yang tidak dapat mendatangkan
manfaat dan tidak pula dapat menolak madharat. Dan
Allah mencela tindakan dzalim mereka dengan memilih
untuk diri mereka jenis yang baik dan memberikan untuk
Allah jenis yang buruk dalam anggapan mereka. Tindakan
mereka itu semua hanyalah berdasarkan sangkaansangkaan
dan hawa nafsu, tidak berdasarkan pada tuntunan
2. Mengetahui bentuk permintaan mereka (29).
----------------------------------------------
(29) Yaitu: mereka meminta dibuatkan Dzatu Anwath
sebagaimana yang dimiliki oleh kaum musyrikin, untuk
diharapkan berkahnya. permintaan mereka itu persis seperti permintaan
Bani Israel kepada nabi Musa: “buatkanlah untuk
kami sesembahan sebagaimana mereka
mempunyai sesembahan-sesembahan …”
3. Mereka belum melakukan apa yang mereka
minta.
4. Mereka melakukan itu semua untuk mendekatkan
diri mereka kepada Allah, karena mereka
beranggapan bahwa Allah menyukai perbuatan
itu.
5. Apabila mereka tidak mengerti hal ini, maka
selain mereka lebih tidak mengerti lagi.
6. Mereka memiliki kebaikan-kebaikan dan jaminan
maghfirah (untuk diampuni) yang tidak dimiliki
oleh orang-orang selain mereka.
7. Nabi Muhammad ﷺ tidak menerima alasan
mereka, bahkan menyanggahnya dengan
sabdanya: “Allahu Akbar, sungguh itu adalah
tradisi orang-orang sebelum kalian dan kalian
akan mengikuti mereka”. Beliau bersikap keras
terhadap permintaan mereka itu dengan ketiga
kalimat ini.
8. Satu hal yang sangat penting adalah
pemberitahuan dari Rasulullah ﷺ bahwa
para Rasul yang mengajak umat manusia untuk beribadah
hanya kepada Allah dan tidak beribadah kepada selain-
Nya.
9. Pengingkaran terhadap hal tersebut adalah
termasuk di antara pengertian لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ yang
sebenarnya, yang belum difahami oleh mereka
yang baru masuk Islam.
10. Rasulullah ﷺ menggunakan sumpah dalam
menyampaikan petunjuknya, dan beliau tidak
berbuat demikian kecuali untuk kemaslahatan.
11. Syirik itu ada yang besar dan ada yang kecil,
buktinya mereka tidak dianggap murtad dengan
permintaannya itu.
12. Perkataan mereka:“…sedang kami dalam
keadaan baru saja lepas dari kekafiran (masuk
islam) …” menunjukan bahwa para sahabat yang
lain mengerti bahwa perbuatan mereka termasuk
syirik.
13. Diperbolehkan bertakbir ketika merasa
terperanjat, atau mendengar sesuatu yang tidak
patut diucapkan dalam agama, berlainan dengan
pendapat orang yang menganggapnya makruh.
14. Diperintahkan menutup pintu yang menuju
kemusyrikan.
15. Dilarang meniru dan melakukan suatu perbuatan
yang menyerupai perbuatan orang-orang
Jahiliyah.
16. Boleh marah ketika menyampaikan pelajaran.
17. Kaidah umum, bahwa di antara umat ini ada yang
mengikuti tradisi-tradisi umat sebelumnya,
berdasarkan Sabda Nabi “itulah tradisi orang
orang sebelum kamu … dst”
18. Ini adalah salah satu dari tanda kenabian Nabi
Muhammad, karena terjadi sebagaimana yang
beliau kabarkan.
19. Celaan Allah yang ditujukan kepada orang
Yahudi dan Nasrani, yang terdapat dalam Al
qur’an berlaku juga untuk kita.
20. Sudah menjadi ketentuan umum di kalangan para
sahabat, bahwa ibadah itu harus berdasarkan
perintah Allah [bukan mengikuti keinginan,
pikiran atau hawa nafsu sendiri]. Dengan
demikian, hadits di atas mengandung suatu
isyarat tentang hal-hal yang akan ditanyakan
kepada manusia di alam kubur. Adapun
“Siapakah Tuhanmu? sudah jelas; sedangkan
“Siapakah Nabimu? berdasarkan keterangan
masalah-masalah ghaib yang beliau beritakan
akan terjadi; dan “Apakah agamamu?
berdasarkan pada ucapan mereka: “buatkanlah
untuk kami sesembahan sebagaimana mereka itu
mempunyai sesembahan-sesembahan … dst”
21. Tradisi orang-orang ahli kitab itu tercela seperti
tradisinya orang-orang musyrik.
22. Orang yang baru saja pindah dari tradisi-tradisi
batil yang sudah menjadi kebiasaan dalam
dirinya, tidak bisa dipastikan secara mutlak
bahwa dirinya terbebas dari sisa-sisa tradisi
tersebut, sebagai buktinya mereka mengatakan:
“kami baru saja masuk islam” dan merekapun
belum terlepas dari tradis- tradisi kafir, karena
kenyataannya mereka meminta dibuatkan Dzatu
Anwath sebagaimana yang dipunyai oleh kaum
musyrikin.
KITAB TAUHID BAB 9 HAL 63-69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar