Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Sabtu, 22 Desember 2012

SY A F A’A T

Allah-green.svg 
BAB17
SY A F A’A T (45)
-----------------------------------
(45)Syafaat telah dijadikan dalil oleh kaum musyrikin dalam
memohon kepada malaikat, nabi dan wali. Kata mereka:
“Kami tidak memohon kepada mereka kecuali untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan syafaat
kepada kami di sisi-Nya”, maka dalam bab ini diuraikan
bahwa syafaat yang mereka harapkan itu adalah percuma,
bahkan syirik; dan syafaat hanyalah hak Allah semata,
tiada yang dapat memberi syafaat kecuali dengan seizin-
Nya bagi siapa yang mendapat ridha-Nya.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Dan berilah peringatan dengan apa yang telah
diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan
dikumpulkan kepada Rabb mereka (pada hari kiamat),
sedang mereka tidaklah mempunyai seorang pelindung
dan pemberi syafaatpun selain Allah, agar mereka
bertakwa.” (QS. Al an’am: 51).

“Katakanlah (hai Muhammad): "hanya milik Allah
lah syafaat itu semuanya.” (QS. Az zumar: 44).

“Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di
sisi Allah tanpa seizin-Nya.” (QS. Al baqarah: 225).

“Dan berapa banyak malaikat di langit, syafaat
mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah
mengiizinkan (untuk diberi syafaat) bagi siapa saja yang
dikehendaki dan diridhai-Nya.” (QS. An Najm: 26).

“Katakanlah: “serulah mereka yang kamu anggap
(sebagai tuhan) selain Allah, mereka tak memiliki
kekuasaan seberat dzarrahpun di langit maupun di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu andil apapun dalam
(penciptaan) langit dan bumi, dan sama sekali tidak ada
di antara mereka menjadi pembantu bagi-Nya. Dan
tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, kecuali bagi orang
yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu …”
(QS. Saba’: 22).

Abu Abbas (46) mengatakan: “Allah telah menyangkal
segala hal yang menjadi tumpuan kaum musyrikin, selain
diri-Nya sendiri, dengan menyatakan bahwa tidak ada
seorangpun selain-Nya yang memiliki kekuasaan, atau
bagiannya, atau menjadi pembantu Allah.
---------------------------------------------------
(46)Taqiyuddin Abu Abbas ibnu Taimiyah: Ahmad bin Abdul
Halim bin Abdus Salam bin Abdullah An Numairi Al
Harrani Ad Dimasqi. Syaikhul Islam, dan tokoh yang gigih
sekali dalam gerakan dakwah Islamiyah. Dilahirkan di
Harran, tahun 661 H (1263 M) dan meninggal di
Damaskus tahun 728 H (1328 M).

Adapun tentang syafa’at, maka telah ditegaskan oleh
Allah bahwa syafaat ini tidak berguna kecuali bagi orang
yang telah diizinkan untuk memperolehnya, sebagaimana
firman-Nya:“Dan mereka tidak dapat memberi syafa’at, kecuali
kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. Al Anbiya’:
28).

Syafa’at yang diperkirakan oleh orang-orang musyrik
itu tidak akan ada pada hari kiamat, sebagaimana yang
telah dinyatakan oleh Al qur’an.
Dan diberitakan oleh Nabi      : “bahwa beliau pada
hari kiamat akan bersujud kepada Allah dan
menghaturkan segala pepujian kepada-Nya, beliau tidak
langsung memberi syafaat lebih dahulu, setelah itu baru
dikatakan kepada beliau: “Angkatlah kepalamu,
katakanlah niscaya ucapanmu pasti akan didengar, dan
mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan, dan
berilah syafa’at niscaya syafa’atmu akan diterima”.
(HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bertanya kepada beliau: “siapakah
orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atmu?
Beliau menjawab: “yaitu orang yang mengucapkan la
Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya”. (HR.
Bukhari dan Ahmad)

Syafa’at yang ditetapkan ini adalah syafaat untuk
Ahlul Ikhlas Wattauhid (orang-orang yang mentauhidkan
Allah dengan ikhlas karena Allah semata) dengan seizin
Allah; bukan untuk orang yang menyekutukan Allah
dengan yang lain-Nya.
Dan pada hakikatnya, bahwa hanya Allah lah yang
melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang
ikhlas tersebut, dengan memberikan ampunan kepada
mereka, dengan sebab doanya orang yang telah diizinkan
oleh Allah untuk memperoleh syafa’at, untuk
memuliakan orang tersebut dan menempatkannya di
tempat yang terpuji.

Jadi, syafa’at yang ditiadakan oleh Al qur’an adalah
yang di dalamnya terdapat kemusyrikan. Untuk itu, Al
Qur’an telah menetapkan dalam beberapa ayatnya bahwa
syafaat itu hanya ada dengan izin Allah; Dan Nabi pun
sudah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang bertauhid dan
ikhlas karena Allah semata”.

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat-ayat di atas (47).
------------------------------------------------
(47)Ayat pertama dan kedua menunjukkan bahwa syafaat
seluruhnya adalah hak khusus bagi Allah.
Ayat ketiga menunjukkan bahwa syafaat itu tidak
diberikan kepada seseorang, tanpa adanya izin dari Allah.
Ayat keempat menunjukkan bahwa syafaat itu diberikan
oleh orang yang diridhai Allah dengan izin dari-Nya.
Dengan demikian syafaat itu adalah hak mutlak Allah,
tidak dapat diminta kecuali dari-Nya; dan menunjukkan
pula kebatilan syirik yang dilakukan oleh kaum musyrikin
dengan mendekatkan diri kepada malaikat, nabi atau orang
orang shaleh, untuk meminta syafaat mereka.
Ayat kelima mengandung bantahan terhadap kaum
musyrikin yang mereka itu menyeru selain Allah, seperti
malaikat dan makhluk-makhluk lainnya, karena
menganggap bahwa makhluk-makhluk itu bisa
mendatangkan manfaat dan menolak madharat; dan
menunjukkan bahwa syafaat tidak berguna bagi mereka,
karena syirik yang mereka lakukan, tetapi hanya berguna

2. Syafa’at yang dinafikan adalah syafa’at yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur kemusyrikan.

3. Syafa’at yang ditetapkan adalah syafa’at untuk
orang-orang yang bertauhid dengan ikhlas, dan
dengan izin Allah.

4. Penjelasan tentang adanya syafa’at kubra, yaitu:
Al Maqam Al Mahmud (kedudukan yang
terpuji).

5. Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ketika
hendak mendapatkan syafaat, beliau tidak
langsung memberi syafaat lebih dahulu, tapi
dengan bersujud kepada Allah, menghaturkan
segala pujian kepada-Nya. Kemudian setelah
diizinkan oleh Allah barulah beliau memberi
syafaat.

6. Adanya pertanyaan: “siapakah orang yang
paling beruntung mendapatkan syafa’at beliau?

7. Syafa’at itu tidak diberikan kepada orang yang
menyekutukan Allah.

8. Penjelasan tentang hakikat syafa’at yang
sebenarnya.
bagi orang yang mengamalkan tauhid, dan itupun dengan
izin Allah.

Kitab Tauhid bab 17 (Hal 100-106)

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif