Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Rabu, 19 Desember 2012

MALAIKAT MAKHLUK YANG PERKASA, BERSUJUD KEPADA ALLAH

Allah-green.svg
BAB 16

MALAIKAT MAKHLUK YANG PERKASA,
BERSUJUD KEPADA ALLAH (41)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala  :“Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari
hati mereka (malaikat), mereka berkata: "apakah yang
telah difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab:
"perkataan yang benar, dan Dialah Yang Maha Tinggi
lagi Maha Besar.” (QS. Saba’: 23).
----------------------------------------
(41)Bab ini menjelaskan bukti lain yang menunjukkan
kebatilan syirik dan hanya Allah yang berhak dengan
segala macam ibadah. Karena apabila para malaikat,
sebagai makhluk yang sangat perkasa dan paling kuat,
bersujud di hadapan Allah yang Maha tinggi dan Maha
besar ketika mendengar firman-Nya, maka tidak ada yang
berhak dengan ibadah, puja dan puji, sanjungan dan
pengagungan kecuali Allah.

Diriwayatkan dalam kitab shahih Imam Bukhari, dari
Abu Hurairah Radiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah      bersabda:“Apabila Allah menetapkan suatu perintah di atas
langit, para malaikat mengibas-ngibaskan sayapnya,
karena patuh akan firman-Nya, seolah-olah firman yang
didengarnya itu bagaikan gemerincing rantai besi (yang
ditarik) di atas batu rata, hal ini memekakkan mereka
(sehingga jatuh pingsan karena ketakutan), “sehingga
apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati-hati
mereka, mereka berkata: “apakah yang telah
difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab: “
(perkataan) yang benar, dan Dialah yang maha tinggi
lagi maha besar”, ketika itulah (syetan-syetan) pencuri
berita mendengarnya, pencuri berita itu sebagian diatas
sebagian yang lain - Sufyan bin Uyainah (42)
menggambarkan dengan telapak tangannya, dengan
direnggangkan dan dibuka jari jemarinya - ketika mereka
(penyadap berita) mendengar berita itu, disampaikanlah
kepada yang ada di bawahnya, dan seterusnya, sampai
ke tukang sihir dan tukang ramal, tapi kadang-kadang
syetan pencuri berita itu terkena syihab (meteor)
sebelum sempat menyampaikan berita itu, dan kadangkadang
sudah sempat menyampaikan berita sebelum
terkena syihab, kemudian dengan satu kalimat yang
didengarnya itulah tukang sihir dan tukang ramal itu
melakukan seratus macam kebohongan, mereka
mendatangi tukang sihir dan tukang ramal seraya
berkata: bukankah ia telah memberi tahu kita bahwa
pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar),
sehingga ia dipercayai dengan sebab kalimat yang
didengarnya dari langit”.
---------------------------------------------
(42) Sufyan bin Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang
periwayat hadits ini.

An – Nawwas bin Sam’an Radiyallahu 'Anhu menuturkan bahwa
Rasulullah     , bersabda:“Apabila Allah Subhanahu Wa Ta'ala 
 hendak mewahyukan perintah-
Nya, maka Dia firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit
bergetar dengan kerasnya karena takut kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan ketika para malaikat mendengar firman
tersebut mereka pingsan dan bersujud, dan di antara
mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril, maka
Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendaki kepada Jibril,
kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia
melewati langit maka para penghuninya bertanya
kepadanya: “apa yang telah Allah firmankan kepadamu?
Jibril menjawab: “Dia firmankan yang benar, dan
Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh
malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti
pertanyaan pertama, demikianlah sehingga Jibril
menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah
diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepadanya.”

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat yang telah disebutkan di
atas (43).
-----------------------------------------------------
(43)Ayat ini menerangkan keadaan para malaikat, yang mana
mereka adalah makhluk Allah yang paling kuat dan amat
perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila
demikian keadaan meraka dan rasa takut mereka kepada
Allah ketika Allah berfirman, maka apakah pantas mereka
dijadikan sesembahan selain Allah? Tentu tidak pantas,
dan makhluk selain mereka lebih tidak pantas lagi.

2. Ayat tersebut mengandung argumentasi yang
memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang
berkaitan dengan orang-orang shaleh, dan ayat
itu juga memutuskan akar-akar pohon syirik yang
ada dalam hati seseorang.

3. Penjelasan tentang firman Allah: “mereka
menjawab: “(perkataan) yang benar” dan
Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (44)
-----------------------------------------------------
(44)Firman Allah ini menunjukkan: bahwa Kalamullah
bukanlah makhluk (ciptaan), karena mereka berkata:
“Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?
menunjukkan pula bahwa Allah Maha Tinggi di atas
seluruh makhluk-Nya, dan Maha Besar yang kebesaran-
Nya tidak dapat dijangkau oleh pikiran mereka.

4. Menerangkan tentang sebab pertanyaan para
malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.

5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka
dengan perkataan: “Dia firmankan yang benar
…”

6. Menyebutkan bahwa malaikat yang pertama kali
mengangkat kepalanya adalah Jibril.

7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada
seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka
bertanya kepadanya.

8. Para malaikat penghuni langit jatuh pingsan
ketika mendengar firman Allah.

9. Langitpun bergetar keras ketika mendengar
firman Allah itu.

10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan
wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan
Allah kepadanya.

11. Hadits di atas menyebutkan tentang adanya
syetan-syetan yang mencuri berita wahyu.

12. Cara mereka mencuri berita, sebagian mereka
naik di atas sebagian yang lain.

13. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak
jatuh syetan-syetan pencuri berita.

14. Adakalanya syetan pencuri berita itu terkena
syihab sebelum sempat menyampaikan berita
yang didengarnya, dan adakalanya sudah sempat
menyampaikan berita ke telinga manusia yang
menjadi abdinya sebelum terkena syihab.

15. Adakalanya ramalan tukang ramal itu benar.

16. Dengan berita yang diterimanya ia melakukan
seratus macam kebohongan.

17. Kebohongannya tidak akan dipercaya kecuali
karena adanya berita dari langit (melalui syetan
penyadap berita).

18. Kecenderungan manusia untuk menerima suatu
kebatilan, bagaimana mereka bisa bersandar
hanya kepada satu kebenaran saja yang
diucapkan oleh tukang ramal, tanpa
memperhitungkan atau mempertimbangkan
seratus kebohongan yang disampaikannya.

19. Satu kebenaran tersebut beredar luas dari mulut
ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai
bukti bahwa apa yang dikatakan oleh tukang
ramal itu benar.

20. Menetapkan sifat sifat Allah (seperti yang
terkandung dalam hadits di atas), berbeda dengan
faham Asy’ariyah yang mengingkarinya.

21. Penjelasan bahwa bergetarnya langit dan
pingsannya para malaikat itu disebabkan karena
rasa takut mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala  .

22. Para malaikat pun bersujud kepada Allah.

*Kitab Tauhid bab 16 hal 94-99

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif