Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Senin, 13 Mei 2013

LARANGAN BERPRASANGKA BURUK TERHADAP ALLAH

Al Qur'an Online

KITAB TAUHID   BAB 59 HAL 248 - 252

Firman Allah Subhanahu wa-ta'ala : 
 “Mereka berprasangka yang tidak benar 
terhadap Allah Subhanahu wa-ta'ala
, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata:
"apakah ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan)
dalam urusan ini, katakanlah: "sungguh urusan itu
seluruhnya di Tangan Allah. ” (QS. Ali Imran: 154).

“Dan supaya dia mengadzab orang-orang munafik
laki- laki dan orang-orang munafik perempuan, dan
orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik
perempuan yang mereka itu berprasangka buruk
terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran
(keburukan) yang amat buruk, dan Allah memurkai dan
mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka
Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk
tempat kembali.” (QS. Al Fath: 6).

Ibnu Qayyim dalam menafsirkan ayat yang pertama
mengatakan: “Prasangka di sini maksudnya adalah bahwa
Allah Subhanahu wa-ta'ala tidak akan memberikan pertolongan-Nya
(kemenangan) kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang
beliau bawa akan lenyap.”
Dan ditafsirkan pula: “bahwa apa yang menimpa
beliau bukanlah dengan takdir (ketentuan) dan hikmah
(kebijaksanaan) Allah.”

Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga
penafsiran:
Pertama : mengingkari adanya hikmah Allah.
Kedua : mengingkari takdir-Nya.
Ketiga : mengingkari bahwa agama yang dibawa
Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam akan disempurnakan dan
dimenangkan Allah atas semua agama.

Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orangorang
munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat
dalam surat Al Fath.
Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena
prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah 
Subhanahu wa-ta'ala ,
tidak patut terhadap keagungan dan kebesaran Allah,
tidak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, Puji-Nya, dan
janji-Nya yang pasti benar.

Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka
bahwa Allah Subhanahu wa-ta'ala akan memenangkan kebatilan atas
kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau
berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena
Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu
hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan
hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira
bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja
tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang
orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka
“Wail”.

Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka
buruk kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala 
baik dalam hal yang berkenaan
dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang
berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang
yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang
yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya,
dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan
adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya.
Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada
dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini,
dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon
maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya
terhadap Allah Subhanahu wa-ta'ala .

Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan
anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan
mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal
tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit
sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan
periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap
tersebut?“Jika anda selamat (selamat) dari sikap tersebut,
maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika
tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.”

Kandungan bab ini:

1. Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran
(116).

2. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath (117) .
-----------------------------------------------------------------
(116) Ayat pertama menunjukkan bahwa barangsiapa yang
berprasangka bahwa Allah akan memberikan
kemenangan yang terus-menerus kepada kebatilan,
disertai dengan lenyapnya kebenaran, maka dia telah
berprasangka yang tidak benar kepada Allah dan
prasangka ini adalah prasangka orang-orang Jahiliyah;
menunjukkan pula bahwa segala sesuatu itu ada di
Tangan Allah, terjadi dengan qadha dan qadar-Nya serta
pasti ada hikmah-Nya; dan menunjukkan bahwa berbaik
sangka kepada Allah adalah termasuk kewajiban tauhid.

(117) Ayat kedua menunjukkan kewajiban berbaik sangka
kepada Allah dan larangan berprasangka buruk kepada-
Nya; dan menunjukkan bahwa prasangka buruk kepada
Allah adalah perbuatan orang-orang munafik musyrik
yang mendapat ancaman siksa yang sangat
keras.

3. Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak
sekali macamnya.

4. Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat
dari prasangka buruk ini kecuali orang yang
mengenal Asma’ dan sifat Allah, serta mengenal
dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif