Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 31 Mei 2013

Semua Minta Dalil, Terlalu Picik Memahami Agama!

Semua Minta Dalil, Terlalu Picik Memahami Agama!

Masih terheran-heran mendengar seorang yang mengucapkan: “Semua minta dalil, terlalu picik memahami agama”
Masih merasa sangat aneh ketika seorang dimintai dalil, ia malah mengucapkan: “Imam Fulan berkata…” atau berkata: “Habib fulan berkata…” atau berkata: “Tapi kyaiku Fulan berpendapat…”
Masih geleng-geleng kepala, ketika sudah menyebutkan ayat-ayat suci al Quran dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai dalil dalam sebuah permasalahan, malah diucapkan: “Sombong, sok pinter, takabbur, merasa benar sendiri, minta dihormati”
Ada lagi yang mengatakan: “Dalil-dalil terus, pakai perasaan dong, pakai akal dong”
Dan mungkin saudaraku seiman…juga pernah mendengar ucapan-ucapan yang senada dengan di atas…
Mungkin yang bersikap seperti di atas dan mengucapkan ucapan di atas belum tahu bagaimana pentingnya berpegang kepada Al Quran dan Sunnah serta pemahaman para shahabat radhiyallahju ‘anhum. Dan semoga sikap serta penyataan di atas, tidak didasari atas penolakan terhadap ayat Al Quran atau hadits dengan pemahaman para shahabat radhiyallahu ‘anhum.
Saudaraku seiman…mari bandingkan ucapan dan pernyataan di atas dengan perkataan-perkataan berikut:
1. Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata:
 ( لَنْ تضل مَا أَخَذْتَ بالأَثَر)
“Kamu tidak akan sesat selama mengambil Al Atsar (dalil dari Al Quran dan hadits ataupun perkataan para shahabat radhiyallahu ‘anhum). Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah di dalam kitab Al Ibanah.
2. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata kepada siapa yang bertanya kepada tentang sebuah permasalahan, lalu orang tersebut mengucapkan kepadanya: “Sesungguhnya bapakmu (yaitu Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu-pen) telah melarang itu”, (maka Abdullah bin Umar menjawab-pen):
( أأَمْرُ رسول الله- صلى الله عليه وعلى آله وسلَّم- أَحَق أَنْ يتبعَ ، أَو أَمرُ أَبي؟!)
“Apakah perkataan Rasulullah shallallah ‘alaihi wasallam yang pali patut diikuti atau perintah bapakku?!”. Lihat kitab Zaad Al Ma’ad
Dan beliau adalah seorang shahabat yang sangat kuat dan tegas mengingkari bid’ah dan sangat semangat mengikuti dan menegakkan sunnah, beliau pernah mendengar seseorang bersin kemudian ia mengucapkan: “Alhamdulillah wa ash shalatu wassalam ‘ala rasulillah”, maka Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata:
(ما هَكذا علمنا رَسولُ اللهِ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- بل قال : « إِذا عَطَسَ أَحَدُكُمْ ؛ فَلْيَحْمد اللهَ » ولم يَقلْ : وليُصل عَلَى رَسُولِ اللهِ)
“Bukan seperti itu yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kami, tetapi beliau bersabda: “Jika salah satu dari kalian bersin, maka ucapkanlah Alhamdulillah”, dan beliau tidak mengucapkan: “Hendaklah kalian bershalawat atas Rasulullah”. HR. Tirmidzi dengan sanad yang hasan.
3. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bagi siapa yang menentang sunnah dengan perkataan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma:
 (يُوشكُ أَنْ تَنزلَ عَليكُم حِجارة من السماءِ ؛ أَقولُ لَكُم : قالَ رسولُ الله- صلى الله عليه وعلى آله وسلمَّ- وتقُولونَ : قالَ أَبو بكر وعُمر )  رواه عبد الرزاق في : « المصنف » بسند صحيح .
“Hampir diturunkan atas kalian bebatuan dari langit, (ketika) aku mengucapkan untuk kalian: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda…” dan kalian (malah) mengucapkan: “Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.” Diriwayatkan Abdurrazzaq di dalam kitab Al Mushannaf dengan sanad yang shahih.
4. Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
 (كانوا يَقولون : ما دامَ عَلَى الأَثَر ؛ فَهُوَ عَلَى الطَريقِ).
“Mereka (para shahabat-pen) menyatakan: “Selama sesuai dengan atsar, maka ia  di atas jalan (yang benar-pen).” Diriwayatkan oleh Al Laalakai di dalam kitab Syarah Ushul Itiqadi Ahl As Sunnah wa Al Jama’ah.
5. Al Auza’I rahimahullah berkata:
 (عَلَيْكَ بآثارِ مَنْ سَلف وإِنْ رَفَضَكَ الناس ، وإِيَّاك وآراءَ الرجال وإِنْ زَخْرَفُوها لكَ بالقَول ؛ فإِنَ الأمْرَ يَنْجلي وأَنتَ عَلى طريقٍ مُستقيم)  
“Ambillah riwayat-riwayat orang salaf (terdahulu dari para shahabat, tabi’ie dan tabi’ut tabi’ie-pent) walu orang-orang menolakmu dan jauhilah pendapat orang-orang, meski mereka menghiasinya dengan perkataan, sesungguhnya perkara (yang benar-pen) akan terlihat jelas dan kamu masih di atas jalan yang lurus.” Diriwayatkan oleh Al Khathib di dalam kitab Syarafu Ahl Al Hadits
6. Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah berkata:
( لِيَكُنِ الذي تَعْتَمدُ عَليه الأَثَر ، وَخُذْ مِن الرَّأْيِ مَا يُفسّر لكَ الحديث)
“Hendaklah yang kamu sandarkan adalah padanya atsar  dan ambillah dari pendapat yang menafsirkan untukmu hadits”. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi di dalam Sunan Al Kubra.
7. Asy Syafi’ie rahimahullah berkata:
 (كلُّ مَسْأَلَة تَكلّمْتُ فيها بخلافِ السنة ؛ فَأنا راجعٌ عنها ؛ في حَياتي وبَعْدَ ممَاتي)  أخرجهما الخطيب في « الفقيه والمتفقه »
“Setiap permasalahan yang aku telah berbicara di dalamnya berbeda dengan sunnah, maka aku akan kembali darinya, (baik) di dalam kehidupan dan kematianku.” Diriwayatkan oleh Al Khatib di dalam kitab Al Faqih wa Al Mutafaqqih.
8. Ar Rab’I bin Sulaiman meriwayatkan:
روى الشافعي يوما حديثا ، فقال له رجلٌ : أتأخذ بهذا يا أبا عبد الله ؛ فقال : (مَتى ما رَوَيتُ عَن رَسُولِ اللهِ- صلى الله عليه وعلى آله وسلم- حَديثا صحيحا ؛ فَلم آخذْ بهِ ؛ فأشهْدكُم أَن عَقلي قَدْ ذهَب) 
“Suatu hari Asy Syafi’I meriwayatkan sebuha hadits, lalu ada seorang yang berkata kepada beliau: “Apakah engkau menjadikannya (sebagai sandaran-pen) wahai Abu Abdillah (kunyah imam Asy Syafi’i)?”, beliau menjawab: “Kapan saja aku meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah hadits shahih, lalu aku tidak mengambilnya, maka saksikanlah bahwa akalku telah lenyap”. Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah di dalam kitab Al Ibanah.
9. Nuh Al Jami’ rahimahullah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Abu Hanifah rahimahullah: “Apa pendapatmu tentang apa yang dibuat-buat orang-orang berupa pembicaraan di dalam Al A’radh dan Al Ajsam?’, beliau menjawab:
 (مقالاتُ الفَلاسفة ، عَليكَ بالأَثرِ وطريقةِ السلفِ ، وإِياكَ وكل محدثة ؛ فإِنها بدعة)
“(ini adalah) ucapan-ucapan kaum filsafat, ambillah atsar dan jalannya para salaf, dan jauhilah setiap yang diada-adakn, karena sesungguhnya ia adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Al Khathib di dalam kitab Al Faqih wa Al Mutafaqqih.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Ahad, 22 Rabiul Awwal 1434H, Dammam KSA.
Di salin dari Sini

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif