Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 30 November 2012

MEMAKAI GELANG DAN SEJENISNYA UNTUK MENANGKAL BAHAYA ADALAH PERBUATAN SYIRIK

Allah-green.svg
BAB 7

MEMAKAI GELANG DAN SEJENISNYA
UNTUK MENANGKAL BAHAYA ADALAH
PERBUATAN SYIRIK (20).

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala   :
“Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang
musyrik): terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu
seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemadharatan kepadaku, apakah berhala berhala itu
dapat menghilangkan kemadharatan itu? atau jika Allah
menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku
apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?
katakanlah: cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-
Nyalah orang-orang yang berserah diri bertawakkal.”
(QS. Az Zumar: 38).

--------------------------------------------------------

(20) Dimulai dengan bab ini, penulis hendak menerangkan
lebih lanjut tentang pengertian tauhid dan syahadat “La
Ilaha Illallah”, dengan menyebutkan hal hal yang
bertentangan dengannya, yaitu : syirik dan macam
macamnya, baik yang akbar maupun yang ashghor, karena
dengan mengenal syirik sebagai lawan tauhid akan jelas
sekali pengertian yang sebenarnya dari tauhid dan
syahadat “La Ilah Illah”.

Imran bin Husain Radiyallahu Anhu menuturkan bahwa Rasulullah    
melihat seorang laki-laki memakai gelang yang terbuat
dari kuningan, kemudian beliau bertanya:“Apakah itu? orang laki-laki itu menjawab: “gelang
penangkal penyakit”, lalu Nabi bersabda: “lepaskan
gelang itu, karena sesungguhnya ia tidak akan
menambah kecuali kelemahan pada dirimu, dan jika
kamu mati sedangkan gelang ini masih ada pada
tubuhmu maka kamu tidak akan beruntung selamalamanya.”
(HR. Ahmad dengan sanad yang bisa diterima)

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad pula dari Uqbah bin
Amir, dalam hadits yang marfu’, Rasulullah     bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (21)
maka Allah tidak akan mengabulkan keinginannya, dan
barangsiapa yang menggantungkan Wada’ah (22) maka
Allah tidak akan memberikan ketenangan kepadanya”
dan dalam riwayat yang lain Rasul bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka ia
telah berbuat kemusyrikan”.
----------------------------------------------------
(21) Tamimah: sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak
sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat
yang disebabkan oleh rasa dengki seseorang, dan lain
sebagainya.
(22) Wada’ah: sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai
rumah kerang; menurut anggapan orang-orang jahiliyah
dapat digunakan sebagai penangkal penyakit. Termasuk
dalam pengertian ini adalah jimat.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa
ia melihat seorang laki-laki yang di tangannya ada
benang untuk mengobati sakit panas, maka dia putuskan
benang itu seraya membaca firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sesembahan lain)".
(QS. Yusuf: 106).

Kandungan bab ini:

1. Larangan keras memakai gelang, benang dan
sejenisnya untuk tujuan-tujuan seperti tersebut di
atas.

2. Dikatakan bahwa sahabat Nabi tadi apabila mati
sedangkan gelang (atau sejenisnya) itu masih
melekat pada tubuhnya, maka ia tidak akan
beruntung selamanya, ini menunjukkan
kebenaran pernyataan para sahabat bahwa syirik
kecil itu lebih berat dari pada dosa besar.

3. Syirik tidak dapat dimaafkan dengan alasan tidak
tahu.

4. Gelang, benang dan sejenisnya tidak berguna
untuk menangkal atau mengusir suatu penyakit,
bahkan ia bisa mendatangkan bahaya, seperti
sabda Nabi Muhammad    : “… karena dia hanya
akan menambah kelemahan pada dirimu”.

5. Wajib mengingkari orang-orang yang melakukan
perbuatan di atas.

6. Penjelasan bahwa orang yang menggantungkan
sesuatu dengan tujuan di atas, maka Allah akan
menjadikan orang tersebut memiliki
ketergantungan pada barang tersebut.

7. Penjelasan bahwa orang yang menggantungkan
tamimah telah melakukan perbuatan syirik.


8. Mengikatkan benang pada tubuh untuk
mengobati penyakit panas adalah bagian dari
syirik.

9. Pembacaan ayat di atas oleh Hudzaifah
menunjukkan bahwa para sahabat menggunakan
ayat-ayat yang berkaitan dengan syirik akbar
sebagai dalil untuk syirik ashghar, sebagaimana
penjelasan yang disebutkan oleh Ibnu Abbas
dalam salah satu ayat yang ada dalam surat Al
Baqarah (23).
---------------------------------------------------------
(23) Penjelasan Ibnu Abbas ini akan disebutkan
 dalam bab 42

10. Menggantungkan Wada’ah untuk mengusir atau
menangkal penyakit, termasuk syirik.

11. Orang yang menggantungkan tamimah didoakan:
“semoga Allah tidak akan mengabulkan
keinginannya” dan orang yang menggantungkan
wada'ah didoakan: “semoga Allah tidak
memberikan ketenangan pada dirinya.”

Selasa, 27 November 2012

PENJELASAN TENTANG MAKNA TAUHID DAN SYAHADAT “LA ILAHA ILLALLAH”




Allah-green.svg
BAB 6


PENJELASAN TENTANG MAKNA
TAUHID DAN SYAHADAT
“LA ILAHA ILLALLAH”

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala  :“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari jalan kepada tuhan mereka, siapa di antara
mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan mereka
mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya;
sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang
(harus) ditakuti.” (QS. Al Isra’: 57).

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapak
dan kaumnya: "sesungguhnya aku membebaskan diri
dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) Dzat yang
telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan
menunjukkan (kepada jalan kebenaran).” (QS. Az
Zukhruf: 26-27).

“Mereka menjadikan orang-orang alim dan pendetapendeta
mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan
(mereka mempertaruhkan pula) Al Masih putera
Maryam; padahal mereka itu tiada lain hanyalah
diperintahkan untuk beribadah kepada satu sembahan,
tiada sembahan yang haq selain Dia. Maha suci Allah
dari perbuatan syirik mereka.” (QS. At Taubah: 31).

“Di antara sebagian manusia ada yang menjadikan
tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah,
adapun orang-orang yang beriman lebih besar cintanya
kepada Allah.” (QS. Al Baqarah: 165).

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, bahwa
Rasulullah    bersabda:“Barangsiapa yang mengucapkan 
 لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ   dan
mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah
harta dan darahnya, adapun perhitungannya terserah
kepada Allah”.

Keterangan tentang bab ini akan dipaparkan pada
bab-bab berikutnya.

Adapun kandungan bab ini menyangkut masalah
yang paling besar dan paling mendasar, yaitu
pembahasan tentang makna tauhid dan syahadat.

Masalah tersebut telah diterangkan oleh bab ini
dengan beberapa hal yang cukup jelas, antara lain:

1. Ayat dalam surat Al Isra’. Diterangkan dalam
ayat ini sanggahan terhadap orang-orang
musyrik, yang memohon kepada orang-orang
yang shaleh, oleh karena itu, ayat ini
mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan
mereka itu adalah syirik besar (18).
----------------------------------------------
(18) Dapat diambil kesimpulan dari ayat dalam surat Al Isra’
tersebut bahwa makna tauhid dan syahadat “La Ilaha
Illallah” yaitu: meninggalkan apa yang dilakukan oleh
orang-orang musyrik, seperti menyeru (memohon) kepada
orang-orang shaleh dan meminta syafaat mereka.

2. Ayat dalam surat At taubah. Diterangkan dalam
ayat ini bahwa orang-orang ahli kitab telah
menjadikan orang-orang alim dan pendetapendeta
mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah,
dan dijelaskan pula bahwa mereka hanya
diperintahkan untuk menyembah kepada satu
sesembahan, dan menurut penafsiran yang
sebenarnya mereka itu hanya diperintahkan untuk
taat kepadanya dalam hal-hal yang tidak
bermaksiat kepada Allah, dan tidak berdoa
kepadanya.

3. Kata-kata Nabi Ibrahim Alaihis Salam  kepada orang-orang
kafir: “sesungguhnya saya berlepas diri dari apa
yang kalian sembah, kecuali (saya hanya
menyembah) Dzat yang menciptakanku”.
Di sini beliau mengecualikan Allah dari
segala sesembahan.

Pembebasan (dari segala sembahan yang
batil) dan pernyataan setia (kepada sembahan
yang haq, yaitu: Allah) adalah makna yang
sebenarnya dari syahadat “La Ilaha Illallah”.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:“Dan Nabi Ibrahim menjadikan kalimat
syahadat ini kalimat yang kekal pada
keturunannya, agar mereka ini kembali (kepada
jalan yang benar).” (QS. Az Zukhruf: 28).

4. Ayat dalam surat Al Baqarah yang berkenaan
dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh
Allah dalam firman-Nya:“Dan mereka tidak akan bisa keluar dari
neraka”. (QS. Al Baqarah: 167).

Disebutkan dalam ayat tersebut, bahwa
mereka menyembah tandingan-tandingan selain
Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah, ini menunjukkan bahwa
mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada
Allah, meskipun demikian kecintaan mereka ini
belum bisa memasukkan mereka ke dalam agama
Islam (19).

Lalu bagaimana dengan mereka yang
cintanya kepada sesembahan selain Allah itu
lebih besar dari cintanya kepada Allah?
Lalu bagaimana lagi orang-orang yang cuma
hanya mencintai sesembahan selain Allah, dan
tidak mencintai Allah?
------------------------------------------------
(19) Dari ayat dalam surat Al Baqarah tersebut diambil
kesimpulan bahwa penjelasan makna tauhid dan syahadat
La Ilaha Illallah” yaitu: pemurnian tauhid kepada Allah
yang diiringi dengan rasa rendah diri dan penghambaan
hanya kepada-Nya.

5. Sabda Rasulullah  :
 “Barangsiapa yang mengucapkan   لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ 
dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka
haramlah harta dan darahnya, adapun
perhitungannya terserah kepada Allah”.
Ini adalah termasuk hal yang penting sekali
yang menjelaskan pengertian  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ   .
Sebab apa yang dijadikan Rasulullah sebagai
pelindung darah dan harta bukanlah sekedar
mengucapkan kalimat itu dengan lisan atau
memahami arti dan lafadznya, atau mengetahui
akan kebenarannya, bahkan bukan pula karena
tidak meminta kecuali kepada Allah saja, yang
tiada sekutu bagi-Nya, akan tetapi harus disertai
dengan tidak adanya penyembahan kecuali hanya
kepada-Nya.

Jika dia masih ragu atau bimbang, maka
belumlah haram dan terlindung harta dan
darahnya.

Betapa besar dan pentingnya penjelasan
makna   لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ yang termuat dalam hadits
ini, dan betapa jelasnya keterangan yang
dikemukakannya, dan kuatnya argumentasi yang
diajukan bagi orang-orang yang menentangnya.

*KITAB TAUHID BAB6

Minggu, 25 November 2012

ÐAKWAH KEPAÐA SYAHAÐAT “LA ĪLAHA ĪLLALLAH”

BAB 5

DAKWAH KEPADA SYAHADAT
“LA ILAHA ILLALLAH”

Firman Allah Subhanahu wa Subhanahu wa Ta’ala :“Katakanlah: ”inilah jalan (agama) ku, aku dan
orang-orang yang mengikutiku, aku berdakwah kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan
aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS.
Yusuf: 108).

Ibnu Abbas  berkata: ketika Rasulullah   mengutus
Muadz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda kepadanya:
“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli
kitab (Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah pertama kali
yang harus kamu sampaikan kepada mereka adalah
syahadat La Ilaha Illallah –dalam riwayat yang lain
disebutkan: “supaya mereka mentauhidkan Allah”- jika
mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka
sampaikan kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam
sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang
telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka
zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan diberikan kepada orang-orang yang fakir.
Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu
sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan
mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang
yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir
penghalang antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Dalam hadits yang lain, Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d , bahwa Rasulullah  
disaat perang Khaibar bersabda:
“Sungguh akan aku serahkan bendera (komando
perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya, dan dia dicintai oleh Allah dan
Rasul-Nya, Allah akan memberikan kemenangan dengan
sebab kedua tangannya”, maka semalam suntuk para
sahabat memperbincangkan siapakah di antara mereka
yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka
mendatangi Rasulullah  . Masing-masing berharap agar
ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasul
bertanya: “di mana Ali bin Abi Thalib? Mereka
menjawab: "dia sedang sakit pada kedua matanya,
kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya,
dan datanglah ia, kemudian Rasul meludahi kedua
matanya, seketika itu dia sembuh seperti tidak pernah
terkena penyakit, kemudian Rasul menyerahkan bendera
itu kepadanya dan bersabda: “melangkahlah engkau ke
depan dengan tenang hingga engkau sampai ditempat
mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam (15), dan
sampaikanlah kepada mereka akan hak-hak Allah dalam
Islam, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah
kepada seseorang dengan sebab kamu itu lebih baik dari
unta-unta yang merah.” (16).
--------------------------------------------------------
(15) Ajaklah mereka kepada Islam, yaitu kepada pengertian
yang sebenarnya dari kedua kalimat syahadat, yaitu:
berserah diri kepada Allah, lahir dan batin, dengan
mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, yang disampaikan melalui Rasul-Nya.

(16) Unta-unta merah adalah harta kekayaan yang sangat
berharga dan menjadi kebanggaan orang arab pada masa
itu.

Kandungan bab ini:

1. Dakwah kepada “La Ilaha Illallah” adalah
jalannya orang-orang yang setia mengikuti
Rasulullah   .

2. Peringatan akan pentingnya ikhlas [dalam
berdakwah semata-mata karena Allah], sebab
kebanyakan orang kalau mengajak kepada
kebenaran, justru mereka mengajak kepada
[kepentingan] dirinya sendiri.

3. Mengerti betul akan apa yang didakwahkan
adalah termasuk kewajiban.

4. Termasuk bukti kebaikan tauhid, bahwa tauhid
itu mengagungkan Allah.

5. Bukti kejelekan syirik, bahwa syirik itu
merendahkan Allah.

6. Termasuk hal yang sangat penting adalah
menjauhkan orang Islam dari lingkungan orang
orang musyrik, agar tidak menjadi seperti
mereka, walaupun dia belum melakukan
perbuatan syirik.

7. Tauhid adalah kewajiban pertama.

8. Tauhid adalah yang harus didakwahkan pertama
kali sebelum mendakwahkan kewajiban yang lain
termasuk shalat.

9. Pengertian “supaya mereka mentauhidkan Allah”
adalah pengertian syahadat.

10. Seseorang terkadang termasuk ahli kitab, tapi ia
tidak tahu pengertian syahadat yang sebenarnya,
atau ia memahami namun tidak
mengamalkannya.

11. Peringatan akan pentingnya sistem pengajaran
dengan bertahap.

12. Yaitu dengan diawali dari hal yang sangat
penting kemudian yang penting dan begitu
seterusnya.

13. Salah satu sasaran pembagian zakat adalah orang
fakir.

14. Kewajiban orang yang berilmu adalah
menjelaskan tentang sesuatu yang masih
diragukan oleh orang yang belajar.

15. Dilarang mengambil harta yang terbaik dalam
penarikan zakat.

16. Menjaga diri dari berbuat dzalim terhadap
seseorang.

17. Pemberitahuan bahwa do’a orang yang teraniaya
itu dikabulkan.

18. Di antara bukti tauhid adalah ujian yang dialami
oleh Rasulullah   dan para sahabat, seperti
kesulitan, kelaparan maupun wabah penyakit.

19. Sabda Rasulullah   : “Demi Allah akan aku
serahkan bendera …” adalah salah satu dari
tanda-tanda kenabian beliau  .

20. Kesembuhan kedua mata Ali, setelah diludahi
Rasulullah   adalah salah satu dari tanda-tanda
kenabian beliau.

21. Keutamaan sahabat Ali bin Abi Thalib .

22. Keutamaan para sahabat Rasul  , [karena hasrat
mereka yang besar sekali dalam kebaikan dan
sikap mereka yang senantiasa berlomba-lomba
dalam mengerjakan amal shaleh] ini dapat dilihat
dari perbincangan mereka di malam [menjelang
perang Khaibar, tentang siapakah di antara
mereka yang akan diserahi bendera komando
perang, masing-masing mereka menginginkan
agar dirinyalah yang menjadi orang yang
memperoleh kehormatan itu].

23. Kewajiban mengimani takdir Allah, karena
bendera tidak diserahkan kepada orang yang
sudah berusaha, malah diserahkan kepada orang
yang tidak berusaha untuk memperolehnya.

24. Adab di dalam berjihad, sebagaimana yang
terkandung dalam sabda Rasul   : “berangkatlah
engkau dengan tenang”.

25. Disyariatkan untuk mendakwahi musuh sebelum
memeranginya.

26. Syariat ini berlaku pula terhadap mereka yang
sudah pernah didakwahi dan diperangi
sebelumnya.

27. Dakwah harus dilaksanakan dengan bijaksana,
sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda
Nabi   : “… dan sampaikanlah kepada mereka
tentang hak-hak Allah dalam Islam yang harus
dilakukan”.

28. Wajib mengenal hak-hak Allah dalam Islam (17).
----------------------------------------------------
(17) Hak Allah dalam Islam yang wajib dilaksanakan ialah
seperti: shalat, zakat, puasa, haji dan kewajiban-kewajiban
lainnya.

29. Kemuliaan dakwah, dan besarnya pahala bagi
orang yang bisa memasukkan seorang saja ke
dalam Islam.

30. Diperbolehkan bersumpah dalam menyampaikan
petunjuk.

SUMBEЯ ; KITAB TAUHID BAB 5

Kamis, 22 November 2012

TAKUT KEPADA SYIRIK

BAB 4

TAKUT KEPADA SYIRIK

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala 
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya”. (QS.
An Nisa’: 48).
 
Nabi Ibrahim berkata:
“Dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari
perbuatan (menyembah) berhala”. ( QS. Ibrahim: 35 ).

Diriwayatkan dalam suatu hadits, bahwa Rasulullah
SAW bersabda:“Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kamu
kalian adalah perbuatan syirik kecil, kemudian beliau
ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab: yaitu
riya.”(HR. Ahmad, Thabrani dan Abu Dawud).

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud  bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyembah
sesembahan selain Allah, maka masuklah ia ke dalam
neraka.”( HR. Bukhari).

Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir  bahwa
Rasulullah SAW bersabda:“Barangsiapa yang menemui Allah (mati) dalam
keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya, pasti ia masuk
surga, dan barangsiapa yang menemui-Nya (mati) dalam
keadaan berbuat kemusyrikan maka pasti ia masuk
neraka”.

Kandungan bab ini:

1. Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti
dan dijauhi.

2. Riya’ termasuk perbuatan syirik.

3. Riya’ termasuk syirik kecil (14).
-------------------------------------------------
(14) Syirik ada dua macam: pertama: syirik akbar (besar)
yaitu: memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan
Allah, dalam hal-hal yang merupakan hak khusus bagi-
Nya. Kedua: syirik ashghar (kecil), yaitu: perbuatan yang
disebutkan dalam Al Qur’an dan Al hadits sebagai suatu
syirik, tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar.
Adapun perbedaan diantara keduanya:
a. Syirik akbar menghapuskan seluruh amal, sedang syirik
kecil hanya menghapuskan amal yang disertainya saja.
b. Syirik akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam
neraka, sedang syirik kecil tidak sampai demikian.
c. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari Islam,
sedang syirik kecil tidak menyebabkan keluar dari Islam

4. Riya’ adalah dosa yang paling ditakuti oleh
Rasulullah terhadap orang-orang shaleh.

5. Dekatnya surga dan neraka.

6. Dekatnya surga dan neraka telah sama-sama
disebutkan dalam satu hadits.

7. Barangsiapa yang mati tidak dalam kemusyrikan
maka pasti ia masuk surga, dan barangsiapa yang
mati dalam kemusyrikan maka pasti ia masuk
neraka, meskipun ia termasuk orang yang banyak
ibadahnya.

8. Hal yang sangat penting adalah permohonan
Nabi Ibrahim untuk dirinya dan anak cucunya
agar dijauhkan dari perbuatan menyembah
berhala.

9. Nabi Ibrahim mengambil ibrah (pelajaran) dari
keadaan sebagian besar manusia, bahwa mereka
itu adalah sebagaimana perkataan beliau:“Ya Rabb, sesungguhnya berhala-berhala itu
telah menyesatkan banyak orang.” (QS. Ibrahim:
36).

10. Dalam bab ini mengandung penjelasan tentang
makna sebagaimana dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari, [yaitu:
pembersihan diri dari syirik dan pemurnian
ibadah kepada Allah].

11. Keutamaan orang yang dirinya bersih dari
kemusyrikan.

 Referensi ; KITAB TAUHID BAB 4

Selasa, 20 November 2012

MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR-BENARNYA DAPAT MENYEBABKAN MASUK SURGA TANPA HISAB

BAB 3

MENGAMALKAN TAUHID DENGAN SEBENAR-BENARNYA
DAPAT MENYEBABKAN MASUK
SURGA TANPA HISAB

Firman Allah :“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif (berpegang teguh pada kebenaran), dan sekali-kali
ia bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan).” (QS. An Nahl: 120).

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Rabb mereka (sesuatu apapun)”. (QS. Al
Mu’minun: 59).

Husain bin Abdurrahman berkata: “Suatu ketika aku
berada di sisi Sa'id bin Zubair, lalu ia bertanya: “siapa di
antara kalian melihat bintang yang jatuh semalam?
kemudian aku menjawab: “aku”, kemudian kataku:
“ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak sedang
melaksanakan shalat, karena aku disengat kalajengking”,
lalu ia bertanya kepadaku: “lalu apa yang kau lakukan?
aku menjawab: “aku minta diruqyah (10)”, ia bertanya
lagi: “apa yang mendorong kamu melakukan hal itu? aku
menjawab: “yaitu: sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Asy Sya’by kepada kami”, ia bertanya lagi: “dan apakah
hadits yang dituturkan kepadamu itu? aku menjawab:
“dia menuturkan hadits kepada kami dari Buraidah bin
Hushaib:“Tidak boleh Ruqyah kecuali karena ain (11) atau
terkena sengatan”.
Sa' id pun berkata: “sungguh telah berbuat baik orang
yang telah mengamalkan apa yang telah didengarnya,
tetapi Ibnu Abbas menuturkan hadits kepada kami dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda:

(10) Ruqyah, maksudnya di sini, ialah: penyembuhan dengan
bacaan ayat ayat Al qur’an atau doa doa.

(11) Ain, yaitu: pengaruh jahat yang disebabkan oleh rasa
dengki seseorang, melalui pandangan matanya. Disebut
juga penyakit mata.

“Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat, lalu
aku melihat seorang Nabi, bersamanya sekelompok
orang, dan seorang Nabi, bersamanya satu dan dua
orang saja, dan Nabi yang lain lagi tanpa ada
seorangpun yang menyertainya, tiba-tiba diperlihatkan
kepadaku sekelompok orang yang banyak jumlahnya, aku
mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan
kepadaku: bahwa mereka itu adalah Musa dan kaumnya,
tiba-tiba aku melihat lagi sekelompok orang yang lain
yang jumlahnya sangat besar, maka dikatakan kepadaku:
mereka itu adalah umatmu, dan bersama mereka ada
70.000 (tujuh puluh ribu) orang yang masuk surga tanpa
hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu." kemudian beliau
bangkit dan masuk ke dalam rumahnya, maka orangorang
pun memperbincangkan tentang siapakah mereka
itu? Ada di antara mereka yang berkata: "barangkali
mereka itu orang-orang yang telah menyertai Nabi dalam
hidupnya, dan ada lagi yang berkata: "barangkali mereka
itu orang-orang yang dilakhirkan dalam lingkungan Islam
hingga tidak pernah menyekutukan Allah dengan
sesuatupun, dan yang lainnya menyebutkan yang lain
pula.

Kemudian Rasulullah SAW keluar dan merekapun
memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau
bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak
pernah minta ruqyah, tidak melakukan tathayyur (12) dan
tidak pernah meminta lukanya ditempeli besi yang
dipanaskan, dan mereka pun bertawakkal kepada tuhan
mereka." kemudian Ukasyah bin Muhshan berdiri dan
berkata: mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk
golongan mereka, kemudian Rasul bersabda: “ya, engkau
termasuk golongan mereka”, kemudian seseorang yang
lain berdiri juga dan berkata: mohonkanlah kepada Allah
agar aku juga termasuk golongan mereka, Rasul
menjawab: “Kamu sudah kedahuluan Ukasyah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)

(12) Tathayyur ialah: merasa pesimis, merasa bernasib sial,
atau meramal nasib buruk karena melihat burung, binatang
lainnya atau apa saja.

Kandungan bab ini:

1. Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia
dalam bertauhid.

2. Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurnimurninya.

3. Pujian Allah kepada Nabi Ibrahim, karena beliau
tidak pernah melakukan kemusyrikan.

4. Pujian Allah kepada tokoh para wali Allah (para
shahabat Rasulullah) karena bersihnya diri
mereka dari kemusyrikan.

5. Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya
lukanya ditempeli dengan besi yang panas, dan
tidak melakukan tathayyur adalah termasuk
pengamalan tauhid yang murni.

6. Tawakkal kepada Allah adalah sifat yang
mendasari sikap tersebut.

7. Dalamnya ilmu para sahabat, karena mereka
mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan
dalam hadits tersebut tidak akan mendapatkan
kedudukan yang demikian tinggi kecuali dengan
adanya pengamalan.

8. Semangatnya para sahabat untuk berlombalomba
dalam mengerjakan amal kebaikan.

9. Keistimewaan umat Islam dalam kwantitas dan
kwalitasnya.

10. Keutamaan para pengikut Nabi Musa.

11. Umat-umat terdahulu telah ditampakkan kepada
Nabi Muhammad SAW.

12. Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama
para Nabinya.

13. Sedikitnya orang-orang yang mengikuti ajakan
para Nabi.

14. Nabi yang tidak mempunyai pengikut akan
datang sendirian pada hari kiamat.

15. Manfaat dari pengetahuan ini adalah tidak silau
dengan jumlah yang banyak dan tidak kecil hati
dengan jumlah yang sedikit.

16. Diperbolehkan melakukan ruqyah disebabkan
terkena ain dan sengatan.

17. Luasnya ilmu para ulama salaf, hal itu bisa
diketahui dari ucapan Sa'id bin Zubair: “Sungguh
telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa
yang telah didengarnya, tetapi…”, dengan
demikian jelaslah bahwa hadits yang pertama
tidak bertentangan dengan hadits yang kedua.

18. Kemuliaan sifat para ulama salaf, karena
ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji
seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.

19. Sabda Nabi: “Engkau termasuk golongan
mereka” adalah salah satu dari tanda-tanda
kenabian Beliau.

20. Keutamaan Ukasyah.

21. Penggunaan kata sindiran (13).

22. Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW.


(13) Karena beliau bersabda kepada seseorang: “Kamu sudah
kedahuluan Ukasyah”, dan tidak bersabda kepadanya:
“Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan
mereka”.

Referensi ; KITAB TAUHID BAB 3

Senin, 19 November 2012

KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

BAB 2

KEISTIMEWAAN TAUHID
DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA

Firman Allah ; “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai
keimanan (5)mereka dengan kedzhaliman (kemusyrikan)
 (6), mereka itulah orang-orang yang mendapat
ketentraman dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat jalan hidayah.” (QS. Al An’am: 82).

(5)Iman ialah: ucapan hati dan lisan yang disertai dengan
perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat karena Allah, dan
dilandasi dengan berpegang teguh kepada sunnah
Rasulullah 

(6 ) Syirik disebut kezhaliman karena syirik adalah
menempatkan suatu ibadah tidak pada tempatnya, dan
memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya.

Ubadah bin Shamit ; menuturkan Rassulullah bersabda:
“Barangsiapa yang bersyahadat (7) bahwa tidak ada
sesembahan yang hak (benar) selain Allah saja, tiada
sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya,
dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam,
serta Ruh dari pada-Nya, dan surga itu benar adanya,
neraka juga benar adanya, maka Allah pasti
memasukkanya kedalam surga, betapapun amal yang
telah diperbuatnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

(7 ) Syahadat ialah: persaksian dengan hati dan lisan, dengan
mengerti maknanya dan mengamalkan apa yang menjadi
tuntutannya, baik lahir maupun batin.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula hadits
dari Itban  bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah  mengharamkan neraka bagi
orang orang yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan
ikhlas dan hanya mengharapkan (pahala melihat) wajah
Allah”.

Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri  bahwa
Rasulullah bersabda: “Musa berkata: “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku
sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”,
Allah berfirman:” ucapkan hai Musa لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ   Musa
berkata: “ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”,
Allah menjawab:” Hai Musa, seandainya ketujuh langit
serta seluruh penghuninya –selain Aku- dan ketujuh bumi
diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
diletakkan pada sisi lain timbangan,                                    
niscaya kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا الله lebih berat timbangannya.”
(HR. Ibnu Hibban, dan Hakim sekaligus menshahihkannya).

Tirmidzi meriwayatkan hadits (yang menurut
penilaiannya hadits itu hasan) dari Anas bin Malik  ia
berkata: "aku mendengar Rasulullah bersabda: “Allah  berfirman: “Hai anak Adam, 
jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sejagat raya,
dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat
raya pula”.

Kandungan bab ini:

1. Luasnya karunia Allah .

2. Besarnya pahala tauhid di sisi Allah .

3. Dan tauhid juga dapat menghapus dosa.

4. Penjelasan tentang ayat yang ada dalam surat Al
An’am.

5. Perhatikan kelima masalah yang ada dalam
hadits Ubadah.

6. Jika anda memadukan antara hadits Ubadah,
hadits Itban dan hadits sesudahnya, maka akan
jelas bagi anda pengertian kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ juga kesalahan orang-orang yang tersesat karena
hawa nafsunya.

7. Perlu diperhatikan syarat-syarat yang disebutkan
dalam hadits Itban, (yaitu ikhlas semata-mata
karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya).

8. Para Nabipun perlu diingatkan akan
keistimewaan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

9. Penjelasan bahwa kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ berat timbangannya mengungguli berat timbangan
seluruh makhluk, padahal banyak orang yang
mengucapkan kalimat tersebut.

10. Pernyataan bahwa bumi itu tujuh lapis seperti
halnya langit.

11. Langit dan bumi itu ada penghuninya.

12. Menetapkan sifat-sifat Allah apa adanya, berbeda
dengan pendapat Asy’ariyah (8).
(8 ) Asy’ariyah adalah salah satu aliran teologis, pengikut
Syekh Abu Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260 – 324 H
= 874 – 936 M).Dan maksud penulis di sini ialah 

13. Jika anda memahami hadits Anas, maka anda
akan mengetahui bahwa sabda Rasul yang ada
dalam hadits Itban: “sesungguhnya Allah
mengharamkan masuk neraka bagi orang-orang
yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan penuh
ikhlas karena Allah, dan tidak menyekutukan-Nya”, maksudnya adalah tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun , bukan hanya
mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan saja.
menetapkan sifat sifat Allah sebagaimana yang disebutkan
dalam Al qur’an maupun As sunnah. Termasuk sifat yang
ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah,
mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf shaleh dalam
masalah ini, yaitu: mengimani kebesaran sifat sifat Allah
yang dituturkan Al qur’an dan As sunnah tanpa tahrif,
ta’thil, takyif dan tamtsil. Adapun Asy’ariyah, sebagian
mereka ada yang menta’wilkannya (menafsirinya dengan
makna yang menyimpang dari makna yang sebenarnya)
dengan dalih bahwa hal itu jika tidak dita’wilkan bisa
menimbulkan tasybih (penyerupaan) Allah dengan
makhluk-Nya, akan tetapi perlu diketahui bahwa Syekh
Abu Hasan sendiri dalam masalah ini telah menyatakan
berpegang teguh dengan madzhab salaf shaleh,
sebagaimana beliau nyatakan dalam kitab yang ditulis di
akhir hidupnya, yaitu "Al Ibanah ‘an ushulid diyanah"
(editor: Abdul Qodir Al Arnauth, Bairut, makatabah darul
bayan, 1401 H) bahkan dalam karyanya ini beliau
mengkritik dan menyanggah tindakan ta’wil yang
dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang dari
madzhab salaf.

14. Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah sama-sama
hamba Allah dan Rasul-Nya.

15. Mengetahui keistimewaan Nabi Isa, sebagai
Kalimat Allah(9).

16. Mengetahui bahwa Nabi Isa adalah ruh di antara
ruh-ruh yang diciptakan Allah.

17. Mengetahui keistimewaan iman kepada
kebenaran adanya surga dan neraka.

18. Memahami sabda Rasul: “betapapun amal yang
telah dikerjakannya”.

19. Mengetahui bahwa timbangan (di hari kiamat) itu
mempunyai dua daun.

20. Mengetahui kebenaran adanya Wajah bagi Allah.

(9 ) Kalimat Allah maksudnya bahwa Nabi Isa itu diciptakan
Allah dengan firman-Nya “Kun” (jadilah) yang
disampaikan-Nya kepada Maryam melalui malaikat Jibril.


Sumber ; Kitab Tauhid Bab  2




"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif