Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Jumat, 08 November 2013

Hadits Ke-4


Hadits ke-4, halaman 34 sampai 38.


Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda kepada kami, dan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang benar (ucapannya) dan dibenarkan, "Sesungguhnya (materi) penciptaan salah seorang dari kalian (manusia) dikumpulkan (oleh Allah SubhanahuwaTa'ala) dalam rahim ibunya selama empat puluh hari, berupa nuthfah (air mani laki-laki dan wanita yang telah bercampur), kemudian nuthfah tersebut (berubah) menjadi 'alaqah (segumpal darah beku yang menempel pada rahim) selama empat puluh hari (berikutnya), kemudian 'alaqah tersebut (berubah) menjadi mudhgah (segumpal daging) selama empat puluh hari (berikutnya), lalu diutus padanya malaikat yang kemudian meniupkan ruh padanya, dan malaikat itu diperintahkan untuk menuliskan empat kalimat (ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala baginya, yaitu): rezeki, ajal, amal perbuatan dan (apakah kemudian hari dia termasuk) orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang berbahagia (masuk surga). Maka demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia, sungguh salah seorang dari kamu benar-benar ada yang beramal dengan amalan orang-orang yang akan masuk surga, sampai-sampai jarak yang memisahkan antara dirinya dan surga hanya (tinggal) satu hasta (sangat dekat sekali), akan tetapi ketentuan (yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan baginya) mendahuluinya, maka (di akhir hidupnya) dia melakukan perbuatan orang-orang yang akan masuk neraka (maksiat), sehingga dia pun masuk neraka. Dan (sebaliknya) sungguh salah seorang dari kamu benar-benar ada yang melakukan perbuatan orang-orang yang akan masuk neraka, sampai-sampai jarak yang memisahkan antara dirinya dan neraka hanya (tinggal) satu hasta (sangat dekat sekali), akan tetapi ketentuan (yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala tetapkan baginya) telah mendahuluinya, maka (di akhir hidupnya) dia melakukan amalan orang-orang yang akan masuk surga, sehingga dia pun masuk surga". HR. Al-Bukhari (3208), Muslim (2643), dan lain-lain.

PENJELASAN HADITS

1- Perkataan "Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang benar (ucapannya) dan dibenarkan…" maknanya adalah beliau orang yang selalu benar dalam perkataannya, dan beliau orang yang selalu dibenarkan terhadap apa-apa yang beliau bawa dari wahyu.
Dan Abdullah bin Mas'ud mengucapkan perkataan ini dikarenakan hadits yang akan disampaikan adalah tentang perkara-perkara yang ghaib, yang tidak dapat diketahui kecuali berdasarkan wahyu.

2- Sabdanya "Sesungguhnya (materi) penciptaan salah seorang dari kalian (manusia) dikumpulkan (oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala) dalam rahim ibunya…".
Ada yang mengatakan bahwa itu maksudnya adalah dikumpulkannya air mani laki-laki dan air mani perempuan dalam rahim, dan dari situlah diciptakan manusia. 
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Dia (manusia) diciptakan dari air yang dipancarkan. [QS. Ath-Thariq: 6].

Dan Allah berfirman,
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? 
Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim). 
[QS. Al-Mursalat: 20-21].
Dan yang dimaksud dengan penciptaannya adalah penciptaan manusia yang berasal darinya (dari air mani).
Dan dalam Shahih Muslim (1438), Tidak dari seluruh air mani terjadi anak…

3- Dalam hadits ini disebutkan tahapan-tahapan penciptaan manusia. 
Tahapan pertama; nuthfah (air mani), yaitu air (yang terpancar) sedikit. Tahapan kedua; 'alaqah (segumpal darah), yaitu (segumpal) darah yang membeku. 
Tahapan ketiga; mudhghah,  yaitu sepotong (segumpal) daging yang ukurannya sebesar makanan yang dapat dikunyah orang yang sedang makan. 
Dan Allah telah menyebutkan ketiga tahapan ini dalam firman-Nya,
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),  maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian darisegumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna… [QS. Al-Hajj: 5].

Dan maksud dari "…segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna…" adala  segumpal daging yang sudah terbentuk (manusia) dan yang belum terbentuk.
Dan ayat lain yang lebih jelas dalam menerangkan tahapan-tahapan penciptaan manusia adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al Mu'minun,
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang paling baik.
[QS. Al-Mu'minun: 12-14].

4- Dalam hadits ini diterangkan bahwa setelah terjadinya tiga tahapan tersebut -yang lamanya seratus dua puluh (120) hari-, ditiupkan padanya ruh. Dengan demikian terjadilah manusia yang hidup, yang sebelumnya ia mati. Dan dalam Al-Qur'anul Karim dijelaskan bahwa manusia mengalami dua kehidupan dan dua kematian. Sebagaimanafirman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang orang-orang kafir,
Mereka menjawab, "Ya Rabb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula)…". [QS. Al-Mu'min: 11].

Kematian pertama adalah sebelum janin (manusia) ditiupkan padanya ruh. Dan kehidupan pertama dimulai dari ditiupkannya ruh hingga sampai ajal seseorang (mati). 
Dan kematian kedua dimulai dari matinya seseorang (di dunia ini) hingga terjadinya hari kebangkitan.
Dan kematian ini tidak bertentangan dengan kehidupan barzakhiyyah (di alam kubur) yang jelas telah diterangkan dalam Al-Kitab dan As-Sunnah. Kemudian kehidupan yang kedua adalah kehidupan yang terjadi setelah hari kebangkitan (kehidupan akhirat). 
Dan kehidupan ini (akhirat) adalah kehidupan yang terus-menerus dan tidak akan pernah ada kematian lagi setelahnya. 
Dan keadaan keempat tahapan dalam penciptaan manusia ini diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya,
Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi). Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat. [QS. Al-Hajj: 66].
Dan firman-Nya, Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
[QS. Al-Baqarah: 28].

Dan jika bayi dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan mati setelah ia berumur ditiupkannya ruh (yakni; 120 hari), maka berlaku baginya hukum-hukum melahirkan. Bayi tersebut wajib dimandikan, dishalatkan, dan ibunya telah selesai dari masa 'iddah, dan ia pun mengalami nifas. Adapun jika bayi tersebut keguguran sebelum ia berumur ditiupkannya ruh (yakni; sebelum 120 hari), maka tidak berlaku baginya hukum-hukum ini.

5- Setelah malaikat menulis tentang rezekinya, ajalnya, laki-laki atau perempuan, celaka atau bahagia, maka pengetahuan tentang bayi bahwa ia laki-laki atau perempuan bukan berarti perkara-perkara ghaib yang khusus bagi Allah dapat diketahui. Karena malaikat pun telah mengatahuinya. Sehingga sangat mungkin untuk mengetahui keadaan bayi laki-laki atau perempuan.

6- Sesungguhnya taqdir Allah telah mendahului segala sesuatu yang akan terjadi. Yang seseorang dihukumi bahagia atau sengsara adalah keadaannya tatkala ia mati.

7- Keadaan manusia, jika ditinjau dari permulaan dan akhirnya, terbagi menjadi empat:

Pertama, orang yang permulaan dan akhirnya baik.

Kedua, orang yang permulaan dan akhirnya buruk.

Ketiga, orang yang permulaannya baik, namun akhirnya buruk. Seperti orang yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah, kemudian sebelum mati ia justru murtad (keluar) dari Islam, dan akhirnya pun ia mati dalam keadaan murtadnya.

Keempat, orang yang permulaannya buruk, namun akhirnya baik. Seperti keadaan para tukang sihir yang mulanya bersama Fir'aun, kemudian beriman kepada Rabb Harun dan Musa (yakni; beriman kepada Allah). Dan seperti orang Yahudi yang menjadi pelayan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. 
Kemudian ia dijenguk oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tatkala ia jatuh sakit. 
Dan Nabi pun menawarkan Islam padanya, dan akhirnya masuk Islam. 
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Segala puji bagi Allah Yang telah menyelamatkannya dari neraka.
Dan hadits ini dalam Shahih Al-Bukhari (1356).
Dan dua keadaan yang terakhir inilah yang ditunjukkan oleh hadits (keempat) ini.

8- Hadits ini menunjukkan bahwa manusia berusaha mengerjakan sesutau yang dapat membuat dirinya bahagia atau sengsara sesuai dengan kehendaknya. Namun, hal itu tetap tidak keluar dari kehendak dan keinginan Allah. 
Dan manusia diberikan pilihan dan kebebasan jika ditinjau dari sisi bahwa ia dapat beramal dan berusaha dengan pilihan dan kehendaknya sendiri. 
Namun, manusia pun diatur dan ditentukan jika ditinjau dari sisi
bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi dari usaha dirinya melainkan berdasarkan kehendak Allah. Dan kedua hal ini telah ditunjukkan oleh hadits ini, yakni tatkala seseorang berada di saat-saat kematiannya, ia didahului oleh ketentuan (Allah). Hingga akhirnya ia beramal dengan amalan penghuni surga atau neraka.

9- Sesungguhnya seseorang wajib untuk selalu berada di antara rasa takut dan berharap. 
Hal ini disebabkan di antara manusia ada yang beramal baik sepanjang hidupnya, namun ia diakhiri oleh penutupan yang buruk. Namun, kendati pun demikian, seseorang tetap tidak boleh berputus asa dan putus harapan.  Karena ada pula orang yangberamal buruk
(maksiat) sepanjang hidupnya, namun Allah memberikan hidayah dan petunjuk kepadanya, hingga akhirnya ia mati dalam keadaan berpegang teguh dengan hidayah Allah.

10- An-Nawawi berkata dalam penjelasan hadits ini, "Jika ada yang mengatakan bahwa Allah telah berfirman,
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah kami tidak akan menyianyiakan
pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik. [QS. Al-Kahfi:30].
Zhahir ayat ini menunjukkan bahwa amal shalih dari orang yang ikhlas mengamalkannya akanditerima (oleh Allah). 
Dan jika (amalan seseorang) diterima (oleh Allah) dengan janji Rabb Yang Mahamulia, ia akan aman dari su-ul khatimah (penutupan yang buruk). Dan hal ini dapat dijawab dari dua sisi:

Pertama; hal itu memang dapat terjadi jika syarat-syarat diterimanya amalan dan husnul khatimah
(penutupan yang baik) terpenuhi. Namun ada kemungkinan pula bahwa orang yang beriman dan
berbuat ikhlas dalam beramal tidak akan diakhiri kehidupannya kecuali dengan kebaikan.

Kedua; akhir (penutupan) yang buruk berlaku untuk orang yang berbuat buruk dalam beramal.
Atau amalannya tercampur dengan perbuatan riya' (ingin dilihat orang lain ketika beramal) atau
sum'ah (ingin didengar orang lain ketika beramal). Hal ini ditunjukkan oleh hadits lain yang
berbunyi, Sesungguhnya seseorang benar-benar ada yang beramal dengan amalan orang-orang yang akan masuk surga…
( HR Al-Bukhari (2898), (4202), (4207), Muslim (112), dan lain-lain).

Maksudnya; sesuai dengan yang tampak pada manusia berupa zhahir yang baik, namun
dengan batin (sesuatu yang tidak tampak pada manusia) yang buruk dan busuk. Wallahu A'lam".

11- Pelajaran dan faidah hadits:

a. Penjelasan tahapan-tahapan penciptaan manusia di perut ibunya.

b. Sesungguhnya peniupan ruh (pada janin) terjadi pada saat berumur seratus dua puluh
hari. Yang dengan demikian ia akan menjadi manusia.

c. Sesungguhnya di antara malaikat ada yang diberi tugas meniupkan ruh.

d. Wajib beriman kepada perkara yang ghaib.

e. Wajib beriman kepada taqdir, dan taqdir senantiasa mendahului segala perkara yang akan terjadi.

f. Bolehnya (seseorang) bersumpah, walaupun tanpa diminta untukbersumpah, jika maksudnya untuk memperkuat perkataan yang akan disampaikan.

g. Sesungguhnya amalan itu bergantung pada akhirnya.

h. Penggabungan antara rasa takut dan berharap. Orang yang beramal shalih hendaknya takut dari su-ul khatimah (akhir yang buruk).
Namun orang yang beramal buruk (banyak bermaksiat), 
hendaknya tidak berputus asa dari rahmat Allah.

i. Sesungguhnya amalan itu sebab masuknya seseorang ke dalam surga atau neraka.

j. Orang yang dituliskan (ditentukan) sengsara, ia tidak diketahui keadaannya di dunia, demikian pula sebaliknya.

Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif