Barangsiapa yang mendapati suatu perselisihan, maka ia harus berpegang dengan Sunnah Nabi shallalla

  • Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilmu karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu . maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi kalian. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah dengan 'ilmu dan hujjah.

Bukti Cinta

Di antara tanda cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan Sunnahnya, menghidupkan, dan mengajak kaum Muslimin untuk mengamalkannya, serta berjuang membela As-Sunnah dari orang-orang yang mengingkari As-Sunnah dan melecehkannya. Termasuk cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menolak dan mengingkari semua bentuk bid’ah, karena setiap bid’ah adalah sesat.

(Tafsiir Ibni Katsiir I/384)

Rabu, 20 November 2013

Hadits Ke 7 Dari 50 Hadits Inti Ajaran Islam


Hadits ke-7, halaman 44 sampai 46.

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Agama adalah nasihat". Kami pun bertanya, "Hak (untuk) siapa (nasihat itu)?". Beliau menjawab, "Nasihat itu adalah hak (untuk) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)". HR Muslim (55).

PENJELASAN HADITS

1- Sabdanya "Agama adalah nasihat" merupakan kalimat yang global dan menyeluruh, yang menunjukkan pentingnya nasihat dalam agama Islam ini. Nasihat merupakan asas dan tiang agama ini. Dan termasuk ke dalamnya penjelasan dalam hadits Jibril berupa penafsiran Islam, Iman, dan Ihsan. Dan Nabi menamakan tiga hal tersebut agama. Beliau bersabda, "Ini Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian (perkara) agama kalian". Dan sabdanya ini menyerupai sabdanya dalam hadits lain, "Haji adalah Arafah". Beliau sebutkan demikian karena wukuf di Arafah merupakan rukun yang terbesar dalam ibadah haji, yang ibadah haji tidak sah tanpanya.

2- Disebutkan dalam (kitab) Mustakhraj Abi 'Awanah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengulang-ulang kalimat ini tiga kali. Dan dalam Shahih Muslim tanpa pengulangan. Tatkala para sahabat mendengar nabi mengucapkannya dengan penuh perhatian, dan sampai mencapai kedudukan yang begitu tingginya dalam Islam, mereka pun berkata, "(Hak) untuk siapa wahai Rasulullah?". Beliau pun menyebutkan lima perkara yang disebutkan dalam hadits ini. Dan telah dijelaskan pula oleh sebagian besar para ulama tentang penafsiran makna hadits ini. Dan dari penjelasan para ulama yang terbaik dalam hal ini adalah apa yang dijelaskan oleh Abu 'Amr Ibnush Shalah dalam kitabnya yang berjudul "Shiyanatu Shahihi Muslim, minal Ikhlaali wal Ghalath, wa Himayatuhu minal Isqaathi was Saqath" (halaman 223-224), beliau berkata, "Dan nasihat merupakan kata yang global dan menyeluruh, yang mengandung arti bahwa si penasihat sangat memberikan perhatian penuh terhadap orang yang dinasihatinya agar ia mempraktekkan semua bentuk kebaikan dari segala sisinya, baik berupa keinginan (niat) ataupun perbuatan. 

Maka, maksud dari nasihat untuk Allah adalah; mentauhidkannya, menyifatinya dengan sifat yang sempurna dan mulia, menyucikannya dari sifat-sifat yang bertentangan dengan kesempurnaan dan kemuliannya, tidak bermaksiat kepada-Nya, melakukan ketaatan kepada-Nya dan melaksanakan apa-apa yang dicintai-Nya dengan ikhlas, mencintai karena-Nya dan membenci karena-Nya, berjihad melawan orang-orang yang kafir dan membangkang kepada-Nya, dan mengajak dan menganjurkan (orang lain) untuk berjihad orang-orang yang kafir dan membangkang kepada-Nya. Adapun maksud dari nasihat untuk kitab-Nya adalah; beriman kepadanya, mengagungkannya, menyucikannya, membacanya dengan bacaan yang benar.
 Memperhatikan perintah-perintah dan larangan-larangannya, berusaha memahami ilmu-ilmunya dan perumpamaan perumpamaannya, meresapi kandungan ayat-ayatnya dan mendakwahkannya, dan mencegah usaha orang-orang yang ingin merubahnya dan mencelanya. 

Adapun maksud dari nasihat untuk Rasul-Nya, maka seperti itu pula dan mendekatinya. Yaitu; beriman kepadanya dan kepada apa-apa yang ia bawa (berupa risalah Islam ini), menghormati dan mengagungkannya, senantiasa berpegang teguh dengan ketaatan kepadanya, menghidupkan sunnah-nya, menyebarluaskan ilmunya, memusuhi orang yang memusuhinya dan memusuhi sunnah-nya, mencintai dan berloyalitas terhadap orang yang mencintainya dan mencintai sunnah-nya, berakhlak dengan akhlaknya, beradab dengan adabnya, mencintai keluarganya dan para sahabatnya, dan semisalnya. 

Adapun maksud dari nasihat untuk para pemimpin kaum Muslimin adalah; membantu dan menolong mereka dalam al-haq dan ketaatan kepada mereka, mengingatkan mereka (di saat mereka lalai) dengan cara yang baik dan lemah lembut, tidak berdemonstrasi atau melawan kepada mereka, mendoakan mereka agar mereka diberi taufiq (oleh Allah), dan menganjurkan atau mengajak orang-orang yang menginginkan kebaikan agar mendoakan mereka.

Adapun maksud dari nasihat untuk kaum muslimin secara umum (selain para pemimpin mereka) adalah; membimbing mereka untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan maslahat bagi mereka, mengajarkan mereka perkara agama mereka, menutupi aurat mereka, menutupi aib dan kekurangan mereka, menolong dan membantu mereka melawan musuh-musuh mereka, membela mereka, menjauhkan segala bntuk penipuan dan hasad dari mereka, mencintai untuk mereka seperti ia suka mencintai untuk dirinya sendiri, membenci untuk mereka seperti ia tidak suka membenci untuk dirinya sendiri, dan yang serupa dengan itu".

3- Pelajaran dan faidah hadits:

a. Agung dan tingginya keadaan dan kedudukan nasihat dalam syariat Islam.

b. Penjelasan untuk siapa nasihat diperuntukkan.

c. Anjuran untuk menasihati kepada lima hal yang dijelaskan dalam hadits.

d. Semangat para sahabat dalam memahami perkara-perkara agama. Hal itu dapat diketahui dari pertanyaan mereka tentang nasihat ini.

e. Sesungguhnya agama disebutkan untuk diamalkan, karena Nabi menamakan nasihat ini sebagai agama.


Tidak ada komentar:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya ( An Nisa : 48)"

Nasehat Imam Empat Mazhab," Jangan fanatik kepada kami "!

Imam Abu Hanifah (Imam Mazhab Hanafi)
Beliau adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit yang dilahirkan pada tahun 80 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Apabila hadits itu shahih, maka hadits itu adalah madzhabku.” (Ibnu Abidin di dalam Al- Hasyiyah 1/63)

2. “Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.” (Ibnu Abdil Barr dalam Al-Intiqa’u fi Fadha ‘ilits Tsalatsatil A’immatil Fuqaha’i, hal. 145) Dalam riwayat yang lain dikatakan, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku.” Di dalam sebuah riwayat ditambahkan, “Sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari.”

3. “Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah ta’ala dan kabar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tinggalkanlah perkataanku.” (Al-Fulani di dalam Al- lqazh, hal. 50)

Imam Malik (Imam Mazhab Maliki)
Beliau adalah Malik bin Anas, dilahirkan di Kota Madinah pada tahun 93 Hijriyah. Beliau berkata,

1. “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan Kitab dan Sunnah, maka ambillah. Dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan Sunnah, maka tinggalkanlah.” (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami’, 2/32)

2. “Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.” (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)

3.Ibnu Wahab berkata, “Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang hukum menyela-nyelan jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, ‘Tidak ada hal itu pada manusia’. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya, ‘Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu’. Maka Imam Malik berkata, ‘Apakah itu?’ Aku berkata, ‘Al Laits bin Saad dan Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al ¬Ma’afiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, ”Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggosok antara jari-jemari beliau dengan kelingkingnya.” Maka Imam Malik berkata, ‘Sesungguhnya hadist ini adalah hasan, aku mendengarnya baru kali ini.’ Kemudian aku mendengar beliau ditanya lagi tentang hal ini, lalu beliau (Imam Malik) pun memerintahkan untuk menyela-nyela jari-jari.” (Mukaddimah Al-Jarhu wat Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

Imam Asy-Syafi’i (Imam Mazhab Syafi’i)
Beliau adalah Muhammad bin idris Asy-Syafi’i, dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150 H. Beliau rahimahullah berkata,

1. “Tidak ada seorang pun, kecuali akan luput darinya satu Sunnah Rasulullah. Seringkali aku ucapkan satu ucapan dan merumuskan sebuah kaidah namun mungkin bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itulah pendapatku” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3)

2. “Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya karena mengikuti perkataan seseorang.”
(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal.68)

3. ”Jika kalian mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan.” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1)

4. ”Apabila telah shahih sebuah hadist, maka dia adalah madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu’, Asy-Sya’rani,10/57)

5. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu daripadaku tentang hadist dan para periwayatnya. Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, aku akan bermadzhab dengannya.” (Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi’I, 8/1)

6. “Setiap masalah yang jika di dalamnya terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam menurut para pakar hadits, namun bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku rujuk di dalam hidupku dan setelah aku mati.” (Al-Hilyah 9/107, Al-Harawi, 47/1)

7. ”Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya adalah hadits yang shahih, maka ketahuilah, bahwa pendapatku tidaklah berguna.” (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu’addab)

8. “Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu taklid mengikutiku.” (Ibnu Asakir, 15/9/2)

9. “Setiap hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka hal itu adalah pendapatku walaupun kalian belum mendengarnya dariku” (Ibnu Abi Hatim, 93-94)

Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Mazhab Hambali)

Beliau Adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang dilahirkan pada tahun 164 Hijriyah di Baghdad, Irak. Beliau berkata,

1. “Janganlah engkau taqlid kepadaku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafi’i, Auza’i dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil.” (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-I’lam, 2/302)

2. “Pendapat Auza’i, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan hujjah itu hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-wr1)” (Ibnul Abdil Barr di dalam Al-Jami`, 2/149)

3. “Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi jurang kehancuran. ” (Ibnul Jauzi, 182).

Selengkapnya klik DI SINI

Demikianlah ucapan para Imam Mazhab. Masihkah kita taqlid buta kepada mereka, atau taqlid kepada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?


Ilmu & Amal

Tuntutan ilmu adalah amal & tuntutan amal adalah ilmu . Amal hati/batin dinilai dengan keikhlasan & amal lahir dinilai dengan ketaatan mengikuti sunnah Rasul

Tauhid

“Wahai anak muda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: ’Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya suatu kaum berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk memberi suatu kemudharatan kepadamu, maka mereka tidak dapat memberi kemudharatan kepadamu kecuali dengan sesuatu yg telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran- lembaran telah kering.’” (HR. At-Tirmidzi, dan ia berkata,” Hadist ini hasan shahih). ☛ ☛ ☛ “Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu. Kenalilah Allah ketika senang, maka Dia akan mengenalmu ketika susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.”(Dalam riwayat selain at-Tirmidzi)

Tes Gannguan Jin Dalam Tubuh

Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka

Gerakan Sholat Yang Benar

www.loogix.com. Animated gif